Pagi ini, Mikaila sudah bersiap-siap. Ia akan pergi ke menara sihir. Ia sudah bertekad untuk berlatih sihir.
Kali ini, ia sudah tidak ingin lagi mengejar cinta orang yang tidak pernah memperdulikannya, sudah cukup untuk semua rasa sakit yang ia terima.
Ia kini hanya ingin menjadi kuat, lebih kuat, hingga bisa membalaskan dendamnya.
Ia akan sungguh-sungguh belajar sihir kali ini, ia tidak akan lagi menjadi bodoh dan mendapatkan hinaan dari masyarakat.
Semua orang yang pernah menghinanya dan menjatuhkannya akan mendapatkan balasan yang jauh lebih menyakitkan.
"Marry siapkan kereta, aku akan pergi ke menera sihir hari ini," perintah Mikaila pada Marry yang kini berdiri dibelakangnya.
"Baik nona," jawab Marry yang langsung menyelesaikan perintah sang nona.
Mikaila menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, sedetik kemudian ia tersenyum iblis ketika mengingat semua rencana untuk membalaskan semua rasa sakit yang sudah ia terima.
"Tunggulah kehancuran kalian satu-persatu," gumamnya seraya menyeringai mengerikan.
+++
Mikaila berjalan perlahan menuju keluar mansion. Tanpa sadar telinganya mendengar sebuah tawa yang begitu bahagia di taman mansion ini.
Mikaila menatap malas kearah semua orang yang berada di sana. Sungguh rasanya ia ingin membunuh mereka satu-persatu. Mereka semua yang sudah menoreh begitu banyak luka untuk dirinya.
Hatinya sudah mati, kini tidak ada lagi cinta untuk mereka, hanya rasa benci.
'Sial, kenapa juga orang menjijikan itu berada di sana,' batinnya malas
Awalnya Mikaila akan lewat begitu saja tanpa menghiraukan mereka semua, namun di sana ada si bajingan Carlos yang tengah menatap penuh cinta pada Helena.
Sangat tidak memungkinkan untuk tidak menghormati anggota kerajaan.
Mikaila berjalan anggun menuju mereka, Mikaila berpenampilan sangat cantik saat ini, sulit bagi orang lain untuk tidak terus menatapnya.
Lihat saja, saat ini kelima pria yang berada di sana tidak bisa menghentikan tatapan mata mereka dari wajah cantik Mikaila.
"Salam kepada pangeran mahkota sang cahaya matahari kedua kerajaan, semoga dewi cahaya selalu memberkati Anda," salamnya dengan membungkuk ala Lady bangsawan.
"Salam yang mulia duke, tuan muda pertama, tuan muda kedua, dan tuan muda ketiga Arundell semoga dewi cahaya memberkati kalian," lanjutnya seraya menyapa ayah dan ketiga kakak lelakinya.
Sedangkan Helena? Ia tidak perlu repot-repot menyapanya, jelas posisinya saat ini jauh lebih tinggi daripada Helena. Apalagi saat ini Helena bukan lagi bangsawan jadi untuk apa ia repot-repot menyapa makhlukh menjijikan seperti itu.
Seharusnya menurut sistem kasta yang berlaku ia harus hormat pada Mikaila pada saat ini juga, terlebih sekarang Mikaila adalah putri mahkota kerajaan ini, namun lihatlah Helena saat ini. Dia malah berdiam diri duduk di sana dan menunjukan ekspresi ketakutan sehingga membuat orang salah paham, seolah Mikaila sudah menganiyaya gadis itu.
Mikaila berdecih dalam hati, ia sudah muak dengan tingkah Helena. Jika bisa ia ingin mencekik Helena sampai mati saat ini juga.
Namun ia hanya bisa menahannya, rencananya akan jauh lebih menyenangkan, melihat penderitaan Helena satu-persatu sampai akhirnya ia mati secara perlahan.
Kematian adalah hal termudah untuk Helena, ia ingin cara yang berbeda. Ia ingin melihat raut wajah putus asa Helena, pasti rasanya akan jauh lebih menyenangkan bukan?
Tidak ada yang menjawab salam Mikaila, mereka semua masih terpesona dengan kecantikan Mikaila saat ini.
Mereka benar-benar terpesona dengan sosok cantik yang kini berdiri secara nyata dihadapan mereka.
