Stanley meluncur bebas di jalanan Kopenhagen, merasakan angin segar yang menerpa wajahnya. Mobil mewahnya melaju dengan lancar di antara bangunan-bangunan bersejarah dan kanal yang indah. Tampak Shakira yang duduk di sampingnya, menikmati pemandangan kota yang menawan. Namun, ketika mobil Stanley melewati taman-taman yang rimbun dan kafe-kafe yang ramai, pria tampan itu tiba-tiba berbelok ke arah jalan kecil yang mengarah ke luar kota.
“Stanley? Kita ingin ke mana?” tanya Shakira menoleh, menatap Stanley dengan tatapan sedikit bingung. “Ke tempat yang special,” jawab Stanley dengan senyum misterius. Pria tampan itu menambah kecepatan, dan mobilnya meluncur dengan lincah, melewati pepohonan yang hijau dan ladang terbuka. Shakira merasa berdebar, campuran antara rasa penasaran dan kegembiraan. Lidahnya tak tahan ingin mengeluarkan pertanyaan, tetapi dia mengurungkan niatnya. Dia memilih untuk menahan diri, dan tidak langsung bertanya pada Stanley ke mana akan membawa pergi dirinya. Tak selang lama, mobil yang dilajukan Stanley tiba di sebuah tempat yang cukup jauh dari pusat kota. Tampak jelas raut wajah Shakira berubah melihat Stanley membawanya ke tempat khusus latihan berkuda. Tempat ini bukan didatangi oleh orang sembarangan. Shakira tahu, karena sebelumnya dia pernah datang ke tempat yang dia datangi sekarang dengan Stanley. “Stanley, k-kau mengajakku ke tempat berkuda?” Shakira yang masih duduk di kursi penumpang, menoleh menatap Stanley. Stanley mengangguk. “Ya, aku sudah lama tidak berkuda. Kau ingin menemaniku berkuda, kan?” Shakira diam membisu belum mengatakan sepatah kata pun. Tadi, dia menerima ajakan Stanley, karena dia pikir Stanley akan mengajakmua mungkin ke restoran atau mall. Namun, ternyata apa yang menjadi dugaan Shakira salah besar. Stanley mendatangi tempat khusus berkuda. “Stanley, tapi—” “Jika kau tidak bisa berkuda, aku akan mengajarimu.” Stanley tanpa ragu menggenggam tangan Shakira, membawa wanita cantik itu masuk ke dalam tempat latihan berkuda. Shakira terkejut di kala Stanley menggenggam tangannya, memasuki tempat latihan berkuda. Dia hendak bersuara, tetapi lidahnya terasa sangat kelu hingga membuat dirinya tidak bisa berkata-kata. Ya, akhirnya yang dilakukan Shakira adalah patuh di kala Stanley memawanya masuk ke dalam tempat latihan. “Shakira? Kau—” Shula yang ada di sana terkejut melihat kedatangan Shakira bersama dengan Stanley. Matanya sampai melebar tak percaya akan apa yang dia lihat ini. Sebab, yang Shula tahu hari ini Shakira langsung pulang ke rumah. Tidak pergi ke mana pun. Shakira memutar bola matanya malas melihat Shula ada di hadapannya. Wanita cantik itu yakin pasti Shula berpikir macam-macam. Apalagi kedatangannya ke tempat latihan berkuda bersama dengan Stanley. “Aku bertemu dengan Shakira secara tidak sengaja. Kau di sini juga Shula?” Stanley tersenyum melihat Shula. Shula mendekat, menggeser tubuh Shakira yang ada di samping Stanley. Tampak jelas dia tak suka melihat kedekatan antara Shakira dan Stanley. Sebab, memang Stanley sejak awal akan menjadi miliknya, bukan milik Shakira. Hal itu kenapa Shula tak suka Stanley dekat dengan Shakira. “Ya, aku di sini. Aku ingin berlatih kuda. Kebetulan kau di sini, ayo kita latihan bersama, Stanley,” ajak Shula sambil menarik-narik tangan Stanley. “Shula, aku datang ke sini bersama Shakira. Kenapa kau sekarang memintaku meninggalkannya?” Stanley tampak tak suka dengan sifat Shula. “Stanley, kau adalah calon suamiku. Aku yakin kakekmu pasti sudah menceritakan tentang rencana perjodohan kita. Tidak etis jika kau pergi berduaan dengan Shakira. Lagi