Share

Part 6

Pagi ini, Mikaila sudah bersiap-siap. Ia akan pergi ke menara sihir. Ia sudah bertekad untuk berlatih sihir.

Kali ini, ia sudah tidak ingin lagi mengejar cinta orang yang tidak pernah memperdulikannya, sudah cukup untuk semua rasa sakit yang ia terima.

Ia kini hanya ingin menjadi kuat, lebih kuat, hingga bisa membalaskan dendamnya.

Ia akan sungguh-sungguh belajar sihir kali ini, ia tidak akan lagi menjadi bodoh dan mendapatkan hinaan dari masyarakat.

Semua orang yang pernah menghinanya dan menjatuhkannya akan mendapatkan balasan yang jauh lebih menyakitkan.

"Marry siapkan kereta, aku akan pergi ke menera sihir hari ini," perintah Mikaila pada Marry yang kini berdiri dibelakangnya.

"Baik nona," jawab Marry yang langsung menyelesaikan perintah sang nona.

Mikaila menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, sedetik kemudian ia tersenyum iblis ketika mengingat semua rencana untuk membalaskan semua rasa sakit yang sudah ia terima.

"Tunggulah kehancuran kalian satu-persatu," gumamnya seraya menyeringai mengerikan.

+++

Mikaila berjalan perlahan menuju keluar mansion. Tanpa sadar telinganya mendengar sebuah tawa yang begitu bahagia di taman mansion ini.

Mikaila menatap malas kearah semua orang yang berada di sana. Sungguh rasanya ia ingin membunuh mereka satu-persatu. Mereka semua yang sudah menoreh begitu banyak luka untuk dirinya.

Hatinya sudah mati, kini tidak ada lagi cinta untuk mereka, hanya rasa benci.

'Sial, kenapa juga orang menjijikan itu berada di sana,' batinnya malas

Awalnya Mikaila akan lewat begitu saja tanpa menghiraukan mereka semua, namun di sana ada si bajingan Carlos yang tengah menatap penuh cinta pada Helena. 

Sangat tidak memungkinkan untuk tidak menghormati anggota kerajaan.

Mikaila berjalan anggun menuju mereka, Mikaila berpenampilan sangat cantik saat ini, sulit bagi orang lain untuk tidak terus menatapnya.

Lihat saja, saat ini kelima pria yang berada di sana tidak bisa menghentikan tatapan mata mereka dari wajah cantik Mikaila.

"Salam kepada pangeran mahkota sang cahaya matahari kedua kerajaan, semoga dewi cahaya selalu memberkati Anda," salamnya dengan membungkuk ala Lady bangsawan.

"Salam yang mulia duke, tuan muda pertama, tuan muda kedua, dan tuan muda ketiga Arundell semoga dewi cahaya memberkati kalian," lanjutnya seraya menyapa ayah dan ketiga kakak lelakinya.

Sedangkan Helena? Ia tidak perlu repot-repot menyapanya, jelas posisinya saat ini jauh lebih tinggi daripada Helena. Apalagi saat ini Helena bukan lagi bangsawan jadi untuk apa ia repot-repot menyapa makhlukh menjijikan seperti itu.

Seharusnya menurut sistem kasta yang berlaku ia harus hormat pada Mikaila pada saat ini juga, terlebih sekarang Mikaila adalah putri mahkota kerajaan ini, namun lihatlah Helena saat ini. Dia malah berdiam diri duduk di sana dan menunjukan ekspresi ketakutan sehingga membuat orang salah paham, seolah Mikaila sudah menganiyaya gadis itu.

Mikaila berdecih dalam hati, ia sudah muak dengan tingkah Helena. Jika bisa ia ingin mencekik Helena sampai mati saat ini juga.

Namun ia hanya bisa menahannya, rencananya akan jauh lebih menyenangkan, melihat penderitaan Helena satu-persatu sampai akhirnya ia mati secara perlahan.

Kematian adalah hal termudah untuk Helena, ia ingin cara yang berbeda. Ia ingin melihat raut wajah putus asa Helena, pasti rasanya akan jauh lebih menyenangkan bukan?

Tidak ada yang menjawab salam Mikaila, mereka semua masih terpesona dengan kecantikan Mikaila saat ini.

Mereka benar-benar terpesona dengan sosok cantik yang kini berdiri secara nyata dihadapan mereka.

Seolah tersihir, tatapan mereka tidak pernah lepas dari Mikaila.

