"Vin, siapkan mobil sekarang juga. Aku mau ke hotel The Empress," perintah Abimana pada Vino, asisten pribadinya.
Vino mengangguk dan segera mengeluarkan mobil dari garasi. Ia mengeluarkan Mercedes Benz kesayangan bos nya.
Lalu Abimana terlihat keluar dari pintu depan mansion-nya dengan menggunakan tuxedo hitamnya. Sangat elegan, berkelas.
Ya, Abimana memiliki aura berkuasa yang tidak bisa diabaikan. Tubuhnya yang tinggi, tegap, hidung mancung dengan wajah penuh dengan jambangnya, semakin terlihat manly. Kaum hawa tidak ada yang bisa menolak pesonanya.Vino segera membukakan pintu penumpang dibelakang untuk Abimana duduk. Lalu mereka pun segera menuju tujuan mereka malam ini. Abimana duduk tenang dibelakang sibuk dengan Ipad-nya.
Akhirnya mereka sampai di lobby hotel. Vino dengan sigap membukakan pintu untuk Abimana dan Vino segera memberikan kunci mobil pada petugas vallet.
Mereka melewati resepsionis hotel dan itu menjadi pertanyaan bagi Vino.
"Kita mau kemana bos?" Tanyanya."Kita akan mengikuti pelelangan. Aku penasaran, seperti apa pelelangan tersebut. Yang kudengar ini ilegal. Hanya orang-orang tertentu yang diundang dan kita diharuskan memakai topeng nanti didalam," Abimana menjelaskan.
Vino hanya mengangguk. Dan ia mengikuti Abimana berjalan dibelakangnya.
Setelah sampai disebuah pintu besar yang dijaga dua pengawal berbadan besar dan tegap, berwajah sangar. Abimana menyerahkan sebuah kartu seukuran kartu nama. Pengawal tersebut memeriksanya dan akhirnya mereka dipersilakan masuk.
Setelah pintu besar itu dibuka, mereka disambut oleh beberapa wanita bertopeng dan memberikan topeng untuk Abimana dan Vino.
Abimana dan Vino segera memakainya. Mereka diantar oleh wanita tersebut menuju satu ruangan lagi. Saat mereka masuk, ruangan sangat gelap dan dingin karena pendingin udara. Hanya ada lampu disekitar sofa tempat yang akan mereka duduki.
Setelah mereka duduk, wanita tersebut meninggalkan mereka. Diruangan ini sudah ada sekitar 17 orang yang duduk dikursinya. Mereka semua laki-laki memakai tuxedo dan topeng untuk menutupi wajah mereka. Beberapa dari mereka ditemani oleh wanita sexy. Yang Abimana yakini, itu adalah wanita malam.
Tak lama acara dibuka, lampu sorot fokus hanya pada pembawa acara yang sedang mengatakan akan mulai melakukan pelelangan.
"Selamat malam Tuan-tuan dan Nyonya terhormat. Malam ini seperti biasa, kami akan melakukan pelelangan. Namun ada yang spesial di malam ini. Kali ini ada 'benda hidup' yang akan kami lelang. Silakan anda memberikan penawaran terbaik," pembawa acara memulai.
Lalu masuklah seorang wanita bertopeng membawa seseorang yang ditutupi oleh selimut.
Setelah orang tersebut berdiri dipanggung kecil yang disediakan, lampu sorot fokus padanya.Si wanita yang membawanya segera membuka selimut yang menutupi orang itu.Itu seorang wanita. Sepertinya setengah sadar. Matanya sayu, tubuhnya tidak seimbang berdiri. Sesekali ia akan jatuh, namun ia bertahan tetap berdiri disana.
Semua mata para tamu membelalak tidak percaya namun juga sorot mata penuh takjub dan lapar pun terlihat dari sorot mata para lelaki diruangan tersebut.
"Ini adalah 'benda hidup' spesial yang akan kami lelang. Masih virgin, berusia 19 tahun. Bisa anda semua lihat, tubuhnya bersih, proporsional dan tentu saja dia bisa memuaskan kalian semua," si pria pembawa acara mulai memberikan info.
"Kami buka dengan harga ... 400juta!" Lanjutnya.
"Ya! Kursi nomor 13 dengan harga 500," pria pembawa acara mulai membacakan angka penawaran yang muncul ditiap layar tablet pada tiap kursi.
