Share

Slept By The Devil!

Pukul 01.15 a.m

Luna merasakan tubuhnya berat, ia melenguh. Namun ia tetap merasa ada yang aneh ditubuhnya, ia sentuh bagian pinggangnya namun ada tangan kekar berada diatasnya. Ia langsung membuka matanya dan berbalik.

Ternyata Abimana.

Pria itu, kenapa bisa masuk kesini?

Bukankah pintunya sudah ia kunci?

"Tidurmu nyenyak sekali, Luna," Abimana memutar tubuhnya menatap langit-langit kamar.

"Kau__kau mau apa disini?" Tanya Luna terbata. Ia sudah duduk diranjang dengan sedikit menjauh dari Abimana.

"Mau apa lagi? Tentu saja, aku mau kamu Luna. Malam ini," Abimana bangun dan melepas kancing kemejanya.

Luna sudah bergetar takut. Dia tahu hal seperti ini pasti akan terjadi, namun jangan secepat ini. Ia belum siap.

"Jangan! A__aku belum siap!" Luna beranjak dari ranjangnya dan akan menuju pintu.

Namun tubuhnya langsung ditangkap oleh tangan kekar Abimana. Kekuatannya tidak sebanding dengan pria ini.

Abimana menangkap tubuh Luna dari belakang, ia meronta-ronta meminta dilepaskan, ia berteriak sekuat tenaganya.

Walaupun ia tahu, tidak akan ada yang menolongnya.

Abimana dengan mudah mengangkat tubuh Luna. Kaki Luna menendang-nendang keudara. Ia terus meronta.

Tubuhnya dihempaskan oleh Abimana ke atas ranjang besar itu.

Tanpa memberinya peluang, Abimana langsung menindih Luna. Kedua kaki Luna di tekan dengan kedua tumit Abimana. Tangan Luna masih memukul-mukul dada dan wajah Abimana.

Abimana secara kasar mengikat kedua tangan Luna dengan ikat pinggangnya yang sudah ia lepas sejak tadi.

"Brengsek! Berhenti meronta Luna. Aku hanya ingin menidurimu!" Bentak Abimana dengan mata nyalang.

"Tidak! Berhenti! Lebih baik aku mati dari pada harus memberikan tubuhku! Sialan!" Luna terus berteriak.

Abimana benci melihat jika ada seseorang yang menolaknya. Ia benci penolakan.

Abimana menampar wajah Luna hingga wajahnya berpaling ke kanan.

"Jangan menolak ku bitch! Kau hanya piaraanku, jadi terimalah takdirmu. Menurut padaku!" Abimana menurunkan ritsleting celana panjangnya dan menurunkan sebagian celana panjang dan dalamannya.

Luna menangis, menggelengkan kepalanya. Matanya sudah memerah. Ia takut melihat Abimana yang sudah mengeluarkan kejantanannya yang sudah tegak tersebut.

"To__long, berhenti. Hiks...Hiks..." Isak tangis terdengar dari mulut Luna.

Abimana tak peduli. Ia sudah dikuasai hasrat yang tinggi, sejak tadi malam ia sudah menahannya di club. Kliennya mengajak bertemu di club dan ia sudah disuguhi wanita sexy disana. Namun ia menahannya agar tidak meniduri wanita tersebut. Ia hanya ingin Luna, piaraannya. Yang sudah ia beli mahal-mahal.

Ia ingin mencicipinya malam ini.

Abimana langsung melumat bibir Luna yang berwarna merah muda cerah itu. Aroma alkohol yang kuat masih tercium. Namun Luna tidak membuka mulutnya. Abimana gigit bibir bawah Luna, agar Luna membuka akses untuk lidahnya menyesap Luna dengan dalam.

Abimana dengan penuh napsu, ia membelit lidah Luna. Tidak ada balasan dari Luna.

Tak apa.

Abimana mencium leher jenjang Luna, menjilati telinga gadis itu. Menyesap aroma tubuh Luna dengan dalam. Ia memberikan kissmark disepanjang leher hingga dada Luna.

Kini pakaian tidur Luna sudah robek semua, tersisa hanya bra dan celana dalam saja.

Abimana dengan cepat membuka pengait bra tersebut, terpampang lah aset Luna.

Abimana meremasnya dengan gemas.

Celana dalam Luna sudah dirobeknya, tanpa aba-aba, Abimana langsung memasuki inti Luna yang belum siap itu.

"Aaarrrrgghhhhh! Brengsek! Bajingan!" Teriak Luna dengan isak tangis yang kencang. Tangannya masih terikat, namun ia layangkan kearah kepala Abimana.

Dengan sigap Abimana menahannya. Abimana menggerakkan pinggulnya. Ia tak peduli dengan rintih kesakitan yang Luna rasakan.

Semakin Luna merintih kesakitan, Abimana semakin bergairah melihatnya. Ia terus memompa tubuh Luna dengan kencang.

Luna tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa menangis, ia benci melihat wajah Abimana yang penuh seringai menjijikkan. Abimana terus menggeram dengan menatap netra Luna dalam-dalam.

Namun sorot mata Luna, hanya terisi kebencian pada pria yang sedang menggagahinya saat ini.

