Suasana pagi di istana megah menunjukkan jelas kemewahaan. Hidup di istana tentunya tertata dengan sempurna. Para pelayan sejak tadi sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan lezat ke meja makan. Meski yang ada di meja makan itu hanya empat orang, tetapi sarapan yang terhidang untuk anggota kerajaan tentunya sangat sempurna.
“Shakira, hari Shula memiliki jadwal berlatih berkuda. Kau ikut dengan Shula dulu sebelum pulang. Nanti sopir akan mengantarmu,” ucap Raja Jokum pada Shakira. “Dad, aku tidak suka diganggu saat latihan berkuda. Hadirnya Shakira hanya menggangguku,” kata Shula menolak tegas Shakira ikut latihan berkuda dengannya. Shakira menghela napas dalam, dan memutar bola mata malas. “Aku tidak tertarik berlatih berkuda bersama Shula. Putri kesayanganmu itu pasti akan mengamuk tidak jelas saat kalah dariku.” Ini merupakan sebuah fakta. Setiap kali Shakira berlatih berkuda dengan Shula, dan Shakira menang maka pasti Shula akan marah besar. Hal itu yang membuat Shakira malas jika harus berlatih berkuda dengan Shula. “Kau ingin bilang dirimu lebih unggul dariku?!” Mata Shula menyalang tajam, tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Shakira. Saat Shula menunjukkan kemarahannya, lain halnya dengan Shakira yang tampak tenang, dan tidak terpengaruh sedikit pun. Wanita itu tetap menikmati sarapannya dengan anggun, dan sedikit melukiskan senyuman sinis, karena perkataannya berhasil membuat kakak tirinya itu marah. “Aku tidak pernah bilang aku lebih unggul darimu, tapi aku hanya mengatakan bahwa kau akan selalu marah jika kau kalah dariku. Bisa kau bedakan dua kalimat itu? Kau ini kan calon ratu di masa depan,” ucap Shakira sarkas. “Kau—” Shula tak terima, dia hampir melempar garpu yang ada di tangannya ke wajah Shakira. Namun, geraknya terhenti di kala Raja Jokum menahan tangan Shula. “Jangan mencari keributan, Shula!” ucap Raja Jokum menegaskan. Shula berdecak kesal di kala sang ayah membela Shakira. “Dad, kenapa kau malah membela Shakira? Dia jelas-jelas menyudutkanku!” “Sayang, kau sangat tidak adil pada putri kita,” seru Ratu Asta tak suka sang suami membela Shakira. Shakira mendengkus, seraya memutar bola matanya malas. “Aku malas mendengar drama ini. Sepertinya lebih baik aku pulang. Aku tidak ingin berlama-lama di dekat orang-orang yang suka drama.” Shakira bangkit dari tempat duduknya, lalu melangkah pergi meninggalkan ruang makan, tanpa berkata lagi. Tampak jelas tatapan mata Ratu Asta dan Shula begitu tajam menatap Shakia yang pergi begitu saja. “Kau lihat, Sayang? Putrimu itu tidak tahu etika! Pergi begitu saja!” kata Ratu Asta kesal. Raja Jokum mengembuskan napas kasar. “Aku tahu kau dan Shula tidak pernah menyukai Shakira, tapi aku mohon kalian harus mulai bisa menerima Shakira. Meski Shakira hanya anak selir, tapi dia tetap darah dagingku.” Pria paruh baya itu bangkit berdiri, dan melangkah meninggalkan ruang makan. Tampak Ratu Asta berdecak kesal melihat Raja Jokum pergi meninggalkannya begitu saja. Padahal dia belum selesai bicara, tapi malah sang suami tidak menghiraukan keluhannya. Shula menatap sang ibu penuh emosi. “Mommy, kau lihat? Daddy terang-terangan membela anak pelacur itu. Kita harus lakukan sesuatu, Mom! Aku tidak mau anak pelacur itu merebut hati Daddy!” Ratu Asta mengepalkan tangannya kuat. Tatapannya menatap lurus ke depan, dengan penuh amarah. “Kau tenang saja. Mommy sudah mengatur rencana, memberikan sedikit pelajaran pada anak pelacur itu.” Shula tersenyum mendengar apa yang dikatakan sang ibu. “Thanks, Mom. Kau memang yang terbaik.” *** Shakira duduk di kursi belakang mobil, menikmati perjalanan melintasi jalan-jalan Kopenhagen yang dipenuhi cahaya matahari. Cuaca sangat cerah, dengan langit biru yang bersih dan sinar matahari yang hangat menyinari kota. Wanita cantik itu memandangi pemandangan di luar jendela, menatap