Sementara Mikaila yang diperhatikan, hanya memasang wajah tanpa ekspresi. Dirinya sudah menduga hal itu sebelumnya, kecantikannya benar-benar bisa menghancurkan suatu kerajaan.

Dan Helena mengepalkan tangannya, ia iri dengan kecantikan Mikaila, ia sadar bahwa saat ini kecantikannya tidak dapat dibandingkan dengan Mikaila, dan dia benci fakta itu.

Ia tidak suka, ia tidak mau, ia ingin semua perhatian berpusat padanya, hanya ia yang pantas! Hanya ia! Bukannya Mikaila gadis gila itu.

"Lady anda mau kemana?" tanya Helena dengan nada lembut, namun jejak kecemburuan tidak bisa dihilangkan dari sana.

Dan ucapan Helena berhasil menyadarkan kelima pria itu dari pesonanya. Mereka kembali keakal waras mereka dan kini menatap Mikaila datar.

"Siapa dia, Helena. Kau mengenalnya?" tanya Carlos yang tidak bisa mengalihkan matanya dari wajah cantik Mikaila.

Raut wajah Helena seketika langsung jelek ketika mendengar perkataan Carlos, namun buru-buru ia mengubahnya dan langsung tersenyum lembut, seolah-olah yang dilihat Carlos barusan adalah ilusi.

Sedangkan Mikaila yang mendengarnya ingin tertawa keras. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah si bajingan ini tidak mengenal tunangannya sendiri? Sungguh menggelikan.

"Carlos, dia adalah Lady Mikaila. Putri bungsu Duke Arundell," jawab Helena dengan sabar.

Ketika mendengar nama Mikaila, keterpesonaanya tiba-tiba menghilang begitu saja, digantikan dengan rasa jijik.

'Ck, tidak peduli secantik apa gadis gila itu saat ini, dia benar-benar tidak bisa disandingkan denganku,' batin Carlos jijik.

Helena yang melihat raut jijik Carlos seketika tersenyum senang, kekhawatirannya menghilang begitu saja.

"Ah rupanya saya mengganggu, saya permisi," pamitnya yang ingin beranjak pergi.

"Trik apa yang sedang anak sial ini lakukan?" ujar sebuah suara yang seketika menghentikan langkah Mikaila.

Mikaila berbalik, matanya memandang datar kearah Antonio sang kakak pertama yang kini tengah tersenyum remeh kearah Mikaila.

Mikaila tidak menjawab hanya memasang wajah tanpa ekspresi, terlalu malas rasanya menjawab pertanyaan yang tidak berguna dari orang tak penting.

"Ck, apakah sekarang kau sudah bisu? Tak punya mulut?" tanya Evands kini menambahkan.

Sementara Edward dan Kevlan memilih diam, terutama Kevlan. Ia masih tidak bisa mengalihkan matanya dari Mikaila, wajah Mikaila mirip dengan istri tercintanya, hanya bibir dan juga mata yang berbeda karena mereka sama dengan dirinya sendiri.

Sedangkan Edward memilih bungkam karena pengabaian Mikaila di perpustakaan kemarin. Ia merasa malu, jadi ia lebih memilih diam saja kali ini, tidak mau kehilangan muka.

Dan Carlos? Ia menatap aneh Mikaila yang kini nampak sangat berbeda dari biasanya. Biasanya gadis gila itu selalu melompat kearahnya dan berteriak, 'Pangeran aku mencintamu.' Namun kali ini berbeda, Mikaila nampak begitu cantik dengan aura anggun dan elegan juga dengan sikap yang agung penuh wibawa.

"Jika tidak ada yang penting, saya permisi," ucap Mikaila dengan nada dingin dan hendak berbalik pergi.

"Kau sungguh tidak sopan dengan tidak nenjawab pertanyaan kami, apakah karena kau iri dengan keberadaan Helena di sini?" tanya Evands dengan nada mengejek.

Mikaila melirik Evands, "Oh aku tidak peduli," jawabnya singkat.

Semua nampak tercengang ketika mendengar jawaban Mikaila, mereka mendadak bodoh dan menatap Mikaila tidak percaya.

Biasanya gadis gila itu akan marah-marah dan mengacau setiap kali melihat Helena berada di sini.

Mikaila terlalu malas berurusan dengan mereka, ia segera berbalik pergi, namun lagi-lagi langkahnya terhenti berkat panggilan seseorang.

"Lady Mikaila," panggil Helena seraya berlari menyusul.