"Nomor 18 dengan harga 550."
"Nomor 11 dengan harga 700!"
"Nomor 10 dengan harga 800!"
Lalu hening, belum ada lagi yang melakukan penawaran.
"800 satu! 800 dua!......" Perkataan pembawa acara terpotong saat ia melihat di layar kursi bernomor 20 memberikan harga yang fantastis.
"Nomor 20 dengan harga 1 milyar!" Lanjut pria tersebut.
Suasana semakin hening bahkan ada beberapa tamu yang kasak kusuk.
"1 milyar satu! 1 milyar dua! 1 milyar tiga! Ya! Terjual pada Tuan dikursi bernomor 20!" Histeris si pembawa acara sehingga beberapa tamu melakukan tepuk tangan.
"Bos?" Vino.
"Ayo!" Abimana beranjak menuju pintu yang diarahkan oleh wanita sexy bertopeng.
Vino mengikutinya dari belakang, lalu Abimana berhenti sejenak.
"Siapkan mobil di parkiran dekat sini, aku akan menyusul. Cepatlah! Agar tidak ada yang melihat aku membawa gadis itu," perintah Abimana pada Vino.
Vino mengangguk dan segera melaksanakan perintahnya.
Abimana melanjutkan langkahnya mengikuti wanita tadi. Lalu setelah memasuki ruang tersebut, Abimana langsung menatap tajam pada gadis tadi yang dilelang.
Abimana segera mengeluarkan ceknya dan menuliskan nilai uang yang tadi disebutkan untuk membeli gadis perawan ini. Setelah transaksi selesai, Abimana menatap kembali pada gadis itu.
"Terima kasih Tuan, senang berbisnis dengan anda," jabat tangan si pembawa acara mengakhiri transaksi mereka.
"Dia kenapa?" Abimana.
"Oh, hanya diberi sedikit ekstasi. Masih sedikit agak galak Tuan. Namun pasti dia akan jinak ditangan Tuan. Selamat menikmatinya," jawab si pembawa acara.
Abimana diam saja. Ia masih menatap gadis itu. Tubuhnya memang bagus, sangat menggairahkan. Matanya coklat, alis yang tebal. Bibirnya yang ranum, seolah memanggilnya.
Abimana meneliti seluruh tubuh gadis itu. Ia tidak memakai bra. Payudaranya jelas terlihat. Tidak besar namun juga tidak kecil. Terlihat sekali, tubuh ini belum pernah dijamah oleh siapapun. Semua masih kencang.
Abimana mendekati gadis itu, ia menarik pinggangnya dengan cepat agar menempel pada tubuh Abimana.
"Kuharap kau memang bisa memuaskan ku!" Ucap Abimana berbisik dekat telinga gadis itu.
Gadis itu masih sedikit tersadar, ia menghempaskan tangan Abimana yang merangkulnya. Walau dengan sedikit tenaga, ia berusaha untuk lepas dari Abimana.
"Cih! Menjijikkan!" Ucap gadis itu.
Abimana terkekeh mendengarnya.
"Galak! Kau mengingatkanku pada seseorang yang pernah aku cintai. Menarik!" Abimana menyeringai.
Ponsel Abimana berbunyi.
"Ya? Sudah?"
"___"
Abimana segera menutup panggilan tersebut. Ia menyelimuti tubuh gadis itu dengan selimut yang tadi ia pakai.
Gadis itu berontak."Pakailah! Aku tak mau orang lain melihat payudaramu itu. Ingat! Aku sudah membelimu dengan sangat mahal!" Abimana memakaikan selimut tersebut dengan kasar. Lalu menuntun gadis itu berjalan menuju pintu belakang lalu muncul ke tempat parkir.
Vino sudah menunggu didepan pintu. Abimana segera masuk ke mobil bersama gadis itu. Mereka duduk di kursi belakang. Vino segera menjalankan mobilnya.
"Kita langsung pulang bos?" Vino.
"Ke mansion!"
"Apakah lelang manusia diperbolehkan?" Tanya Vino seraya melirik kaca spion didepannya melihat kearah Abimana."Tentu saja tidak, bodoh! Aku juga tidak menyangka akan mendapatkan hal seperti ini," Abimana melirik si gadis itu yang mulai fly.