kosong arsitektur unik dan suasana hidup yang mengelilinginya. Mobil melaju pelan, melewati kanal-kanal yang indah dan bangunan bersejarah yang berdiri megah. Kopenhagen, kota yang indah di Denmark itu harusnya memberikan ketenangan jiwa, tapi sayang tidak bagi Shakira. “Berhenti di kafe yang ada di depan sana, tolong,” kata Shakira kepada sang sopir, suaranya lembut tapi tegas. Wanita cantik itu menunjuk ke arah kafe kecil yang terlihat mengundang, dengan meja-meja di luar yang dikelilingi oleh tanaman hijau. Aroma kopi dan kue-kue segar tercium dari kejauhan, membuat perutnya terasa lapar. Tadi, saat sarapan di istana, dia kurang menikmati, karena ibu tiri dan kakak tirinya membuat masalah. “Nona, maaf, tapi Yang Mulia Raja berpesan Anda segera pulang. Anda tidak ingin belatih berkuda. Jadi, Yang Mulia Raja ingin Anda istirahat di rumah,” tutur sang sopir mengingatkan pesan dari sang raja. “Aku bukan anggota istana yang harus mematuhi perintah Yang Mulia Raja. Cepat hentikan mobil ini, atau aku pecahkan kaca jendela,” ucap Shakira penuh peringatan pada sang sopir. Sang sopir menjadi takut dan bingung bagaimana harus bersikap. Sopir itu tampak berpikir sejenak, lalu dia mengangguk di kala merasa tersudut. Sopir istana itu menepikan mobil, dan Shakira langsung turun dari mobil—masuk ke dalam kafe kecil yang tadi wanita itu tunjuk. Kafe yang ditunjuk Shakira dipenuhi dengan orang-orang yang tertawa dan berbincang, menciptakan suasana yang hangat dan ramah. Wanita itu merasakan getaran positif yang mengelilinginya di kala tiba di kafe tersebut. Dia memilih meja di luar, di bawah naungan payung besar, agar bisa menikmati pemandangan sambil menikmati secangkir kopi. Setelah memesan, Shakira duduk dengan tenang, mengamati kehidupan kota yang bergerak di sekelilingnya. Seorang seniman jalanan mulai bermain gitar di dekatnya, melodi lembutnya menambah keindahan suasana. Shakira merasa terhubung dengan momen ini, seolah-olah semua yang dia butuhkan ada di sini—musik, cahaya, dan kebebasan. Alunan musik dari seniman jalan membuat Shakira merasakan kehangatan. Jauh dari istana membuatnya sangat merasa lega. Pasalnya, dia selalu dianggap rendah, dan tak dipandang. Hal itu yang membuatnya nyaman berada di luar istana. I found a love for me Oh, darling, just dive right in and follow my lead Well, I found a girl, beautiful and sweet Oh, I never knew you were the someone waiting for me Cause we were just kids when we fell in love, not knowing what it was I will not give you up this time Oh, darling, just kiss me slow, your heart is all I own And in your eyes, you’re holding mine Baby, I’m dancing in the dark with you between my arms Barefoot on the grass while listening to our favourite song When you said you looked a mess, I whispered underneath my breath But you heard it, “Darling, you look perfect tonight.” Well, I found a woman, stronger than anyone I know She shares my dreams, I hope that someday, I’ll share her home I found a love to carry more than just my secrets To carry love, to carry children of our own We are still kids, but we’re so in love, fighting against all odds I know we’ll be alright this time Darling, just hold my hand, be my girl, I’ll be your man I see my future in your eyes Oh, baby, I'm dancing in the dark with you between my arms Barefoot on the grass while listening to our favourite song When I saw you in that dress, looking so beautiful I don’t deserve this, darling, you look perfect tonight No, no, no Mm, oh Baby, I’m dancing in the dark with you between my arms Barefoot on the grass, oh, listening to our favourite song I have faith in what I see, now I know I have met An angel in person, and she looks perfect Though I don’t deserve this, you look perfect tonight Lagu indah yang Shakira dengar membuat hatinya merasa sangat damai. Namun, di kala dia memutuskan