pula Shakira bisa berkuda. Jika dia ingin latihan berkuda, dia bisa sendiri, tanpa harus kau membantunya,” ucap Shula tegas. “Shula—” “Stanley, apa yang dikatakan Shula benar. Kau bisa latihan berkuda berdua dengan Shula. Jika aku ingin latihan berkuda, maka aku akan melakukan itu sendiri. Kau tidak perlu khawatir. Aku bisa berkuda dengan baik,” ucap Shakira lugas, dan berusaha tenang. Shakira malas mencari masalah dengan Shula. Hal itu yang membuatnya memutuskan membiarkan Stanley bersama dengan Shula. Pun dia sadar akan posisiny—di mana dirinya tak pantas berada di dekat Stanley. Sejak awal, keluarganya dan keluarga Geovan sudah merencakan hubungan Shula dan Stanley. Dia tak ingin merusak itu semua. Stanley mengembuskan napas kesal. “Aku akan latihan sendiri. Mungkin itu lebik baik,” jawabnya dingin, dan langsung berjalan menuju kudanya. “Stanley, tungu!” Shula memanggil Stanley, tetapi sayangnya pria tampan itu tidak sama sekali menoleh menatapnya. Tampak Stanley tetap jalan lurus ke depan, tidak memedulikan Shula. “Ah, Sialan!” umpat Shula kesal seraya mengepalkan tangannya dengan kuat menatap Stanley yang pergi meninggalkannya begitu saja. Aura kemarahan begitu terlihat jelas. Shakira yang melihat Stanley pergi, memilih untuk pergi juga meninggalkan Shula. Akan tetapi, langkah kaki Shakira terhenti di kala tangannya ditahan oleh Shula. Tampak Shakira mendengkus kesal di kala tangannya ditahan oleh kakak tirinya itu. “Lepaskan aku, Shula,” ketus Shakira dengan tatapan penuh peringatan. Alih-alih melepaskan, Shula malah semakin mencengkeram tangan Shakira dengan keras. “Aku peringatkan padamu, jangan pernah kau coba menggoda Stanley! Jika aku tahu kau mencoba menggoda Stanley, maka aku tidak akan segan menghancurkanmu!” desisnya tajam penuh peringatan. Shakira tersenyum sinis mendengar apa yang dikatakan oleh Shula. “Aku datang ke sini, karena tidak sengaja bertemu dengan Stanley di jalan. Aku yakin telingamu tidak rusak, kan? Kau mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Stanley, kan? Aku dan dia bertemu secara tidak sengaja! Itu artinya aku sama sekali tidak menggoda calon suamimu!” Shula tampak emosi. “Kau pandai bersilat lidah! Aku tahu kebusukanmu. Kau sama seperti ibumu. Sama-sama pelacur. Ibumu menggoda ayahku dengan tubuhnya, maka bisa saja kau akan melakukan hal yang sama dengan ibumu.” Raut wajah Shakira berubah di kala Shula menghina ibunya. Detik itu juga yang dilakukan Shakira adalah menepis kasar tangan Shula sambil berkata tajam, “Jangan pernah kau berani menghina ibuku! Aku tidak akan segan merobek mulutmu, kalau kau berani menghina ibuku lagi.” Shula berdecih sinis. “Kau bisa apa? Kau ini hanya anak gundik, sedangkan aku calon ratu di masa depan.” “Ah, kau ingin tahu aku bisa apa?” Shakira mengambil kayu yang ada di dekatnya, dan hendak memukul kepala Shula. Sontak Shula terkejut akan tindakan Shakira. Shula langsung menutup matanya sambil menjerit ketakutan. Shakira tertawa meremehkan. “See? Kau sangat lemah, Shula. Sejatinya kau penakut. Kau memiliki kekuasaan, karena posisimu. Jika bukan karena kau adalah Tuan Putri, maka pasti kau hanya menjadi itik yang lemah.” Shakira membanting kasar kayu itu ke tanah, lalu dia berjalan menuju kuda, dan langsung melompat naik ke punggung kuda. Tampak jelas Shula begitu marah melihat Shakira pergi setelah menertawakan dirinya. “Berengsek!” Shula tak mau kalah, dia langsung menuju kudanya, dan naik ke punggung kuda. Detik itu juga, dia memukul kudanya, memaksa kudanya untuk membalap Shakira. Shakira melirik ke belakang sekilas, melihat Shula yang berusaha