Tak ada lagi yang berkata. Hanya ada suara-suara racauan gadis itu tidak jelas, karena ia sudah terpengaruh dari pil ekstasi yang ia telan.
Abimana menelpon pelayan di mansion-nya agar menyiapkan satu kamar yang bersebelahan dengan kamarnya.
Abimana memandangi wajah wanita disampingnya yang sedang meracau tidak jelas. Wajahnya seperti seseorang.
Abimana segera menggendong gadis tersebut dan menuju kamar dilantai dua yang sudah disiapkan oleh pelayan.Gadis itu dibaringkan diranjang dengan perlahan. Abimana menatap bibir ranum gadisnya, sangat menggoda.Abimana melepas dasi kupu-kupunya dengan kasar. Ia tak tahan melihat tubuh polos gadis didepannya. Entah namanya siapa, namun wajahnya memang sangat cantik. Apalagi ketika ia tertidur seperti bayi sekarang ini.Sangat menggemaskan.Abimana mengecup bibir manis itu sekilas. Ia harus menahannya sampai besok. Ia ingin meniduri gadis ini saat ia sadar. Agar ia bisa mendengarkan gadis ini mendesah seraya menyebut namanya.Abimana menyeringai , lalu keluar dari kamar itu.Ia memanggil kembali pelayan."Maya, gantikan pakaian gadis itu dan sekalian tubuhnya dilap saja dengan air hangat," perintah Abimana.Maya, hanya mengangguk dan menunduk hormat. Den
Pukul 01.15 a.mLuna merasakan tubuhnya berat, ia melenguh. Namun ia tetap merasa ada yang aneh ditubuhnya, ia sentuh bagian pinggangnya namun ada tangan kekar berada diatasnya. Ia langsung membuka matanya dan berbalik.Ternyata Abimana.Pria itu, kenapa bisa masuk kesini?Bukankah pintunya sudah ia kunci?"Tidurmu nyenyak sekali, Luna," Abimana memutar tubuhnya menatap langit-langit kamar."Kau__kau mau apa disini?" Tanya Luna terbata. Ia sudah duduk diranjang dengan sedikit menjauh dari Abimana."Mau apa lagi? Tentu saja, aku mau kamu Luna. Malam ini," Abimana bangun dan melepas kancing kemejanya.Luna sudah bergetar takut. Dia tahu hal seperti ini pasti akan terjadi, namun jangan secepat ini. Ia belum siap."Jangan! A__aku belum siap!" Luna beranjak dari ranjangnya dan akan menuju pintu.
Pukul 10.00 a.mLuna mengerjap-ngerjapkan matanya yang terkena sorot sinar matahari dari jendela kamarnya yang sudah dibuka tirainya.Tubuhnya masih telanjang, hanya berbalut selimut tebal hingga batas dadanya. Ia susah bergerak.Pergelangan tangannya memerah akibat ikatan dari ikat pinggang Abimana.Terlebih intinya sangat perih. Rasanya susah sekali ingin berjalan.Lalu pintu kamar terbuka, muncullah Maya. Maya melihat kamar Luna sangat berantakan. Piyama tidur Luna yang robek teronggok dilantai beserta dalamannya. Ada kemeja Tuan Abimana juga yang berserakan di lantai. Seperti sehabis bertempur hebat.Maya segera merapikan pakaian yang berserakan itu. Ia masukkan ke dalam keranjang pakaian kotor. Ia melihat Luna diranjang tengah duduk bersandar pada kepala ranjang, sedang menatap kearah luar jendela. Tampilannya sangat berantakan. Rambut yang acak-acakan. Waj
Sudah tiga hari ini Abimana tidak pulang ke mansion. Ia tidur di apartemennya. Ia menghindari Luna untuk sementara waktu. Sejujurnya, ia merindukan gadis itu. Tidak! Bukan rindu, melainkan merasa bosan. Ia merasakan sepi, tidak ada 'mainan' untuk mengurangi kepenatannya.Biasanya ia akan mendengar makian dari mulut gadis itu dengan sorot mata tajam yang menantang.Namun sejak melihat gadis itu bertekad untuk mengakhiri hidupnya, hati Abimana seperti tergelitik. Ada sesuatu yang mengganggu, namun ia tidak tahu apa. Ia benci melihat Luna dengan berani melukai tangannya. Itu menyentil ego seorang Abimana.Abimana tersinggung. Bahkan, pelacur saja tidak keberatan ia perlakukan seperti itu.Abimana menenggak kembali cairan alkoholnya, selama disini ia hanya ditemani Vodka, Vino dan bodyguardnya. Selesai bekerja, biasanya ia akan mampir ke club. Menghabiskan waktu, menikmati musik,