menghampiri seniman di pinggir jalan itu, betapa terkejutnya dia melihat sosok yang dia kenali—yang ternyata bernyanyi menggantikan sang seniman utama. “Stanley? K-kau—” Lidah Shakira sampai kelu melihat Stanley memegang mic. Stanley tersenyum mendapatkan tepuk tangan. Tidak sedikit para perempuan muda mengagumi, dan memuja. Sosok Stanley yang sangat tampan, bahkan suaranya yang merdu, membuat para perempuan di sana terkagum—termasuk Shakira. “Shakira? Kau di sini?” Stanley menatap Shakira. Shakira tampak kikuk. “K-kau, k-kau bisa bernyanyi?” “Menurutmu apa tadi aku menari?” balas Stanley dengan senyuman maut, yang menggetarkan hati Shakira. Shakira berusaha tenang. “Ah, iya, suaramu bagus sekali, Stanley.” Stanley tersenyum tipis. “Kenapa kau di sini?” “Aku ingin pulang, tapi tadi aku mampir ke kafe di ujung sana.” Shakira menunjuk kafe yang tadi dia datangi. Stanley mengangguk. “Apa kau hari ini buru-buru ingin pulang?” Shakira kembali menatap Stanley. “Tidak, aku tidak buru-buru. Kenapa, Stanley?” “Good. Aku ingin pergi ke suatu tempat. Aku malas datang sendiri,” jawab Stanley dengan tatapan menatap indah mata Shakira. Shakira terdiam sebentar, tampak ragu. “K-kau mengajakku pergi? Kenapa aku? Kenapa kau tidak mengajak Shula?” “Kau ingin tahu alasannya?” Stanley mendekat, dan sontak membuat Shakira sedikit panik. “I-iya.” Shakira menelan salivanya susah payah, di kala mencium aroma parfum maskulin Stanley. Aroma jantan yang membuat bulu kuduknya merinding. Bahkan dia sampai tidak bisa bergerak sama sekali di kala Stanley sudah sangat dekat padanya. Stanley menunduk, mendekatkan bibirnya ke telinga Shakira, dan berbisik serak, “Aku lebih tertarik, mengajakmu dari daripada kakak tirimu.”“Tolong jaga Anja dengan baik. Besok aku akan menemui Anja.” Shakira berpesan seperti ini, tepat di kala dirinya diantar Stanley ke rumah. Dia dan Stanley tak menginap di rumah sakit, karena dirinya dan Stanley baik-baik saja, dalam arti tidak sampai luka berat. “Besok aku akan menjemputmu lagi. Kau tenang saja, Anja akan baik-baik saja. Asistenku akan menjaga Anja dengan baik,” jawab Stanley seraya meraih pelan tangan Shakira yang diperban. “Meski dokter bilang lukamu tidak parah, tapi kau harus pastikan merawat dengan baik lukamu itu.”Shakira sedikit canggung di kala Stanley menarik tangannyaa. Buru-buru, dia segera menyingkirkan tangan pria itu yang menyentuh tangannya. Dia tak mau sampai Stanley melihat dirinya yang salah tingkah.“Aku baik-baik saja. Kau tidak usah khawatir. Lukaku akan segera pulih. Ah, untuk besok, aku rasa kau tidak usah menjemputku. Biar aku saja yang menemui Anja. Kau berikan saja alamat di mana sekarang Anja berada,” ucap Shakira yang tak mau menyusahkan
Dokter baru saja menjahit luka tembak di punggung Stanley. Beruntung, luka tembak tidak mengenai organ vital. Jadi, setelah dijahit, Stanley tampak baik-baik saja. Sementara Shakira yang mengalami luka gores pisau, tak memerlukan luka jahit, karena kebetulan luka Shakira tidak terlalu dalam. “Tuan Geovan, jangan lupa habiskan obat yang sudah saya resepkan untuk Anda,” ucap sang dokter pada Stanley.Stanley mengangguk samar. “Aku mengerti, tapi bagaimana dengan luka di lengan Shakira? Tidak ada yang serius, kan?” tanyanya, menanyakan luka di lengan Shakira.Sang dokter tersenyum sopan. “Saya sudah memberikan resep obat untuk Nona Laursen. Obat yang saya resepkan ada antibiotik agar membuat luka di lengan Nona Laursen mengering. Anda tidak perlu khawatir. Nona Laursen bak-baik saja, Tuan.”Stanley kembali mengangguk, lalu pria tampan itu mengucapkan terima kasih pada sang dokter. Pun Shakira yang ada di samping Stanley mengucapkan terima kasih pada sang dokter. Detik selanjutnya, sang