Seolah tersihir, tatapan mereka tidak pernah lepas dari Mikaila.
Sementara Mikaila yang diperhatikan, hanya memasang wajah tanpa ekspresi. Dirinya sudah menduga hal itu sebelumnya, kecantikannya benar-benar bisa menghancurkan suatu kerajaan.
Dan Helena mengepalkan tangannya, ia iri dengan kecantikan Mikaila, ia sadar bahwa saat ini kecantikannya tidak dapat dibandingkan dengan Mikaila, dan dia benci fakta itu.
Ia tidak suka, ia tidak mau, ia ingin semua perhatian berpusat padanya, hanya ia yang pantas! Hanya ia! Bukannya Mikaila gadis gila itu.
"Lady anda mau kemana?" tanya Helena dengan nada lembut, namun jejak kecemburuan tidak bisa dihilangkan dari sana.
Dan ucapan Helena berhasil menyadarkan kelima pria itu dari pesonanya. Mereka kembali keakal waras mereka dan kini menatap Mikaila datar.
"Siapa dia, Helena. Kau mengenalnya?" tanya Carlos yang tidak bisa mengalihkan matanya dari wajah cantik Mikaila.
Raut wajah Helena seketika langsung jelek ketika mendengar perkataan Carlos, namun buru-buru ia mengubahnya dan langsung tersenyum lembut, seolah-olah yang dilihat Carlos barusan adalah ilusi.
Sedangkan Mikaila yang mendengarnya ingin tertawa keras. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah si bajingan ini tidak mengenal tunangannya sendiri? Sungguh menggelikan.
"Carlos, dia adalah Lady Mikaila. Putri bungsu Duke Arundell," jawab Helena dengan sabar.
Ketika mendengar nama Mikaila, keterpesonaanya tiba-tiba menghilang begitu saja, digantikan dengan rasa jijik.
'Ck, tidak peduli secantik apa gadis gila itu saat ini, dia benar-benar tidak bisa disandingkan denganku,' batin Carlos jijik.
Helena yang melihat raut jijik Carlos seketika tersenyum senang, kekhawatirannya menghilang begitu saja.
"Ah rupanya saya mengganggu, saya permisi," pamitnya yang ingin beranjak pergi.
"Trik apa yang sedang anak sial ini lakukan?" ujar sebuah suara yang seketika menghentikan langkah Mikaila.
Mikaila berbalik, matanya memandang datar kearah Antonio sang kakak pertama yang kini tengah tersenyum remeh kearah Mikaila.
Mikaila tidak menjawab hanya memasang wajah tanpa ekspresi, terlalu malas rasanya menjawab pertanyaan yang tidak berguna dari orang tak penting.
"Ck, apakah sekarang kau sudah bisu? Tak punya mulut?" tanya Evands kini menambahkan.
Sementara Edward dan Kevlan memilih diam, terutama Kevlan. Ia masih tidak bisa mengalihkan matanya dari Mikaila, wajah Mikaila mirip dengan istri tercintanya, hanya bibir dan juga mata yang berbeda karena mereka sama dengan dirinya sendiri.
Sedangkan Edward memilih bungkam karena pengabaian Mikaila di perpustakaan kemarin. Ia merasa malu, jadi ia lebih memilih diam saja kali ini, tidak mau kehilangan muka.
Dan Carlos? Ia menatap aneh Mikaila yang kini nampak sangat berbeda dari biasanya. Biasanya gadis gila itu selalu melompat kearahnya dan berteriak, 'Pangeran aku mencintamu.' Namun kali ini berbeda, Mikaila nampak begitu cantik dengan aura anggun dan elegan juga dengan sikap yang agung penuh wibawa.
"Jika tidak ada yang penting, saya permisi," ucap Mikaila dengan nada dingin dan hendak berbalik pergi.
"Kau sungguh tidak sopan dengan tidak nenjawab pertanyaan kami, apakah karena kau iri dengan keberadaan Helena di sini?" tanya Evands dengan nada mengejek.
Mikaila melirik Evands, "Oh aku tidak peduli," jawabnya singkat.
Semua nampak tercengang ketika mendengar jawaban Mikaila, mereka mendadak bodoh dan menatap Mikaila tidak percaya.
Biasanya gadis gila itu akan marah-marah dan mengacau setiap kali melihat Helena berada di sini.
