"Saya menolak!" ucapan tegas dan sedikit berteriak itu bukan diucapkan oleh Mikaila, akan tetapi oleh Xavier dan Anhard yang berkata secara serempak karena refleks.
Suasana hening seketika, tidak ada yang berbicara sama sekali ketika suara penolakan dari Xavier dan Anhard terdengar.
Tatapan mata para bangsawan tertuju pada mereka berdua, termasuk raja dan putra mahkota itu sendiri.
Bahkan kini, keluarga Arundell yang berada di ujung kanan pun, turut serta dalam memperhatikan mereka.
Suasana ini membuat semua orang tak percaya, bagaimana tidak? Ini adalah kejadian langka bagi mereka.
Di mana ada seorang putra mahkota kerajaan, yang mau memohon pada Sang Raja untuk menganugerahkan pernikahan dengan mantan tunangannya sendiri, dan yang lebih menakjubkannya lagi ada dua orang pemuda tampan lain yang membuka suara untuk menolak keinginan putra mahkota.
Para gadis bangsawan yang ada di sana, kini menatap iri pada Mika
Irene merasa marah ketika orang suruhannya mengatakan bahwa Mikaila kembali dengan selamat, tanpa luka sedikitpun di tubuhnya. Dia menebak pasti Helena benar-benar tidak berguna, karena tidak bisa menjalankan perintahnya dengan baik.Dan yang lebih membuat ia muak lagi, mengapa juga Carlos begitu bodoh dan malah meminta anugerah pernikahan dengan Mikaila kepada raja. Tidak bisa begini, ketakutan terbesarnya terjadi. Jika Carlos benar-benar jatuh cinta pada Mikaila maka semua rencananya gagal. Makanya dia menyuruh Helena membuat Carlos jatuh padanya lewat sihir hitam sekalipun, agar Carlos tidak jatuh cinta pada Mikaila. Akan tetapi sekarang, rupanya anak sialan itu benar-benar telah jatuh hati pada gadis memuakkan seperti Mikaila."Yang Mulia, Lady Helena ingin bertemu dengan anda," ucap si pelayan memberitahukan hal ini tiba-tiba."Suruh dia masuk," pinta ratu pada si pelayan."Baik, Yang Mulia." Pelayan itu segera menjalankan per
"Nona, anda dari mana saja? Saya mencari-cari anda dari tadi, khawatir jika terjadi sesuatu pada anda." Marry langsung menghampiri Mikaila dengan panik, kala melihat kedatangan gadis itu."Aku hanya berjalan-jalan sebentar Marry, tenanglah, aku tidak apa-apa," jawabnya, mencoba menenangkan."Syukurlah jika anda tidak apa-apa Nona, ayo masuk ke dalam aula. Acara pertunjukan bakat para bangsawan sudah dimulai," ajak Marry untuk masuk ke dalam.Mikaila hanya mengangguk, kedua wanita berbeda usia itu masuk ke dalam aula istana.Ketika sampai, dia melihat seorang gadis bangsawan dari keluarga Count, yang sedang menunjukkan bakatnya yaitu menyanyi, suaranya begitu indah dan merdu, sehingga membuat semua orang yang ada di sana karenanya.Mikaila duduk di kursi paling belakang, dia tidak menyadari bahwa gadis di sampingnya ternyata adalah Serena.Sementara Serena yang menyadari ba
Mikaila tertawa senang dalam hati, setelah ini, dia merasa bahwa Helena benar-benar idiot sejati. Mengapa dia begitu mudah untuk masuk ke dalam jebakannya? Dan berujung mempermalukan dirinya sendiri.Namun, apapun itu, Mikaila bersyukur dengan kebodohan Helena, karena tanpa perlu bersusah payah, dia mengakui kejahatannya sendiri di muka umum. Sebenarnya, ini adalah rencana Mikaila, membuat Helena marah sampai kehilangan akal dan berakhir mengatakan yang sejujurnya. Karena biasanya orang yang sedang marah sampai kehilangan akal sehat, tanpa sadar akan mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.Sementara Helena yang menyadari bahwa dia telah masuk ke rencana Mikaila langsung menjadi gila, dia memandang Mikaila penuh kebencian. "Mikaila kau begitu sialan, ini semua karena kau! Harusnya kau mati!" Helena langsung naik ke atas podium dengan amarah yang memuncak, dia berniat menyerang Mikaila menggunakan kekuatannya, akan tetapi dengan cepat Mikaila me
Suasana saat ini hening di aula istana, semua orang saat ini nampak tengah memperhatikan saintess yang tengah menguji kalung milik Helena.Sedangkan Helena sendiri, sudah terkapar tak berdaya di lantai istana.raja dan ratu yang baru saja datang merasa shock dengan segala hal yang sedang terjadi. Memang, raja dan ratu datang agak sedikit terlambat karena ada hal yang perlu mereka urus. Karena itu mereka menyerahkan semuanya pada pejabat istana sekaligus pihak kuil yang diundang untuk hadir."Ada apa ini?" Irene menatap acara yang sudah kacau, dia melihat Helena yang sudah terkapar, Mikaila dan keluarga Arundell yang berdiri di samping Helena, lalu pihak kuil yang terlihat sedang mendiskusikan sesuatu, dan para bangsawan yang nampak baru menyadari kedatangan dua orang pemimpin di kerajaan ini."Salam kepada Yang Mulia Raja dan Ratukerajaan Valcke, sang matahari pertama kerajaan, semoga Dewi cahaya selalu memberkati," salam sem
