Peresmian butik milik Mikaila begitu sukses di kalangan bangsawan, banyak sekali para bangsawan khususnya para gadis datang ke peresmian tersebut.
Hanya dalam sekali debut, begitu banyak gaun-gaun yang terjual. Bahkan setelah tiga hari peresmian butik pun, butik Mikaila masih dikerumuni oleh banyak orang.
Mereka menyukai desain gaun yang Mikaila ciptakan.
Saat ini Mikaila tengah bersantai sambil meminum segelas teh yang telah dibuat oleh Marry, dia sedikit kelelahan karena akhir-akhir ini begitu sibuk.
Tak lama, Mikaila mendengar suara ketukan pintu dari luar, karena dia sudah tahu bahwa Marry tidak ada dan mereka hanya tinggal berdua. Membuat Mikaila mau tak mau bangkit dari posisi duduknya saat ini, dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
Dia pikir orang yang datang ke rumahnya ini adalah orang yang biasanya datang ke sini. Akan tetapi dia merasa sedikit terkejut ketika pintu terbuka malah menampilkan sosok lelaki pa
Helena merasa marah, dia membanting apa saja yang ada di kamarnya. Dia sungguh kesal, dia tidak mengerti apa yang terjadi sampai-sampai keluarga Arundell dan juga Carlos menjauhinya. Belum lagi desakan dari ratu untuk segera menjalankan rencananya."Sialan, semuanya sialan!" Helena terus berteriak seperti orang gila, dia menarik seprai di kasurnya lalu mengacak-acaknya begitu saja.Tadi dia pergi ke istana mencoba untuk menemui Carlos, akan tetapi lelaki itu malah tidak ingin menemuinya dan menyuruh para penjaga mengusirnya. Lalu setelah itu dia pergi ke rumah keluarga Arundell, akan tetapi para pelayan di sana mengatakan bahwa mereka mencari Mikaila."Mikaila, ini semua pasti karena dia!" desis Helena tajam, sikap Carlos yang menjadi aneh pun itu karena dia bertemu Mikaila.Kenapa semua orang malah berbalik mendukung wanita gila itu, harusnya mereka tetap membenci Mikaila karena dia memang pantas dibenci.Sedetik kemu
"Phillen, apakah wajahku sekarang terlihat jelek? Ini sakit sekali." Helena merengek seperti anak kecil. Dia menatap sebuah luka yang ada di dagu juga di pipinya, melalui cermin. Ini semua karena sayatan belati yang diberikan oleh Xavier."Tidak Helena, bagiku kau tetap yang tercantik," balasnya dengan tersenyum lembut. Dia begitu berhati-hati saat mengobati luka yang ada di wajah cantik Helena."Tapi ... wajahku ada bekas luka, aku pasti tidak cantik lagi dan kau pun pasti akan meninggalkanku." Helena memanyunkan bibirnya, dia menunduk. Dan bulu matanya mengerjap-ngerjap menghalau air mata yang berjatuhan.Dengan lembut, Phillen menangkup wajah mungil Helena. "Tidak, bagaimana mungkin aku bisa meninggalkanmu sedangkan, setiap harinya aku terus memikirkanmu?""Pembohong," ujar Helena tak percaya. Dia memalingkan wajahnya kesamping. Tidak ingin melihat Phillen secara langsung."Jika aku berbohong. Bagaimana mungkin aku bertahan sej
Mikaila terduduk di sebuah sofa ruang tamu rumahnya, dia membalik lembar demi lembar buku yang saat ini dia baca. Buku ini merupakan buku kuno yang diberikan oleh Anhard.Sesaat matanya menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Dalam buku kuno tersebut, terdapat lambang tato yang sama di persis ditubuh Anhard dan juga Casis.Pantas saja, saat melihat tato yang ada di tubuh Anhard dan Casis dia merasa tak asing. Ternyata dia pernah melihatnya di buku ini. Tapi kenapa lambang tato yang ada di tubuh Anhard dan Casis ada di buku kuno ini? Mikaila tidak mengerti apa maksud semua ini.Ketika Mikaila menyentuh lambang tato tersebut, tiba-tiba saja buku tersebut mengeluarkan sebuah cahaya berwarna merah yang menyilaukan. Dan muncul sebuah tulisan setelah cahaya tersebut meredup.'4 bunga, setengah bulan, di bawah cahaya merah. Membangkitkan keabadian.'Mikaila mendadak syok, saat membaca tulisan yang ada di buku kuno tersebut. In
"Lady Mikaila, silakan masuk." Anhard menyambut kedatangan Mikaila dengan ramah seperti biasanya. Lelaki itu berdehem pelan, lalu membuat gerakan merapikan penampilan. Takut kalau penampilannya acak-acakan dihadapan Mikaila.Gadis itu langsung saja duduk di sebuah sofa berwarna putih, berhadapan langsung dengan Anhard."Ada apa anda ke sini? Apakah anda ingin mengetes kemampuan sihir anda seperti biasanya? Tapi ini belum jadwalnya." Anhard bertanya dengan bingung, karena biasanya Mikaila datang ke sini hanya untuk mengetes kemampuan sihirnya dan itu pun setiap dua minggu sekali.Mikaila menggelengkan kepalanya. "Tidak, saya ke sini bukan untuk itu.""Lalu apa?" tanya Anhard penasaran.Mikaila langsung mengeluarkan sebuah buku kuno, dari balik tudung yang dia kenakan. Dia memberikan buku tersebut pada Anhard. "Saya tidak mengerti dengan arti yang ada di buku ini Tuan, tadi ... saat saya sedang membaca buku ini. Tiba-tiba saja