membalapnya. Senyuman sinis terlukis di wajahnya. Wanita cantik itu mengusap lembut kudanya, dan langsung menunggangi kuda dengan lihai. Ya, Shula bahkan dibuat kewalahan dalam membalap Shakira. Dua wanita saling beradu dalam menunggangi kuda. Shula sempat memimpin sebentar, tetapi Shakira langsung bergerak lebih cepat, dan sekarang Shakira memimpin di depan. Shula terlihat emosi, sedangkan Shakira hanya melukiskan senyuman penuh kemenangan. Tanpa disadari, pertandingan kuda di latihan berkuda itu tak luput dari tatapan mata Stanley. Pria tampan itu mengamati dua wanita cantik yang merupakan putri dari Raja yang berkuasa di Denmark, ternyata sangat lihai dalam menunggangi kuda. Namun, tentu hanya ada satu wanita yang sangat menarik perhatian Stanley yaitu Shakira. “Wanita itu sangat unik,” gumam Stanley dengan senyuman di wajahnya.***
Holla guys, ini spinn off Hot Billionaire yaaa. Stanley itu kembaran Shawn. Bisa dibaca terpisah, bisa juga baca berurutan bebas senyaman kalian. Akan diusahakan khusus novel ini akan up setiap hari :)
Shakira menang, memimpin dengan senyuman puas. Tatapannya sedikit meledek Shula yang tertinggal di belakang. Tampak jelas raut wanita itu bangga karena berhasil unggul daripada Shula. Ya, tentu kemenangan Shakira, membuat Shula sangat marah. Bahkan sejak tadi tatapan mata Shula menatap tajam Shakira—seakan menunjukkan bahwa mereka adalah musuh. Padahal jelas mereka memiliki darah yang sama. “Kau licik, Shakira!” seru Shula seraya turun dari kuda, dan menghampiri Shakira. Shakira tersenyum tipis melihat kemarahan di wajah Shula. “Ini bukan pertama kali aku menang darimu, kenapa kau sekarang mengatakan bahwa aku licik? Ck! Memalukan! Tuan Putri yang tidak bisa menerima kekalahan.” Shula mengepalkan tangannya kuat mendengar ledekan yang lolos di bibir Shakira. “Anak gundik tidak tahu diri!” geramnya penuh amarah. Shakira mendekat, melayangkan tatapan tajam pada Shula. “Ibuku bahkan jauh lebih terhormat daripada ibumu yang seorang ratu. Kau tahu, kenapa? Ibuku tidak memiliki sifat lic
Shakira duduk di balkon kamar, di kala rasa kantuk tak kunjung datang. Tampak jelas sorot matanya lurus ke depan, melihat pemandangan malam yang sunyi, dan hening. Angin berembus cukup kencang menyentuh kulit mulusnya. Jarum jam terus bergerak, tetapi sayangnya Shakira tak kunjung mengantuk. “Shakira,” panggil Filipa seraya melangkah masuk ke dalam kamar Shakira. Shakira mendongak, menatap ibunya yang muncul di hadapannya. “Mommy? Kau belum tidur?” tanyanya cukup terkejut melihat ibunya mendatangi kamarnya. Filipa mengangguk, sambil duduk di samping Shakira. “Ya, Sayang. Mommy belum mengantuk. Kau sendiri kenapa belum tidur?” “Aku belum mengantuk, Mom,” jawab Shakira lembut. Filipa tersenyum hangat. “Kebetulan kau belum mengantuk. Ada hal yang ingin Mommy sampaikan padamu.” “Ada apa, Mom?” tanya Shakira sambil menatap Filipa. Filipa menyentuh tangan Shakira. “Tadi Daddy-mu menghubungi Mommy.” “Oke, lalu?” tanya Shakira lagi, tampak tak berminat, tetapi dia juga tak mungkin men
Gerakan yang ditimbulkan Shakira membuat tatapan semua orang tertuju pada wanita cantik itu. Ya, tentu hal itu membuat Shakira menjadi gelagapan dan panik—apalagi tatapan ibu tiri dan kakak tirinya begitu menusuk padanya seakan dirinya telah melakukan sebuah kesalahan besar. Shakira kikuk, dan mencoba untuk tenang meski semua orang kini menatap dirinya. Namun, meski dirinya berupaya untuk tenang tetap saja, sangat sulit. Sebab, tatapan semua orang membuatnya menjadi salah tingkah. Sungguh, Shakira benci kondisi seperti ini. “Ah, maaf, aku tidak sengaja menjatuhkan pisauku.” Shakira buru-buru meminta maaf, dan hendak kembali mengambil pisaunya yang jatuh, tetapi geraknya terhenti karena pelayan sudah lebih dulu sigap mengambil pisau Shakira yang jatuh di lantai, dan mengganti dengan pisau baru. Shakira berada di kerajaan. Tidak akan mungkin pisau yang jatuh di lantai diambil kembali dan dia gunakan. Satu-satunya cara adalah mengganti pisau yang baru. Sebab, pisau yang jatuh ke lanta