Stanley masih mencoba mencerna di mana dia melihat Steve ada di depannya. Hal yang dia tahu saudara kembarnya itu belum datang ke Denmark, tapi kenapa sekarang saudara kembarnya ada di depannya? Dia yakin apa yang dia lihat ini salah, tetapi bukti sangat jelas—di mana benar di hadapannya ini adalah saudara kembarnya.Shakira yang masih memeluk Stanley seketika langsung melepaskan pelukannya itu, tepat di kala seorang pria bernama Steve mendekat. Dia menatap bingung Stanley yang tak bisa berkata-kata dengan tatapan tak lepas menatap Steve.“Stanley? Kau mengenal dia?” tanya Shakira bingung.Stanley berdeham sebentar. “Dia, Steve Geovan, saudara kembarku.”Mata Shakira melebar, tak menyangka bahwa di hadapannya adalah saudara kembar Stanley. Wanita itu menatap Stanley dan Steve secara bergantian. Ya, harus dia akui bahwa Stanley dan Steve sama-sama tampan dan berpostur gagah. Hanya saja, dua pria itu berbeda. Rambut Stanley dan Steve sama-sama cokelat gelap, tetapi Stanley memiliki warn
Shakira merasakan detak jantungnya berdegup kencang, adrenalinnya memompa, dan insting bertahannya terbangun. Dia menghindar ke samping saat Amy melayangkan pisau itu ke arahnya, ujungnya melesat hanya beberapa inci dari wajahnya. Dia tak bisa bela diri, tetapi dalam keadaan seperti ini yang dia bisa lakukan adalah menghindar dengan gerak cepat dari serangan musuh. Dia kini berputar, menghindari serangan berikutnya yang datang begitu cepat. Dia tahu bahwa dia harus tetap bergerak, tidak memberi ruang untuk Amy menyerangnya lagi.“Berengsek! Mati kau, Jalang Sialan!” Amy membabi-buta menyerang Shakira. Emosi di dalam dirinya semakin mendidih di kala Shakira mampu menepis serangannya. Dia kini menyerang dengan lebih keji.“Akh—” Shakira merintih kesakitan di kala pisau menggores lengannya. Darah mulai jatuh ke bawah, dan tentu Anja yang melihat itu semakin panik bercampur dengan rasa bersalah.“Shakira,” seru Anja panik, dan matanya sudah berkaca-kaca tak tega pada Shakira yang berkorban
“Jadi, berapa harga anak itu?” tanya Amy, seorang wanita berambut pirang, berkulit putih, dan bertubuh tinggi langsing. Usianya tampak menunjukkan usia 30an. Masih terlihat muda, tetapi menunjukkan kedewasaan. Dia adalah ibu tiri Anja.“Anak tirimu itu cantik. Jika dijual di pasar gelap harganya cukup tinggi. Dia bisa dididik untuk kelak menjadi seorang pelacur,” jawab salah satu pria yang berbicara dengan Amy. Pria itu berpostur tinggi dan tubuhnya kekar. Tato di sekujur tubuh pria itu juga tampak menyeramkan.Pria lain di sana menatap Amy dengan senyuman penuh arti. “Kau yakin ingin menjual anak tirimu? Bagaimana dengan suamimu? Bukankah dia sekarang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Tokyo? Jika suamimu pulang, dan anak tirimu tidak ada, maka kau pasti dalam bahaya.”Amy mendecakkan lidahnya, dan mengembuskan napas kesal. “Aku sudah sangat muak dengan anak tiriku. Kau tenang saja. Aku bisa bersandiwara mengatakan pada suamiku kalau anak tiriku menghilang. Kau tidak perlu khawati
Stanley melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Pria tampan itu melirik sekilas Shakira yang menunjukkan jelas kecemasan. Ya, tentu dia mengerti pasti kecemasan membentang dalam diri wanita itu. Sebab, rekaman CCTV menunjukkan jelas adanya tindak kejahatan pada Anja—gadis kecil—yang sudah dianggap Shakira sebagai sahabat. “Stanley, Anja akan baik-baik saja, kan?” tanya Shakira seraya menggigit bibirnya, dengan tangan saling menaut menunjukkan kegelisahan yang membentang. “Anja akan baik-baik saja. Kita akan segera menemukannya. Kau tunggu sebentar. Asistenku sudah aku minta menyelidiki letak GPS ponsel Anja,” jawab Stanley berusaha menenangkan Shakira. Sebelumnya, dia sudah meminta nomor Anja pada Shakira, dan hal yang dilakukannya adalah meminta asisten pribadinya melacak GPS ponsel Anja.Shakira mengatur napasnya, berusaha untuk tetap tenang. “Aku sangat takut terlambat menyelamatkan Anja, Stanley.” “Kita akan datang tepat waktu,” jawab Stanley kembali menenangk