"Cepat makan sarapan mu!" Abimana membentak kembali Luna.Saat ini mereka sudah duduk berhadapan diruang makan."Aku tidak lapar!" Luna membuang wajahnya, melihat kearah lain dengan beraninya.Abimana berhenti mengunyah rotinya. Ia melempar roti milik Luna kelantai."Mayaaaa!" Abimana berteriak keras memanggil Maya.Maya tergopoh-gopoh menghadap tuannya. Ia tahu, pagi ini sepertinya suasana hati tuannya sedang tidak baik."I__iya Tuan. Ada apa?" Maya menunduk takut."Makan roti itu!"Maya mendongak menatap Abimana tak percaya. Kesalahan apa yang ia buat, sehingga ia dipaksa memakan roti berserakan dilantai?"Tu__tuan?" Maya tidak yakin.Luna sudah melotot kearah Abimana. Sedangkan iblis didepannya hanya tersenyum jahat."Kau tuli?! Makan cepat! Habiskan!" Abimana melotot kearah Maya.Maya gugup dan takut, ia berjongkok mengambil roti tersebut."Jangan Maya!" Luna bangun dari duduknya.
"Luna!" Suara penuh penekanan menggelegar diruang tengah.Dokter Syam sangat terkejut mendengarnya. Sedangkan Luna?Wow, Luna sampai tersedak dibuatnya. Ia tengah meminum teh hangatnya.Luna segera menepuk-nepuk dadanya yang agak sakit karena tersedak air teh.Dokter Syam yang melihat itu segera mengambil tissue dan mengelap tangan dan paha Luna yang terkena air teh.Abimana melihat gerakan Syam, segera melototkan matanya dengan tajam mengarah pada Syam dan Luna. Ia mendekat."Sedang apa kalian, hah?!" Abimana memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya, ia masih berdiri melihat kearah mereka berdua."Kami hanya berbincang saja Bima, ada apa denganmu?" Dokter Syam masih sibuk mengelap paha Luna yang basah, ia belum melihat kearah Abimana."Singkirkan tanganmu, Syam!" Desis Abimana
"Sudah siap semua?" Tanya Abimana pada Vino."Sudah Tuan." Vino."Aku tidak mau ada kesalahan sekecil apapun!" Abimana menekankan kembali."Saya mengerti Tuan." Vino menunduk hormat.Abimana kembali berjalan menuju gedung belakang dari mansion utamanya. Ditempat inilah ia dan para anak buahnya menaruh barang-barang yang akan mereka jual nantinya.Senjata api ilegal dan ekstasi. Itulah barang yang mereka jual.Abimana Rajendra, pria matang 31 tahun. Selain menjadi seorang CEO di perusahaan konstruksi miliknya, ia juga menjalani bisnis ilegal lainnya.Namanya sudah tidak asing lagi didunia bawah atau dunia mafia.Di gedung belakang inilah, semua barang yang akan ia jual malam ini sudah disiapkan."Dimas, kali ini kau yang memimpin transaksinya. Aku dan Vino mengawasi
Sekarang pukul 19.00 malam.Sejak pukul 5 sore tadi mansion sibuk. Maksudnya, para pekerja di mansion ini sedang sibuk. Abimana memesan seorang make up artist yang terkenal untuk mendandani Luna malam ini.Pria itu akan mengajak serta Luna untuk ikut makan malam dirumah keluarga Stevan. Malam ini ulang tahunnya Tante Lily, mamanya Stevan.Para pegawai butik sudah berbondong-bondong datang dengan membawa banyak gaun malam yang indah. Bahkan pemilik butik ini pun ikut datang."Selamat sore Tuan Abimana, saya senang atas undangan anda. Kami akan melakukan yang terbaik untuk anda," ucap si pemilik butik yang diketahui bernama Steffy Tan."Ya, lakukan yang terbaik," Abimana.Mereka, para make up artist dan pegawai butik sekarang berada dikamar utama. Luna sudah dari siang melakukan perawatan tubuh dari ujung rambut hingga ujung kepala. Saa