"Kau tidak perlu menjadi orang lain, cukup jadi dirimu sendiri saja." [Ray R. R.]
______
Melihat hal itu Ray menjadi merasa bersalah. Pasalnya dirinya mentertawai Vara tapi sungguh alasan tak masuk akal dari Vara sangatlah lucu membuat Ray mau tak mau tertawa mendengarnya.
Ray mendekati Vara, mengusap lembut pucuk kepalanya berharap Vara tenang. "Memangnya kenapa kau sampai melakukan hal senekat itu?" tanya Ray.
Vara yang awalnya ingin menangis tiba-tiba terdiam setelah mendengar pertanyaan dari Ray. Vara jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa yang membuat dirinya sampai berbuat nekat seperti ini? Merubah penampilan yang awalnya polos menjadi seperti seorang jalang?
Vara mendongakkan kepalanya melihat Ray yang lebih tinggi darinya. Keduanya saling pandang dalam keheningan. Ray menunggu jawaban yang keluar dari mulut Vara sedangkan Vara sedang me
"Dasar tidak berguna! Kalau kau terus seperti ini, kau akan menjadi pengecut selamanya!" [Rey R. R.]______Suasana di meja makan sangat meriah malam ini. Maksud Ray terkesan sangat menyenangkan dan sangat hangat.Tak henti-hentinya Ibunya, Nisa berceloteh serta mengomeli sikap Bryan yang sudah tua semakin menjadi melihat gadis sexy yang lewat di depan matanya. Ray akui, Ayahnya itu sangat mesum.Tidak hanya itu saja, di meja makan yang selalu Ray hindari ini terdapat Paman dan Bibinya serta Sepupunya dan Neneknya juga hadir semakin menambah hangatnya suasana.Perlahan-lahan Ray mulai tersenyum tipis. Senyum yang tak dapat mereka lihat dan senyum yang hanya dirinya saja yang mengetahuinya.Ray sangat menantikan momen ini, jujur saja. Berkumpul bersama keluarga besar, bercanda ria dan bersenang-senang. Itulah satu-satunya impiannya yang bersemayam di dalam lubuk hatinya yang terdalam.Creepy dollnya semakin dipeluknya den
"Kau bahkan tidak tau apa yang aku hadapi dan kau memberi nasehat seolah-olah kau mengetahui itu." [Ray R. R.]______Lutut Ray terasa sangat lemas dan saat itulah Ray jatuh terduduk. Ray berusaha mengatur napasnya yang memburu. Wajahnya semakin memucat. Keringat semakin banyak membanjiri wajahnya.Seluruh tubuh Ray terasa sangat lemas. Ray tidak menyangka perkelahian hebat antara dirinya dan Rey terjadi.Ray memperhatikan kepingan kaca satu persatu. Tidak ada sosok Rey lagi disana membuat Ray merasakan kehilangan.Perlahan-lahan Ray merasakan dadanya sesak. Sesak karena Ray merasa akan kehilangan sosok Rey."Bagaimana ini." lirih Ray.Air mata kembali keluar, mengalir dengan indah melewati pipi putih Ray. Ray menangis tersedu-sedu. Entah kenapa mendengar kalimat terakhir dari Rey membuat Ray semakin sakit.Memang b
"Tinggalkan saja dia disini. Biarkan dia merenungi kebodohannya." [Kay]______Pelajaran di sekolah telah usai. Saatnya untuk pulang tapi entah kenapa Ray rasanya malas untuk pulang ke mansion yang bagaikan neraka baginya.Ray tidak sanggup bertemu dengan orang yang memiliki darah yang sama dengannya. Hati Ray kembali panas setiap kali mengingat akan hal itu. Ray sangat tidak menyukainya.Hari ini juga tidak ada sopir pribadinya, jadi mau tak mau Ray menggunakan taksi lagi. Tapi belum saja Ray keluar dari gerbang, tiba-tiba tangannya sudah ditarik seseorang membuat Ray terpaksa mengikutinya tanpa protes apa pun.Di belakang gedung laboratorium, tangan Ray dihempaskan dengan kasar. Ray melihat pelakunya yakni adalah Randa, Kay dan Key. Ray bahkan sudah menebak ini akan terjadi. Drama yang tak terduga.Tatapan tajam serta hasrat untuk saling mem
