Share

Dalam Benak Marlo

Perjalanan berjam-jam lewat darat dan disambung dengan perjalanan udara selama hampir dua jam cukup melelahkan. Kania dan Marlo akhirnya sampai di Ibu Kota. Mereka keluar dari bandara sudah cukup larut malam karena penerbangan yang mereka ambil tadi adalah penerbangan terakhir.

"Saya antar pulang," kata Marlo kaku. Lelaki itu berjalan di sisinya sambil menggeret travel bag masing-masing.

"Enggak usah, Pak. Terima kasih. Saya bisa pulang sendiri, kok."

"Kania!" Sebuah suara familiar memanggil nama wanita itu. Mereka berdua kompak menoleh.

Barry berdiri tegak tak jauh dari mereka dengan kaus turtleneck lengan panjang berwarna cokelat dan celana denim. Rambutnya rapi dipoles styling gel.

"Ba-Barry?" Kania tampak ragu-ragu. Ia melirik bergantian antara Marlo dan Barry. Wanita itu sempat melihat rahang Marlo yang tiba-tiba mengeras, tapi hanya sekilas. Nyaris tak kentara. Wajah Marlo kembali datar dalam wakt

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status