Helena langsung bersimpuh dihadapan Mikaila dengan air mata yang sudah mengucur deras dari sana, "Lady Mikaila saya mohon Lady jangan marah, maafkan saya Lady saya tidak berniat untuk datang ke sini. Carlos sendiri yang memaksa mengajak saya Lady, dan Yang mulia Duke juga yang bersikeras mengundang saya."

Mikaila menatap malas kearah Helana dibawahnya, "Oh," jawabnya singkat, padat, dan jelas.

Helena mematung, "La-lady anda tidak marah?" Helena bertanya bodoh.

"Bisakah kau minggir?" tanya Mikaila tanpa menjawab pertanyaan Helena.

Helena hanya mematung, masih terlalu terkejut, ia pikir dengan berucap seperti itu Mikaila akan marah padanya sepertia biasa, dan Helena akan senang hati menjadi korban. Dan Mikaila akan kembali dibenci semua orang.

Akan tetapi apa ini? Mikaila harusnya marah!

"Mikaila kau keterlaluan!" teriak Carlos marah.

Mikaila menghembuskan nafasnya lelah, pasangan ini benar-benar membuatnya kesal dan membuang waktu berharganya. 

Ia hanya menatap datar kearah Carlos yang kini menatapnya penuh amarah.

"Kenapa kau membiarkan Helena bersimpuh seperti ini?" Carlos segera membangunkan Helena dan memeluknya.

"Dia yang bersimpuh sendiri," jawab Mikaila malas.

"Harusnya kau tidak boleh membiarkan Helena melakukan hal seperti itu," ujar Carlos tajam.

Mikaila menatap Carlos dingin, ia benar-benar sudah kehabisan kesabaran karena orang gila dihadapannya.

"Apa peduliku?" tanya Mikaila dengan nenatap Carlos tajam.

"Mikaila kau tidak sopan pada pangeran," kali ini sang Duke ikut-ikutan.

Lama-lama Mikaila bisa benar-benar gila berada di sini. Ia tidak habis pikir apakah otak tiba-tiba berubah menjadi bodoh tiap kali berhubungan dengan Helena?

"Kalian semua jangan menguji kesabaranku, aku tidak punya banyak kesabaran untuk menghadapi pemikiran gila kalian semua, sedari tadi kalian terus menghentikan langkahku untuk beranjak, dan kau pangeran lebih baik kau beritahu wanita pujaanmu untuk tidak bersimpuh dihadapan orang lain, ck. Aku tidak peduli sama sekali dengan orang-orang seperti kalian."

Tepat setelah mengatakan itu, Mikaila pergi meninggalkan mereka semua. Mikaila yakin 100% apabila ia terus berada di sana ia akan mati muda.

Dia sudah benar-benar muak, semua orang hanya akan mencintai Helena, baik itu Ayahnya, ketiga kakak lelakinya, dan bahkan tunangannya sendiripun lebih mencintai Helena.

Ayahnya, menganggap Helena sebagai putrinya sendiri. Sedangkan Mikaila? Diperlakukan seperti orang luar yang bagai tidak memiliki hubungan darah sama sekali, padahal Mikaila adalah putrinya!

Lihatlah wajah yang sama seperti istrinya dan mata biru khas keturunan Arundell. Apakah itu belum cukup untuk membuktikan bahwa Mikaila adalah putrinya?

Ketiga kakak lelakinya lebih menyayangi Helena dan menganggap Helena sebagai adik mereka sendiri.

Dan memperlakukan Mikaila sebagai hama yang menjijikan, padahal Mikaila sudah berusaha mati-matian untuk dekat mereka. Namun apa? Mereka tidak pernah melihat Mikaila sekalipun.

Tunangannya lebih mencintai Helena, memperlakukan Helena penuh puja dan menjadi budak cinta Helena.

Padahal Mikaila sudah berjuang keras untuk Carlos, dan hampir berkali-kali olehnya. Akan tetapi tetap saja perjuangannya adalah sebuah sia-sia. Ia tidak pernah berbuat baik sekalipun kepada Mikaila meskipun Mikaila sudah berkali-kali menyelematkan nyawanya.

Andai saja jika bukan karena rencananya, ia pasti sudah membunuh mereka semua.

Namun Mikaila tidak mau seperti itu, ia ingin melihat wajah putus asa mereka terlebih dahulu. Raut memohon mereka pasti akan jauh lebih menyenangkan.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Lie Miang
mending baca buku terjemahan buka koin 4 atau 5 cerita bagus lagi
goodnovel comment avatar
Nurpi HutaGaol
gak update ya
goodnovel comment avatar
Anisaulmasruroh
penasaran sm cerintanya...tp coiny mahallll
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status