Selama lebih dari seminggu ini, Evands baru saja dikeluarkan dari ruang hukuman. Saat di ruang hukuman, dia disuruh menyalin peraturan keluarga, sebanyak seribu lembar. Dan dia tidak diizinkan keluar ruangan, apabila hukumannya belum selesai. Akibatnya, tangannya kini menjadi sakit karena menulis tiada henti. Di hanya berhenti hanya ketika makan dan tidak sengaja ketiduran. Dan itu pun sebentar, setelah selesai makan dan tidur dia kembali melanjutkan menulis hukumannya.Pemuda tampan itu, merebahkan tubuhnya diatas kasur. Seluruh tubuhnya terasa remuk, karena lebih dari seminggu ini dia hanya bisa duduk.Evands mendesah kasar, semua ini karena anak pembawa sial itu. Mengapa juga ayah dan kedua kakak lelakinya yang lain lebih membela Mikaila? Padahal, jelas-jelas dia hanyalah si pembuat onar dan hanya bisa menyusahkan.Tak lama, tatapan matanya tanpa sadar melihat pada sebuah kotak persegi panjang yang bisa dibilang cukup besar. Kotak persegi panjang
Mikaila menatap datar pada sosok pemuda tampan bermata biru tua, yang kini tengah berdiri dihadapannya.Dia tidak tahu, apa yang dilakukan orang itu di sini. Niat awalnya dia hanya ingin pergi ke butik yang dia miliki, akan tetapi saat keluar dia malah harus berpapasan dengan Evands.Ya pemuda itu adalah Evands, dia memandang Mikaila dengan sendu, terlihat jelas jejak kerinduan di sana.Setelah mencari ke sana-sini dan mengancam banyak orang hanya untuk bertemu dengan Mikaila, akhirnya Evands menemukannya.Mikaila terlihat sangat cantik, bahkan kini dia terlihat begitu baik dibandingkan saat tinggal di Mansion keluarga Arundell. Tatapan mata Mikaila hanya menatap ia secara datar, seolah mereka hanyalah orang asing yang bahkan tidak saling mengenal.Hati Evands mendadak ngilu, bayangan Mikaila yang tertawa riang dan tersenyum manis saat mereka bermain bersama membuat Evands terjebak dalam ilusi masa lalu."
Irene meremas kuat sebuah surat yang diberikan oleh bawahannya, sial. Entah mengapa semua rencananya berakhir gagal begini. Dia selalu merasa ada orang yang memperhatikan segala gerak-geriknya, sungguh merepotkan.Belum lagi, Helena dan keluarga mantan Viscount Satalia tidak bisa dihubungi. Jika saja, mereka tidak memiliki sesuatu yang bernilai dan hati mereka tidak serakah. Irene tidak ingin berkerjasama dengan para orang bodoh seperti mereka. Rencana yang selama ini dia susun selama bertahun-tahun, hampir gagal total. Belum lagi, dia mulai merasakan Carlos yang semakin lama mulai membelot.Jika begini terus, bagaimana dia bisa menjelaskan pada Tuannya?Benda besar berbentuk bulat itu menyala, itu seperti bola kaca. Irene yang melihat benda tersebut menyala langsung memasang posisi sigap. Karena jika bola kaca sudah menyala, itu tandanya Sang Tuan ingin berkomunikasi dengannya.Dan benar saja, tak lama muncul sebuah wajah yang diselimut
Raut wajah Xavier berubah menjadi bersemangat saat melihat kedatangan Mikaila, dia yang tadinya beraura suram karena tugasnya sebagai seorang Grand Duke yang menumpuk, kini berubah menjadi cerah seketika.Xavier mencoba tersenyum ramah seperti Anhard, maupun mencoba tersenyum imut seperti Casis. Akan tetapi senyumnya malah terlihat aneh di mata Mikaila. Sehingga membuat gadis itu mengernyitkan dahinya."Salam Grand Duke Xavier, semoga Dewi Cahaya memberkati anda." Mikaila melakukan salam ala Lady, lalu dibalas oleh Xavier kemudian pria itu menyuruhnya untuk duduk."Ada apa Lady Mikaila, datang ke tempat saya?" tanya Xavier penasaran. Akan tetapi, tak urung dia merasakan senang di dalam hati."Ada yang ingin memecah kita, dengan mengirimkan saya sebuah teror menggunakan inisial nama anda dan tulisan tangannya hampir sama seperti anda," jawab Mikaila to the point, wajah cantiknya terlihat dingin ketika mengingat teror barusan."Tapi