Mikaila terlalu malas berurusan dengan mereka, ia segera berbalik pergi, namun lagi-lagi langkahnya terhenti berkat panggilan seseorang.
"Lady Mikaila," panggil Helena seraya berlari menyusul.
Helena langsung bersimpuh dihadapan Mikaila dengan air mata yang sudah mengucur deras dari sana, "Lady Mikaila saya mohon Lady jangan marah, maafkan saya Lady saya tidak berniat untuk datang ke sini. Carlos sendiri yang memaksa mengajak saya Lady, dan Yang mulia Duke juga yang bersikeras mengundang saya."
Mikaila menatap malas kearah Helana dibawahnya, "Oh," jawabnya singkat, padat, dan jelas.
Helena mematung, "La-lady anda tidak marah?" Helena bertanya bodoh.
"Bisakah kau minggir?" tanya Mikaila tanpa menjawab pertanyaan Helena.
Helena hanya mematung, masih terlalu terkejut, ia pikir dengan berucap seperti itu Mikaila akan marah padanya sepertia biasa, dan Helena akan senang hati menjadi korban. Dan Mikaila akan kembali dibenci semua orang.
Akan tetapi apa ini? Mikaila harusnya marah!
"Mikaila kau keterlaluan!" teriak Carlos marah.
Mikaila menghembuskan nafasnya lelah, pasangan ini benar-benar membuatnya kesal dan membuang waktu berharganya.
Ia hanya menatap datar kearah Carlos yang kini menatapnya penuh amarah.
"Kenapa kau membiarkan Helena bersimpuh seperti ini?" Carlos segera membangunkan Helena dan memeluknya.
"Dia yang bersimpuh sendiri," jawab Mikaila malas.
"Harusnya kau tidak boleh membiarkan Helena melakukan hal seperti itu," ujar Carlos tajam.
Mikaila menatap Carlos dingin, ia benar-benar sudah kehabisan kesabaran karena orang gila dihadapannya.
"Apa peduliku?" tanya Mikaila dengan nenatap Carlos tajam.
"Mikaila kau tidak sopan pada pangeran," kali ini sang Duke ikut-ikutan.
Lama-lama Mikaila bisa benar-benar gila berada di sini. Ia tidak habis pikir apakah otak tiba-tiba berubah menjadi bodoh tiap kali berhubungan dengan Helena?
"Kalian semua jangan menguji kesabaranku, aku tidak punya banyak kesabaran untuk menghadapi pemikiran gila kalian semua, sedari tadi kalian terus menghentikan langkahku untuk beranjak, dan kau pangeran lebih baik kau beritahu wanita pujaanmu untuk tidak bersimpuh dihadapan orang lain, ck. Aku tidak peduli sama sekali dengan orang-orang seperti kalian."
Tepat setelah mengatakan itu, Mikaila pergi meninggalkan mereka semua. Mikaila yakin 100% apabila ia terus berada di sana ia akan mati muda.
Dia sudah benar-benar muak, semua orang hanya akan mencintai Helena, baik itu Ayahnya, ketiga kakak lelakinya, dan bahkan tunangannya sendiripun lebih mencintai Helena.
Ayahnya, menganggap Helena sebagai putrinya sendiri. Sedangkan Mikaila? Diperlakukan seperti orang luar yang bagai tidak memiliki hubungan darah sama sekali, padahal Mikaila adalah putrinya!
Lihatlah wajah yang sama seperti istrinya dan mata biru khas keturunan Arundell. Apakah itu belum cukup untuk membuktikan bahwa Mikaila adalah putrinya?
Ketiga kakak lelakinya lebih menyayangi Helena dan menganggap Helena sebagai adik mereka sendiri.
Dan memperlakukan Mikaila sebagai hama yang menjijikan, padahal Mikaila sudah berusaha mati-matian untuk dekat mereka. Namun apa? Mereka tidak pernah melihat Mikaila sekalipun.
Tunangannya lebih mencintai Helena, memperlakukan Helena penuh puja dan menjadi budak cinta Helena.
Padahal Mikaila sudah berjuang keras untuk Carlos, dan hampir berkali-kali olehnya. Akan tetapi tetap saja perjuangannya adalah sebuah sia-sia. Ia tidak pernah berbuat baik sekalipun kepada Mikaila meskipun Mikaila sudah berkali-kali menyelematkan nyawanya.
Andai saja jika bukan karena rencananya, ia pasti sudah membunuh mereka semua.
Namun Mikaila tidak mau seperti itu, ia ingin melihat wajah putus asa mereka terlebih dahulu. Raut memohon mereka pasti akan jauh lebih menyenangkan.
Mikaila turun dari kereta kudanya, ia menatap menara sihir dihadapannya.Sesaat, terbesit keraguan dalam pikirannya, bukan tanpa alasan, menara sihir bukanlah tempat yang bisa dikunjungi oleh sembarang orang, bahkan Raja pun tidak bisa sesuka hati untuk pergi ke menara sihir.Jika saja bukan karena si penyihir agung satu-satunya orang yang bisa membantunya, Mikaila terlalu malas untuk datang ke tempat seperti ini.Kedatangan Mikaila disambut dengan penjaga menara sihir, buru-buru Mikaila mengeluarkan token sebagai tanda persetujuan masuk.Para penjaga yang melihat token Mikaila, langsung membiarkan Mikaila masuk.Dengan langkah anggun, Mikaila berjalan memasuki menara sihir, dapat Mikaila lihat bangunan yang begitu indah dan megah, bahkan lebih megah dari istana.Mikaila melangkahkan kakinya menuju ruang khusus penyihir agung.Kemarin Mikaila sudah mengiri
"Aku ingin berkerjsama denganmu, untuk menghancurkan seseorang," ujarnya dengan senyum mengerikan di wajah cantiknya.Anhard menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya-tanya orang sial mana yang menjadi musuh Lady gila yang ada dihadapannya ini."Seseorang? Siapa?" tanya Anhard yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya."Intinya orang itu adalah orang yang paling ku benci sampai mati," jawab Mikaila dengan tatapan mata penuh dendam dan kebencian."Kalau aku tidak mau?"Mikaila tersenyum miring ketika mendengar jawaban Anhard, "Jika kau tidak mau yasudah, padahal awalnya aku ingin mengajak kau berkerjasama untuk menghancurkan orang yang sudah membantai keluargamu 15 tahun lalu,"Anhard menatap Mikaila seakan terkejut, fikirannya bertanya-tanya. Darimana gadis ini tau orang yang sudah membantai keluarganya 15 taun lalu? Dia saja yang sudah mencari dalam 15 tahun terakhir aka tetapi tidak bisa menemukan orang itu.15 taun la
Mikaila menatap malas pada tumpukan gaun yang sudah Marry siapkan.Hari ini adalah jadwal rutin kunjungan dirinya yang menjabat sebagai Putri mahkota ke istana kerajaan.Sebagai Putri Mahkota kerajaan ini, Mikaila diwajibkan mengunjungimu istana setiap seminggu sekali, dan hari ini adalah harinya.Jika itu Mikaila yang dulu, mungkin saat ini ia sudah berjingkrak-jingkrak kesenangan karena akan bertemu Carlos di istana, ya ... meskipun berakhir dengan Carlos yang memilih bersama Helena dibanding bersama dengannya.Namun kali ini tidak lagi, melihat wajah Carlos saja ia benar-benar tidak bisa menahan hasrat ingin membunuh bajingan menjijikan itu, apalagi hari ini ia harus bersama Carlos seharian?Mikaila hanya berharap, semoga hari ini berjalan lancar tanpa ada gangguan.Jika bisa saja memilih, ia tidak ingin datang ke istana, akan tetapi mau bagaimana lagi? Peraturan tetapl
Selepas meninggalkan istana, Mikaila langsung menuju menara sihir, ia ingin menanyakan perihal rencananya dengan Anhard, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia tidak sabar untuk membalas semua rasa sakit yang ia terima."Lady Mikaila anda datang lagi rupanya hari ini," ujar Anhard seraya tersenyum manis."Bagaimana rencananya?" tanya Mikaila to the point.Anhard tertawa pelan ketika mendengar Mikaila yang langsung ke inti, "Seperti yang diharapkan, Lady Mikaila memang bukan orang yang suka berbasa-basi.""Aku sudah memantau orang-orang itu, akan tetapi mereka belum melakukan pergerakan yang mencurigakan," lanjutnya lagi."Terus pantau orang-orang itu, mereka bermain terlalu licik dan berhati-hati bahkan pihak kuil dan kerajaan pun tidak menaruh rasa curiga pada mereka," kata Mikaila dengan datar seperti biasanya."Tenang saja Lady, aku sudah memantau mereka d
