Ikhwan sekalian, hari ini aku berjalan-jalan berkeliling. Kudapati dunia ini begitu indah. Kuhirup napas dengan segar dan kuhembuskan kembali dengan nikmat. Di sini terasa keindahan dunia yang sesungguhnya.
Tapi dunia di luar sana telah rusak. Itu tidak perlu terjadi andai saja dunia tidak perlu dikotori oleh ketamakan dari Amerika Serikat. Ya, andai saja Amerika Serikat tidak perlu ada di muka bumi.
Dunia ini tentu akan lebih baik.
Ikhwan sekalian, hari ini juga aku teringat bahwa diriku tidak akan selamanya berada di dunia. Secepatnya harus kulaksanakan misiku. Tentaraku sudah siap. Pasukanku akan melaksanakan apa yang kuperintahkan. Akan kuakhiri masa yang mengenaskan dari dunia ini. Kuharap semua akan berhasil. Meskipun akan ada harga yang harus kubayar.
Telah kuputuskan untuk menyalurkan semua ilmuku kepada kalian, para pasukanku, para mujahidinku. Bagaimanapun aku harus memiliki penerus. Dan aku harus memilih orang-orang terbaik untuk menjalankan rencanaku.
Pemimpin dari penerusku harus diberikan kepada seorang anak laki-laki. Anak laki-laki yang kuat dan memegang teguh ajaran kami. Saat ini belum kutemukan orang seperti itu. Prajurit-prajuritku adalah orang-orang hebat. Tapi orang yang kubutuhkan belum ada di antara mereka. Aku harus mengunjungi beberapa tempat untuk mencari yang kubutuhkan.
Bagaimanapun harus kulakukan.
Perjuangan ini bukanlah tentang seseorang. Bukan juga tentang sebuah organisasi. Kita adalah warga negara dari sebuah negara Islam. Nabi kita adalah Muhammad, dan Tuhan kita satu. Seluruh kaum Mukminin adalah saudara.
Jika musuh-musuh Islam mengira bahwa perjuangan ini adalah tentang satu organisasi, maka mereka salah besar. Itu adalah hal yang telah lama ditinggalkan.
Kita sudah lama tidak menggunakannya. Kita telah berpengalaman untuk membuat sebuah pusat perjuangan dalam menghabisi tentara Soviet. Sekarang kita telah tumbuh dan berkembang. Kita tidak terpisah dari negara mana pun. Kita menyatu, terintegrasi, dan berada di Afghanistan, Irak, Iran, Filipina, Indonesia, Malaysia, semuanya.
Kita adalah negara itu sendiri.
Aku adalah seorang pemegang misi. Aku yakin bahwa diriku adalah sang penyelamat. Kupegang teguh keyakinanku walaupun pada awalnya banyak yang menyangsikan diriku. Aku tidak peduli. Tidak perlu menunggu lama, pada saat ini pun orang mulai mengakuiku.
Amerika akan kita hancurkan, sebagaimana kita telah menghancurkan Soviet hingga bubarnya negara itu.
Namun terlebih dahulu, kita harus membuka mata Muslim di seluruh dunia. Mereka harus tahu wajah Amerika yang sebenarnya. Aku akan membuktikannya. Setan besar itu akan menunjukkan wajah mereka yang sebenarnya. Setelah mereka menginvasi negara-negara Muslim, maka akan bangkitlah kekuatan-kekuatan lokal di seluruh dunia. Kekuatan Muslim yang luar biasa.
Setelahnya, kesadaran akan kewajiban memerangi Amerika akan muncul dengan sendirinya, dan menyebar ke seluruh negara Islam. Muslim di seluruh dunia akan bersatu. Setelah semua bersatu di bawah komandoku, maka tidak ada yang akan bisa mengalahkan kita.
Ekonomi Amerika akan hancur, tidak lebih dari dua puluh tahun lagi.
Seperti halnya Soviet.
Afghanistan, di bawah kepemimpinan Mullah Omar, akan menjadi satu-satunya negara Islam yang memimpin dunia.
Aku adalah pemimpin jihad. Dan kita harus memerangi semua pihak yang berusaha menghambat berdirinya syariat Islam. Ulama-ulama harus bersatu. Juga mereka yang memiliki akses atas senjata-senjata.
Jihad harus dikumandangkan agar ketidakadilan terhadap Muslim bisa dihilangkan. Amerika dan Israel harus dimusnahkan dari dunia ini. Mereka dan semua negara-negara kafir membuat dunia ini jatuh ke dalam kemaksiatan.
Dalam beberapa waktu ke depan, aku akan memindahkan tempat persembunyian kami. Kupikir ini adalah salah satu strategi yang baik untuk membuat diriku semakin tidak terlacak. Akan kukendalikan pasukanku sambil berpindah-pindah. Kejayaan tentara Islam akan kembali muncul dan menguasai dunia. Aku akan melanjutkan tugasku sebagai pemimpin untuk membuat dunia bertekuk lutut di bawah kaki kami.
Yang kulakukan di New York telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa. Rencana untuk melakukannya kususun dengan sangat cermat dan tanpa cela. Hasilnya pun dangat memuaskanku. Aku akan melaksanakan rencanaku selanjutnya untuk menghajar setan yang berdiri mengangkang. Pada saatnya nanti perjuangan kami akan menemui hasil.
Aku juga akan membuat bom nuklir. Namun untuk melakukannya, aku memerlukan sumber daya yang tidak sedikit. Selain itu, aku perlu seorang ahli nuklir. Dananya pasti akan sangat besar, dan fasilitas yang dibutuhkan juga tidak kalah besarnya. Itu tidak masalah, semuanya akan dengan mudah kuperoleh. Aku kaya raya, dan begitu juga para pendukungku.
Tidak ada yang tidak mungkin. Bahkan Amerika pun saat ini sudah mulai bertekuk lutut.
Pada beberapa kesempatan, aku melihat-lihat kembali rencana-rencanaku dan pencapaiannya. Seumur hidupku belum pernah kudapati keberhasilan yang semasif ini. Tidak sia-sia semua usaha yang kulakukan. Aku sempat menderita beberapa kali sakit. Kini semuanya terbayar. Amerika menderita, dan akan semakin menderita lagi. Perlahan tapi pasti aku akan melihat rencanaku menemui keberhasilan.
Aku tinggal harus menemukan orang yang tepat untuk menggantikanku kelak. Sambil kubangun pasukanku. Aku yakin akan berhasil.
Waktunya tidak lama lagi. Setiap saat begitu berharga. Dunia ini sudah semakin kacau. Oleh karena itu aku, sebagai penyelamat, harus segera bertindak. Semuanya harus dilakukan, dan akan kulakukan.
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika