Share

File yang Ditukar (Part 2)

"Amhh ... itu .... " Erga menghentikan ucapan lalu menatap Rezvan.

 

"Kalau begitu saya siap-siap dulu, Tuan." Zeeta pun membawa tas di tangan lalu bangkit hendak mengganti pakaian.

 

"Iya, benar begitu! Tidak usahlah berterimakasih. Aku sudah biasa." Rezvan menyulut rokok di tangan.

 

"Te–terima kasih, Tuan, atas pakaiannya," ucap Zeeta pada Rezvan, lalu kembali menundukkan pandangan.

 

"Telat!" sahut Rezvan.

 

"Ini ganti di mana, Tuan?" tanya Zeeta.

 

"Ganti di depan kami berdua saja!" seloroh Rezvan. "Kau ini!" Ia pun menggeleng.

 

"Ti–tidak bisa begitu, Tuan." Kedua bola mata Zeeta membulat sempurna.

 

"Argghhh! Kamar ataslah!" Rezvan tampak meradang. "Apa aku saja yang mengganti pakaianmu?" gertaknya kemudian.

 

Namun, tanpa mengindahkan ucapan Rezvan, bergegas Zeeta setengah berlari, berlalu meninggalkan kedua pria itu.

 

"Konyol!" umpat Rezvan.

 

Tak selang berapa lama, Zeeta kembali dengan pakaian yang masih belum juga digantinya.

 

"Apa lagi?" tanya Rezvan.

 

"Saya ganti pakaian di mana, Tuan? Saya tidak bisa membuka pintu kamar. Kamar sebelah juga dikunci," ucap Zeeta.

 

"Argghhh!" Rezvan pun bangkit. Lalu hendak mengantar Zeeta ke kamar atas.

 

"Kalem, Bro!" Erga mencoba mengingatkan Rezvan agar tak melakukan hal yang bukan-bukan.

 

Zeeta mengikuti langkah Rezvan dari belakang. Namun, sesekali menoleh, menatap Erga sehingga tatapan keduanya saling bertautan.

 

"Masuklah!" perintah Rezvan sesampainya di kamar atas.

 

Zeeta pun melangkah masuk. Namun, saat hendak menutup pintu, tanpa diduga, Rezvan mendorong tubuh Zeeta, lalu mengunci pintu kamar dari dalam. Pria itu pun menggiring tubuh Zeeta hingga mundur beberapa langkah. 

 

"Tu–tuan!? A–Anda mau apa?" Zeeta tampak gugup.

 

Tanpa segan, pria itu pun mendorong tubuh Zeeta ke ranjang.

 

"Tu–tuaaannn!" Jantung Zeeta nyaris berhenti berdetak saat Rezvan kini berada di atas tubuhnya.

 

"Kau tahu ...?!" Rezvan mengeraskan rahang. "Kau sangat menggemaskan sekali!"

 

"Sa–saya .... "

 

"Kau milikku!" tukas Rezvan lantang. "Simpan wajah polosmu! Jangan bersikap manis di depan Erga! Atau ... kau akan menyesal!" gertaknya lagi kemudian.

 

"Sa–saya .... "

 

"Mengerti?!" 

 

"Me–mengerti," Zeeta terbata dengan tubuh bergetar hebat. Pria di atas tubuhnya tampak begitu buas. Seakan suatu waktu bisa saja menerkamnya ibarat singa kelaparan. Namun tak berselang lama, pria bertubuh tegap itu pun bangkit.

 

"Astaghfurullah!" seru Zeeta seraya menekan dada menahan gemuruh yang menyala.

 

***Athikah_Bauzier***

  

Rezvan meraih map di meja. "Aku hanya ingin menanyakan sesuatu. Tawaran apa yang mereka katakan saat mengajakmu ke mari?" tanyanya kemudian pada Zeeta.

 

"Pekerjaan di bidang property, Tuan!"

 

Rezvan dan Erga saling berpandangan.

 

"Kau yakin di dalam map itu adalah semua berkasmu?" tanya Erga.

 

"Iya, Tuan. Saya yakin. Saya sudah mempersiapkan semua ijazah asli dan perlengkapan lain sebelum keberangkatan ke sini. Semua sudah lengkap di dalam map itu." Zeeta berucap tanpa jeda.