Mikaila tidak bisa menahan sumpah serapahnya ketika ia mulai memasuki kamar, air mata tidak bisa lagi ia sembunyikan.Tubuh Mikaila menyeluruh ke ubin yang dingin, sekuat tenaga ia mencoba menahan rasa sakit tepat di ulu hatinya.Mikaila mulai terisak pelan, mati-matian ia menahan tangisannya karena ia tidak ingin ada orang lain yang melihatnya dalam kondisi terlemah.Ia pikir mungkin ia sudah mati rasa, akan tetapi ia salah besar, rasa sesak nan menyakitkan itu masih terasa nyata. Sekuat apapun ia berusaha, ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang kematian dirinya yang begitu tragis.Setiap hari, setiap hari ia selalu merasakan bahwa dirinya tidak berharga. Sebagaimanapun perjuangan Mikaila untuk keluarganya, mereka hanya akan tetap memandang dirinya sebagai makhluk hina."Astaga Nona." Marry berteriak panik ketika melihat kondisi Mikaila yang sudah menyedihkan, hatinya ikut merasa sakit
"Nona ada kiriman surat dari Grand Duke Acherron," lapor Marry pada Mikaila yang saat ini sedang terduduk seraya membaca salah satu buku yang ia pinjam di perpustakaan."Taruh di mejaku Marry," ucap Mikaila tanpa mengalihkan atensinya dari buku yang ia baca."Baik Nona." Marry langsung menuruti perintah Mikaila, ia langsung menaruh surat itu di meja yang Mikaila suruh.Perlahan, Mikaila menutup buku yang ia baca, ia mulai bangkit dari duduknya. Lalu ia berjalan kearah meja dan mengambil surat yang dikirimkan oleh Xavier.Dibukanya surat tersebut, lalu ia mengambil isi surat dan membacanya.'Datang ke guild informasi lagi, aku sudah menemukan notaris terbaik di kerajaan ini.'Tertanda : Xavier Grizan de AcherronSenyum miring tercetak jelas di wajah cantik Mikaila, akhirnya ia menemukan satu orang lagi untuk membantunya dalam permainan balas dendam ini.
Selepas meninggalkan guild informasi Mikaila sengaja berjalan melewati pasar, ia ingin melihat secara langsung para rakyat yang tengah melakukan transaksi jual-beli.Selama bertahun-tahun ia hidup, jujur saja ia tidak pernah menginjakkan kakinya di pasar yang menurutnya sangat kotor dan menjijikan saat itu. Sebagai seorang putri bungsu Duke, meskipun ia selalu diabaikan oleh keluarganya, tentu saja semua keinginannya tercukupi. Jadi Mikaila tidak pernah menginjakkan kakinya di pasar sekalipun.Gadis cantik itu terus berjalan-jalan di sekitaran pasar, mengamati keadaan dan suasana di sana, rupanya tak seburuk yang ia duga.Melihat para penjual makanan, membuat Mikaila lapar, akhirnya gadis cantik itu berjalan kearah si penjual."Berapa satunya?" tanya Mikaila pada si penjual tersebut."5 koin tembaga," jawab si penjual.Sontak saja Mikaila merasa kaget ketika mendengar harga yang disebutkan oleh si penjual, harga makanan ringan di
"Nona anda sudah pulang?" tanya Marry tepat setelah melihat Mikaila datang menggunakan sihir teleportasi.Mikaila hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu kemudian gadis cantik itu melepaskan jubah yang ia kenakan dan memberikannya kepada Mary.Gadis cantik itu memilih untuk duduk di dekat jendela, mengambil sebuah buku di meja dan perlahan mulai membacanya."Nona ada surat undangan pesta teh dari Nona muda Deorwine," lapor Marry pada sang majikan seraya Menyodorkan sebuah surat yang sudah tercap lambang burung merpati. Lambang keluarga Marquess Deorwine.Mikaila menaruh bukunya, ia menatap Marry kemudian. "Dari Lady Serena?" tanyanya."Iya, Nona," jawab Marry sembari mengangguk hormat.Tanpa basa-basi Mikaila segera membuka dan membaca isi surat tersebut.Selintas pemikiran muncul diotaknya, ia akan memanfaatkan pesta teh ini untuk member