Shakira menatap cermin setelah dia mencuci tangan. Wanita cantik itu tampak sedikit muram, dan beberapa kali sampai harus mengatur napasnya. Entah, dia tak mengerti kenapa dengan dirinya. Padahal semula semua baik-baik saja. Namun, sejak di mana ayahnya memberikan pengumuman rencana pertunangan Stanley dan Shakira, membuat perasaannya terasa campur aduk tak menentu. “Kau ini kenapa, Shakira?” gumam Shakira kesal pada dirinya sendiri. Beberapa detik, Shakira memejamkan mata seraya menyandarkan punggung ke dinding toilet. Dia merasa bahwa dirinya sudah tidak waras. Harusnya dia bersikap tak peduli, tapi kenapa malah memikirkan? Ini benar-benar sangat konyol, dan tak masuk akal. “Ck! Lupakan! Fokus pada dirimu sendiri!” gerutu Shakira, lalu dia beranjak pergi meninggalkan toilet, tetapi seketika dia terkejut di kala dirinya menabrak tubuh tinggi tegap yang ada di depan toilet. “Awww—” Shakira mengaduh kesakitan seraya mengusap keningnya, dan mendongak terkejut menatap Stanley yang
Hal yang dilakukan Shakira di kala pagi telah menyapa adalah bersiap untuk pulang. Wanita cantik itu tak ingin berlama-lama berada di istana. Sebab, menurutnya ini bukanlah tempatnya. Meski anak dari seorang raja berkuasa di Denmark, tetapi dia sangat tahu posisi di mana dirinya berasal. Shakira melirik jam dinding, dia segera mengemasi barang pribadinya. Dia tak membawa banyak barang. Hanya beberapa alat make up pribadi, dompet, dan ponsel. Semua barang-barang mewah seperti gaun dan perhiasan dia tinggalkan di kamarnya yang ada di istana. Raja Jokum memberikan kamar khusus untuk Shakira di istana. Kamar yang memang hanya bisa Shakira yang gunakan. Bisa dikatakan kamar megah itu sangat jarang Shakira tempati. Sebab, Shakira lebih menyukai tinggal di rumahnya dengan ibunya daripada harus tinggal di istana megah. “Nona Shakira?” sapa seorang pelayan tepat di kala Shakira melangkah keluar dari kamar. Shakira menghentikan langkahnya, dan menatap sang pelayan dengan lekat. “Ya? Ada a
Berita pertunangan Stanley dan Shula telah menggemparkan media Amerika, dan Eropa. Tentu sosok Stanley yang merupakan keturunan billionaire berpengaruh dunia, menjadi sorotan. Terlebih apalagi sosok yang menikah dengan Stanley adalah Shula—yang merupakan calon ratu Denmark. Setiap hari, seluruh media selalu membicarakan rencana pertunangan Stanley dan Shula. Seakan media tidak bosan membahas pasangan itu. Selalu ada saja yang menjadi topik hangat yang diperbincangkan, mulai dari awal mula kisah Stanley dan Shula, hingga media juga sempat berpikir perjodohan bisnis antara Stanley dan Shula. Ya, berita tentang pertunangan Stanley dan Shula, telah membuat saham Geovan Group di pasar saham naik cukup tajam. Pun popularitas Shula sebagai calon ratu Denmark semakin disorot. Setiap kali hal yang dilakukan Shula seakan dianggap bagaikan dewi. Hal yang membuat publik menganggap Shula bagaikan seorang dewi, karena Shula kerap menyumbangkan uang ke Yayasan kanker, panti asuhan, dan bahkan ter
“Stanley, kau sudah pulang.” Stella menatap hangat putranya yang baru saja pulang. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu sedang duduk di ruang tengah bersama dengan ibu mertuanya. Stanley menghentikan langkahnya, menatap ibu dan neneknya yang duduk di ruang tengah, dengan senyuman di wajahnya. “Ya, aku sudah pulang.” “Apa kau baru saja bertemu dengan Shula?” tanya Marsha penasaran, karena dia melihat jelas aura wajah bahagia di wajah Stanley yang sebelumnya sangat jarang dilihatnya. “Kenapa Grandma berpikir aku bertemu Shula?” balas Stanley tenang, pada sang nenek. Marsha tersenyum. “Kau terlihat bahagia. Jadi, Grandma pikir kau bertemu dengan Shula.” Stanley terdiam sebentar, tampak tertarik akan pertanyaan dari neneknya itu. “Sayangnya, aku tidak bertemu dengan Shula. Aku tadi mampir ke ke kafe. Ada kafe kecil yang sengaja aku kunjungi, karena aku ingin mencoba kopi di sana.” “Kau hanya sendirian?” sambung Stella. “Aku datang ke kafe itu sendiri,” jawab Stanley datar
Mobil sport Stanley tiba di alamat yang telah dia lihat di pesan Shakira. Pria tampan itu berhenti tidak tepat di rumah Anja. Dia tidak ingin sampai ada orang yang melihat, jadi dia sengaja menjaga jarak guna mencari aman. “Ini rumah Anja?” tanya Shakira sambil menoleh ke arah Stanley, untuk memastikan. Stanley mengangguk. “Titik maps di ini. Apa kau sudah janjian dengannya?” “Sudah, sebelum aku jalan ke sini, aku sudah kirim pesan ke Anja.” “Kalau begitu, coba kau hubungi dia. Kau bilang sudah di dekat rumahnya.” Shakira menuruti perkataan Stanley, dia hendak menghubungi Anja, tetapi tatapannya tak sengaja melihat anak kecil keluar dari rumah dengan pakaian berwarna merah muda. Detik itu, senyuman di wajah Shakira terlukis. “Stanley, itu Anja,” kata Shakira sambil menunjuk Anja yang baru keluar rumah. Stanley mengalihkan pandangannya, menyipitkan mata, dan mengangguk menanggapi ucapan Shakira. Tepat di kala dia mengangguk, Shakira langsung turun dari mobil—dan berjalan cepat
“Kenapa kau di sini, Stanley?” Pertanyaan spontan yang lolos di bibir Shakira di kala mendapati Stanley ada di rumahnya. Sungguh, dia tak mengerti kenapa bisa Stanley mendatangi rumahnya. Padahal dia tak merasa memiliki janji dengan pria itu. Pun dia bermaksud untuk menjaga jarak dengan Stanley, karena tak ingin jika ada gossip murahan.“Shakira, kau tidak sopan bicara seperti itu pada Stanley,” tegur Filipa langsung, menatap putrinya penuh peringatan. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu, tak suka akan ucapan putrinya yang menurutnya sangat tidak sopan.Stanley menoleh, menatap ramah Filipa. “Bibi, kau tidak perlu khawatir, Shakira sering melontarkan candaan denganku. Ini bukan masalah.”Filipa menghela napas lega mendengar jawaban dari Stanley. “Ya sudah, Bibi tinggal dulu, ya? Kau dan Shakira mengobrol saja. Kebetulan Bibi ingin pergi ke supermarket membeli bahan-bahan makanan.”“Mom, aku akan menemanimu,” sambung Shakira cepat, bermaksud menghindar dari Stanley.Filipa m
Shakira bangun di pagi hari yang cerah, tapi tidak dengan suasana hatinya yang tak baik. Wanita cantik itu menatap cermin, tubuhnya terbalut dengan jeans dan kaus lengan panjang oversize. Pun dia tak memakai riasan wajah. Hanya lip balm guna membuat bibirnya tetap lembab. Meski demikian, dia tetap tampak sangat cantik dan menawan.Pulang. Itu yang ada di benak Shakira. Dia ingin segera kembali ke rumahnya bertemu dengan ibunya, lalu istirahat di kamarnya yang sederhana tetapi membuat kenyamanan dan kedamaian. Istana memberikan kamar yang mewah, tapi tidak ada kenyamanan dan kedamaian. Sebab memang, istana bukan tempatnya.Shakira melangkah keluar kamar, bermaksud meninggalkan istana, tetapi seketika langkahnya terhenti di kala melihat sang pelayan menghampirinya. Embusan napas kasar lolos di bibirnya. Dia sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh pelayannya itu.“Nona,” panggil sang pelayan sopan di kala sudah tiba di depan Shakira.Shakira menatap dingin sang pelayan. “Kau ingin mengat
Mobil limousine mewah memasuki mansion kediaman keluarga Geovan. Semua anggota keluarga turun dari mobil bergantian, dan Savananah tampak melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion—bermaksud ingin ke kamarnya. Adik perempuan Stanley itu terlihat menunjukkan raut wajah kesal—dan seolah tak terima dengan keadaan yang ada.“Savannah, tunggu kenapa kau langsung masuk begitu saja? Kau tidak sopan,” tegur Stella cukup keras pada putrinya.Namun, sayang teguran Stella tak dipedulikan oleh Savannah. Wanita cantik itu tetap melangkah cepat menuju kamar, tanpa berpamitan pada kedua orang tua ataupun kakek dan neneknya.Stella berdecak kesal. “Anak itu semakin nakal saja. Kenapa langsung masuk kamar tanpa berpamitan?”Sean tampak ikutan kesal, karena dia sependapat dengan istrinya. Pria paruh baya yang masih sangat tampan itu tak suka melihat putrinya yang bertindak tak memiliki etika.“Savannah mungkin lelah. Biarkan dia beristirahat. Jangan ganggu dia,” ucap William dingin, dan penuh wibawa
Makan malam telah selesai. Keluarga Geovan berpamitan pulang. Tampak Shakira memilih menjauh di kala keluarga Geovan berpamitan pulang. Wanita cantik itu seperti enggan untuk berkata. Dia memilih menjauh guna mendapatkan ketenangan. Lagi pula, dia bukan bagian dari anggota kerajaan. Dia sangat menyadari posisinya. Jadi, kalau ada momen tertentu dia memilih menjauh, meski dia dipaksa untuk hadir. Tak selang lama, mobil yang membawa keluarga Geovan mulai meninggalkan istana. Para pengawal menunduk memberikan hormat di kala keluarga Geovan meninggalkan istana. Sementara Raja Jokum, Ratu Asta, dan Shula masih berdiri di depan mereka, menatap hangat mobil yang membawa keluarga Geovan. Saat keluarga Geovan sudah menghilang, tak lagi terlihat Shakira langsung bergerak maju menghampiri ayahnya. Raut wajah wanita itu tampak menunjukkan jelas ketegasan yang terselimuti rasa kesal yang ditahan. “Dad, aku ingin pulang,” ucap Shakira dingin pada sang ayah. Raja Jokum mengalihkan pandangannya,
Makan malam berlangsung dengan sedikit tegang dan sunyi. Kejadian di mana Savannah terang-terangan menolak Shula membuat anggota istana, dan keluarga Geovan cukup canggung. Pun Shakira menjadi merasa bersalah, sementara Savannah tampak sejak tadi menatap tak suka pada sosok Shula. Ya, Shula hanya bisa sedikit menunduk mengabaikan tatapan tajam dari Savannah. Dia seakan mencoba untuk tenang, meski sebenarnya dia sangat terkejut akan fakta di mana teman Shakira ternyata adik Stanley. Sebelumnya memang dia tahu Stanley memiliki adik perempuan, tetapi dia belum pernah bertemu secara langsung. Dia hanya pernah melihat di media, dan itu hanya sekilas saja. Shula tak mengenali Savannah, begitu juga dengan Savannah yang tak mengenali Shula. Savannah jarang mengikuti berita tak penting di media. Meski Shula adalah calon ratu, adik perempuan Stanley itu tetap tidak tertarik mengikuti berita.“Savannah, boleh aku tahu di mana kau mengenal Shula?” tanya Raja Jokum mencoba mencairkan suasana. S