Abimana terus tersenyum melihat sorot mata Luna yang tajam itu. Sorot mata penuh kebencian, terluka dan kesakitan. Itu sangat menggairahkan bagi Abimana.

"Sebut namaku Luna!" Abimana mengelus surai coklat Luna.

"Sialan!" Luna.

Abimana tersenyum.

"Ini ___ hhh luar biasa Luna. Kamu begitu nikmat. Aahhhh..." Abimana terus meracau menjijikkan bagi telinga Luna.

Abimana terus memompa Luna, ia meremas payudaranya. Ia melepaskan penyatuannya, lalu memutar tubuh Luna hingga ia menungging. Abimana mulai memasukinya kembali.

"Aahhh..." Luna tak kuasa menahan desahan sejak tadi.

"Yes, bitch! Like that!" Abimana menampar bokong sintal Luna dengan kencang.

"Brengsek, devil!" Luna ingin melepaskan diri dari Abimana, namun pinggul Luna diremas dan ditahan dengan kuat oleh Abimana.

"Ahhh, kau lucu sekali Luna. Aku sangat menikmati ini. Sial! Sempit sekali ini!" Abimana masih terus memompa Luna semakin kencang.

Luna hanya bisa mencengkram seprai dengan tangannya yang terikat.

Tiba-tiba rambutnya ditarik kebelakang dengan kencang oleh Abimana.

"Oooh sialan kau Luna! Ini nikmat. Aahhhh..." Abimana terus meracau tanpa peduli dengan kesakitan Luna.

Semakin cepat Abimana memompa Luna, lalu kejantanannya semakin berdenyut. Tak lama ia mencapai puncaknya.

"Shit! Lu___naaaaahhh..." Abimana memejamkan matanya seraya kepalanya mendongak keatas. Menikmati pelepasannya yang terasa luar biasa.

Ia belum melepas penyatuannya dengan Luna.

Ia kecup punggung mulus itu, ia remas bokongnya. Lalu ia lepaskan penyatuannya. Ia melihat kebawah, ada bercak darah di seprainya. Ia tersenyum puas melihatnya.

Ia pria pertama bagi Luna.

Ia ambruk disamping Luna. Luna masih dengan posisi tengkurap. Dengan isak tangis tentunya.

Abimana bangkit dari ranjang, ia mengambil jasnya yang ia taruh diatas sofa. Ia merogoh saku dalam jasnya dan mengeluarkan sebungkus obat baru.

Ia berjalan menuju ranjang.

Ia balikkan tubuh Luna, matanya sembab. Air mata deras masih mengalir. Abimana melepaskan ikatannya.

"Ini minumlah! Jangan sampai kau hamil. Aku masih ingin menikmati tubuh indahmu itu!" Abimana melempar obat tersebut keatas tubuh Luna.

Abimana berjalan menuju kamar mandi dengan tubuh polosnya. Luna mengambil obat tersebut, itu adalah pil kontrasepsi.

Ia segera mengambil air minum diatas nakas dan meminum satu pil tersebut.

Akupun tidak mau hamil anakmu brengsek!

Luna bangkit dari ranjang, ia mengambil piyama tidurnya yang baru di walk in closet.

Ia malas membersihkan diri. Ia merasa sudah sangat kotor. Intinya sakit sekali, perih. Ia kesulitan berjalan.

Setelah susah payah memakai piyama dan kembali ke ranjangnya, ia selimuti dirinya dan memejamkan matanya.

Lalu pintu kamar mandi terbuka, Abimana muncul masih dengan tubuh polos.

Ia tidur diranjang Luna dan menyelimuti dirinya.

Ia melihat Luna yang sedang memunggunginya. Ia memeluk tubuh Luna dari belakang. Luna diam saja.

"Ini pengalaman keduaku meniduri seorang perawan. Memang senikmat ini. Kalian sama-sama galak dan selalu menolak ku. Tapi aku semakin bergairah melihatnya. Tidurlah Luna! Nanti kita akan melanjutkan lagi. Aku belum puas," Abimana.

Namun baru sepuluh menit Luna tertidur, ia merasakan dinginnya pendingin ruangan ini menerpa bahunya. Ia membuka matanya dan terkejut dengan keadaannya sekarang.

Ia sudah telanjang.

Abimana sedang meremas payudaranya dan mengecup punggungnya dengan lembut. Namun sesekali gigitan-gigitan kecil terasa.

"Ayo Luna! Aku sudah tegang," Abimana memposisikan dirinya diatas Luna.

Luna hanya bisa pasrah. Percuma melakukan perlawanan. Nyatanya ia memang hanya alat untuk memuaskan hasrat Abimana.

Dan hingga pukul 06.00 pagi mereka baru menyelesaikan aktivitas panas mereka. Abimana merasa sangat terpuaskan oleh Luna. Walau Luna pasif, namun nyatanya ia lawan yang tangguh untuk menghadapi Abimana yang memiliki gairah sekuat itu.

Luna terlelap. Tubuhnya diselimuti oleh Abimana dan ia pun ikut terlelap bersama Luna. Abimana memeluk tubuh Luna, kepala Luna bersandar pada lengan kekar kiri Abimana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status