"Jangan menangis, bodoh. Malu dengan tubuhmu yang besar itu." [Ray R. R.]______"Apa kau mencurigai psikiatermu?" Tanya Mios mengulang pertanyaan yang sama.Ray menoleh, melihat wajah sahabat lamanya yang bahkan hampir Ray lupakan itu. Mereka berteman sedari kecil, sebelum Ray bertemu dengan Rey. Keluarga mereka juga cukup dekat.Setiap kali Ray dibully di sekolah, Mios selalu ada untuk melindunginya. Saat Ray memutuskan untuk homeschooling, Mios juga ikut melakukannya. Bisa di bilang, kalau Ray melakukan ini maka Mios akan melakukan itu juga.Tapi saat keluarga Mios memutuskan untuk pergi ke Rusia dan menetap di sana membuat Ray merasa kosong. Saat itulah terakhir kali mereka bertemu dan sekarang mereka bertemu kembali. Seharusnya mereka berpelukkan bagaikan seseorang yang sudah lama berpisah bukan?Ray terkekeh geli dan kembali meneguk jusnya dengan liar. "Aku hanya ingin memastikannya saja Mios. Kau tidak perlu
"Lihatlah, sampai detik ini aku masih lemah. Tanpa bantuan Rey aku bukanlah apa-apa. Bagaimana aku bisa membalaskan dendam kematian kakakku?" [Ray R. R.]_______Menyaksikan hal itu, dengan cepat Wiyata meletakkan kucing hitamnya di atas meja Bartender dan meraih tisu untuk membersihkan punggung tangan Ray yang mengeluarkan darah semakin banyak.Ray hanya bisa meringis, membiarkan Wiyata membersihkan lukanya. Wiyata menarik dasi hitamnya dan membelitkannya di punggung tangan Ray. Sedangkan Ray berusaha mati-matian merasa perihnya luka akibat gigitan kucing dan hanya bisa pasrah dengan wajahnya yang memucat."Kau baik-baik saja?" Tanya Wiyata memastikan keadaan Ray.Ray menganggukkan kepalanya lemah sembari memperhatikan tangannya yang dibalut dengan dasi hitam milik Wiyata."Bagaimana dengan dasimu?" Tanya Ray.Wiyata terkekeh
"Jangan pura-pura tidur, aku tidak suka kalau ada orang yang mengabaikanku!" [Ray R. R.]_______Ray duduk di sofa single putih milik Rey, menunggu kedatangan Rey. Padahal Ray tau siapa pun orang yang masuk diruangan ini tidak bisa keluar, tapi tetap saja Ray berharap demikian. Berharap mungkin bisa saja Rey sedang keluar, membeli sesuatu untuk menyambut keberadaan dirinya. Tapi rasanya itu sangatlah mustahil.Tak henti-hentinya mata Ray menjelajahi tempat tinggal Rey. Ray dapat merasakan apa yang Rey rasakan. Dikurung seorang diri tanpa ada seorang pun yang menemani pasti rasanya sangatlah bosan. Tidak ada banyak aktivitas yang dapat dilakukan.Seperti sekarang ini, Ray seperti menggantikan posisi Rey. Merasakan kebosanan yang Rey rasakan. Mungkin karena itulah Rey terus memaksa untuk meminjam tubuh Ray.Ray tersenyum kecut, betapa egosinya dirinya.
"Jangan mendengar apa yang orang lain katakan padamu Ray. Ketahuilah, mereka hanya iri kepadamu." [Rey R. R.] ________ Rey berdiri disana, di air kolam yang memantulkan sinar bulan. Tersenyum hangat ke arahnya serta lambaian tangan menyapanya. Ray terpaku melihat Rey yang berdiri sembari tersenyum ke arahnya. "Hai Ray, apa kau merindukanku?" Tanya Rey. Perlahan Ray menganggukkan kepalanya dengan raut wajah yang berubah menjadi sendu. Sendu yang mengisyaratkan kalau dirinya sedih karena berpisah dari Rey. Rey hanya tersenyum melihat respon yang diberikan Ray. "Aku tau apa yang terjadi belakangan ini. Kau pasti sangat lelah." Lagi dan lagi Ray hanya bisa menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang Rey katakan. "Kemana saja kau selama ini? Apa kau tau? Aku sangat kesepian. Aku merasa seperti menjadi orang yang bodoh dan tak berdaya tanpamu." L
"Lihatlah, aku malah berharap. Apa dia senang membuatku seperti itu?" [Elvara Viandra]______Vara mengernyitkan dahinya bingung, "Aku harus pulang, ini sudah malam Ray. Kalau aku tidak pulang, aku harus tidur dimana?" Tanya Vara."Tidurlah bersamaku.""Apa?!"Kedua mata Vara terbelalak tak percaya setelah mendengar apa yang Ray katakan. Dan yang lebih parahnya lagi, Ray mengatakannya dengan wajah tak berdosanya."Tidak! Kenapa aku harus tidur denganmu? Aku bisa pulang sendiri, kau tidak perlu khawatir." Tolak Vara.Ray meremas sedikit pergelangan tangan Vara membuat empunya meringis kesakitan. "Jangan salah faham. Ini sudah larut, tidak ada taksi yang lewat. Sopirku sedang cuti, aku juga tidak bisa mengantarmu. Dan sekarang Ayahku pasti sudah tidur. Lebih baik kau tidur di sini saja."Vara terdiam, berusaha menyima