 

"Kau yakin?" Rezvan menyipitkan pandangan.

 

"Iya, Tuan." Zeeta pun bangkit, lalu meraih map cokelat dari tangan Rezvan.

 

Namun, tak lama ... kedua mata wanita itu membelalak sempurna. "Ti–tidak mungkin! Ke–kenapa bisa begini?"

 

"Itulah yang aku baca," timpal Rezvan.

 

"Tu–tuan! Sungguh, sa–saya tidak berkata bohong! Bukan ini berkas yang saya persiapkan." Kedua benik mata Zeeta tampak meremang.

 

"Hemh! Tapi aku sudah membayarmu mahal. Jadi, aku, ya, tidak mau tahu dengan urusan map yang kau persiapkan," tukas Rezvan.

 

"Ja–jangan seperti ini, Tuan! Ini pasti salah paham! Mungkin ... mungkin Map ini sengaja ditukar," kilah Zeeta.

 

"Di situ jelas tertulis nama dan profilmu. Lengkap!" Rezvan menepuk-nepuk pinggiran sofa yang didudukinya.

 

"Ta–tapi semalam Tuan janji tidak mau apa-apakan saya, bukan?"

 

"Benarkah? Apa aku berjanji? Rasanya tidak! Aku sudah keluar banyak uang untukmu," kilah Rezvan, lalu mengarahkan pandangan pada Erga. 

 

"Tuan! Saya janji akan mengganti uangmu. Ta–tapi ... tolong lepaskan saya!" pinta Zeeta.

 

"Ganti?!" Rezvan menaikkan alis sebelah, lalu sedikit menyeringai. "Baiklah, berapa kira-kira yang bisa kau ganti? Bisa kau taksir?"

 

"A–emhhh! Emh ... berapa, ya?"

 

"Hemh?" Rezvan mencondongkan badan ke depan.

 

"Du–dua jutakah a–tau lima juta?"

 

Sontak, bahak tawa Rezvan menggema di seantero ruangan. Begitu pula Erga yang terlihat mengulum senyum di sudut bibir.

 

"Jadi ...?" Zeeta menatap tak mengerti pada keduanya.

 

"Gaji dua juta atau lima juta selama sepuluh tahun pun tidak akan mampu menggantinya," putus Rezvan. 

 

"A–apa?" Kerongkongan Zeeta merasa tercekat.

 

"Kalau kau ingin mengganti, mungkin seumur hidup bisa kau habiskan di sini! Itu pun ... belum mampu menutupi," timpal Rezvan sekenanya.

 

"A–Anda gila! Kalian gila! Kalian semua gila, Tuan!" pekik Zeeta.

 

"Hey ... kau berani sekali, ya!" tandas Rezvan.

 

"Itu ... sama saja memperjualbelikan perempuan, Tuan! Apa Anda tidak khawatir jika itu terjadi pada keluarga Anda?" sergah Zeeta menatap nanar.

 

"Wanita ini sangat berani sekali! Terlihat polos, tapi nyatanya .... " Rezvan menggeleng.

 

"Menjijikkan sekali! Sebenarnya apa yang kalian cari, Tuan? Apa kalian tidak takut dosa, iya?" cerca Zeeta.

 

"Memang kau tahu dosa itu apa?" ejek Rezvan. "Jangan sok tahu dosa itu apa! Sedangkan kau sendiri belum mati," lanjutnya.

 

"Ya Allah!" Zeeta menyentuh dada. "Anda tidak punya iman, Tuan! Entah bagaimana dulu cara orang tua Anda mendidik Anda?" cecar Zeeta.

 

"Hei! Kau!" bentak Rezvan.

 

Bentakan Rezvan membuat Zeeta tersentak sehingga wanita itu tidak sengaja melemparkan map cokelat dari genggamannya.

 

Seketika Erga bangkit saat menyadari Rezvan berjalan cepat ke arah Zeeta. "Van!" cegah Erga, seraya menyentuh tepat pada bagian dada Rezvan.

 

"Jangan pernah sekalipun kau sebut-sebut orang tuaku! Atau ... malam ini ... kau akan menyesal seumur hidupmu." Tunjuk Rezvan pada Zeeta.

 

 

Bersambung ....

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status