Shakira menatap cermin, melihat tubuhnya terbalut sempurna dengan gaun berwarna silver. Penampilannya malam itu begitu sempurna, apalagi dipadukan dengan kalung berlian mewah. Tentu semua yang dipakainya adalah pemberian sang ayah. Makan malam di istana adalah hal yang Shakira hindari. Apalagi dirinya harus makan malam bersama dengan keluarga Geovan—yang mana dia harus bertemu lagi dengan Stanley. Sungguh, dia ingin menghindari bertemu dengan Stanley, tapi entah kenapa semesta seakan mendorongnya dekat dengan pria itu. “Nona,” sapa sang pelayan sopan, melangkah masuk ke dalam kamar Shakira. Shakira mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan. “Ayahku memintaku ke luar?” tanyanya menduga. Sang pelayan mengangguk sopan. “Benar, Nona. Raja meminta Anda keluar, karena sebentar lagi keluarga Geovan akan datang.” Shakira menghela napas panjang. “Aku ingin tanya padamu, apa menurutmu penampilanku terlalu berlebihan?” tanyanya ingin tahu. Sang pelayan tersenyum. “Nona, Anda sangat ca
Pelayan tampak sibuk mondar-mandir menghidangkan makanan untuk keluarga Geovan. Pagi menyapa, para pelayan sigap menghidangkan makanan. Terlihat Stanley bersama dengan orang tua, kakek, dan nenek serta adiknya sudah duduk di meja makan seraya menikmati makanan yang telah terhidang di atas meja. “Stanley, malam ini kita akan makan malam bersama Raja Jokum. Kau jangan memiliki acara apa pun,” ucap Sean memulai percakapan. Stanley mengangguk, menanggapi ucapan sang ayah. Pria tampan itu malas berdebat, jadi lebih baik dia menyetujui. Lagi pula, kebetulan hari ini dirinya tak memiliki rencana apa pun. “Dad, apa aku akan ikut juga?” tanya Savannah polos, menatap sang ayah. “Apa kau bagaian dari Geovan?” balas Sean dingin pada putri bungsunya. Savannah menekuk bibirnya. “Iya, aku akan ikut. Astaga, kau galak sekali, Dad. Aku kan hanya bertanya memastikan saja.” Sean tak mengindahkan ucapan putrinya itu. Tentu dari raut wajahnya masih menyimpan rasa kesal pada putrinya. Jadi, sangat w
Suara jeritan cukup kencang membuat langkah Stanley terhenti di kala memasuki mansion keluarganya. Pria tampan itu mengalihkan pandangannya, menatap terkejut Savannah—adik bungsunya ditarik oleh ayahnya. “Dad?” Stanley langsung mendekat. “Kakak!” Savannah yang melihat Stanley langsung melepas cengkeraman tangan sang ayah, dan berlari menghamburkan tubuh ke pelukan kakak laki-lakinya itu. Stanley menatap adiknya yang memeluknya erat. “Kau dari mana saja, Savannah? Kenapa kau menghilang?” serunya kesal pada adiknya. Tindakan gila yang dilakukan Savannah menghilang tanpa jejak, membuat Stanley harus susah payah mencari keberadaan adiknya. Namun, beruntung sekarang adiknya sudah ditemukan. “A-aku hanya berjalan-jalan sebentar,” ucap Savannah pelan, meringkuk dalam pelukan Stanley. Sean menatap tajam Savannah yang memeluk Stanley. “Berjalan-jalan apa, Savannah? Kalau bukan Dad meminta orang mencarimu, maka kau pasti tidak akan ke sini. Kenapa kau mencari masalah? Ini Denmark, Savann
Shakira bagaikan terjebak di situasi yang rumit. Wanita cantik itu tak mengerti kenapa berada di dekat Stanley malah membuat dirinya salah tingkah, dan campur aduk. Sungguh, ingin rasanya dia menghindar, tetapi jika dia menghindar akan menimbukan kecurigaan. “Stanley, aku rasa kau tidak perlu menurunkanku di depan rumahku,” ucap Shakira di kala mobil yang dilajukan Stanley sudah dekat dari rumahnya. Ya, saat ini Shakira dan Stanley sudah berada di mobil. Waktu menunjukkan pukul dua pagi. Shakira memutuskan untuk pulang dari kelab malam, dan Stanley menepati janjinya yaitu mengantar Shakira pulang. “Jika aku menurunkanmu di pinggir jalan di pagi buta seperti ini, orang akan berpikir aku menurunkan seorang pelacur,” ucap Stanley dingin, dan datar. Mata Shakira melebar terkejut mendengar ucapan Stanley. “K-kenapa kau berpikir seperti itu, Stanley?” tanyanya yang tak mengira. Stanley menepikan sebentar mobilnya, dan kini menatap Shakira. “Kau tahu ini jam berapa, kan, Shakira?” balas