Setelah keluarga Satalia di masukkan ke dalam penjara, acara pertunjukan bakat dibubarkan. Para bangsawan diminta untuk kembali ke kediaman mereka masing-masing. Dan raja juga menjadikan keluarga Satalia sebagai contoh untuk mereka agar tidak menggunakan sihir hitam, dan menjual jiwa kepada iblis.Mikaila saat ini sedang dalam suasana hati yang baik karena berhasil membongkar kebusukan keluarga Satalia dihadapan semua orang, tinggal satu langkah lagi, permainan balas dendam ini benar-benar selesai."Mikaila, tunggu!" Sebuah suara berhasil menghentikan langkah Mikaila yang ingin pergi ke rumahnya. Dia membalikkan tubuhnya, kemudian dia melihat mantan keluarganya kini tengah menghampirinya.Gadis itu mendengkus, Mikaila hanya menatap mereka dengan tatap datar seperti biasa."Mikaila, tidak mau kah kau kembali ke kediaman Arundell? Biar bagaimanapun itu adalah rumahmu, dan kamu masihlah putri bungsu keluarga Arundell." Kevlan berkata
Mikaila merasakan punggung belakangnya terasa nyeri karena Carlos mendorongnya sampai membentur tembok barusan. Dia baru merasakan sakitnya sekarang."Ssh sial, pria itu benar-benar sudah gila, dia bahkan hampir saja melakukan pelecehan terhadapku. Sungguh sudah kehilangan akal," monolog Mikaila sambil membuka bagian atas gaunnya.Dia membalikkan tubuhnya membelakangi cermin, untuk melihat apakah punggung belakangnya terluka atau tidak.Dan benar saja, punggung belakang Mikaila terdapat luka memar yang sudah membiru."Marry, tolong bawakan obat untuk menyembuhkan luka memarku," panggil Mikaila kepada pelayannya."Baik nona, tunggu sebentar," kata Marry yang baru saja masuk ke dalam kamar Mikaila, setelah itu dia pergi ke ruang persediaan obat, dan kembali dengan obat herbal yang berada di tangannya."Bantu aku untuk mengoleskan obat itu," pinta Mikaila meminta bantuan.Tak perlu disuruh dua kali, Ma
Mikaila sedikit kaget dengan kedatangan Casis yang tiba-tiba, kini pria itu tengah berdiri di depan rumahnya. Dia berjalan mendekati Casis. "Yang Mulia, ada keperluan apa anda kemari?" tanya Mikaila tanpa basa-basi, ataupun salam penghormatan. Hanya ada mereka berdua di sini, jadi Mikaila tidak perlu repot-repot bersikap formal, dihadapan pria itu.Casis tersenyum manis, dia sama sekali tidak tersinggung dengan ekspresi Mikaila yang jauh dari kata ramah. "Tidak ada, hanya ingin memastikan bahwa keadaan anda tetap baik-baik saja, Lady." Casis menjawab santai, senyumnya tidak pernah luntur dari wajahnya yang sangat tampan sekaligus cantik itu.Mikaila hanya memutar bola matanya malas, dia sudah tidak heran dengan sikap blak-blakan Casis."Anda darimana saja? Saya menunggu di depan rumah anda sedari tadi tapi tidak ada siapa-siapa?" tanya Casis ingin tahu."Ada urusan yang harus saya selesaikan," jawab Mikaila seadanya. Dia tidak ingin jujur, bah
Mikaila masuk ke dalam kamarnya, otaknnya sedari tadi terus berpikir keras untuk memahami apa yang Casis katakan. Ada banyak hal yang tidak dia pahami, salah satunya, mengapa Casis terkesan begitu misterius? Dia seakan-akan mengetahui segalanya. Dia mengetahui hal-hal yang bahkan ia sendiri pun tidak mengetahuinya. Casis begitu hebat karena telah bersembunyi terlalu jauh dengan topeng konyolnya selama ini.Siapa Casis sebenernya? Dan mengapa tingkahnya seakan-akan, bahwa Casis telah menengal ia sejak lama? Memikirkan Casis, lama-lama membuat ia menjadi gila.Mikaila menatap dirinya di cermin sebentar, kemudian ia membuka gaun bagian atasnya secara perlahan, dan terlihat kulit putih mulus miliknya. Dia memandangi tanda lahir bulan berbentuk bulan sabit di pundak sebelah kirinya. Dia mengelus tanda itu dengan gerakan pelan. Dia masih bertanya-tanya, mengapa Casis bisa tahu bahwa suatu saat Mikaila akan memiliki tanda lahir ini? Orang itu ... sangat sulit untuk dime