Share

Dua Puluh

Rhys menolak membahas itu dan benar-benar meninggalkanku seorang diri di kamar. Yah, tidak buruk juga. Aku senang dia pergi. Memang ini yang kubutuhkan.

Tadi, tanpa berkata apapun, dia beranjak dari sampingku. Berlalu begitu saja dan aku juga tidak berniat menahannya. Tidak lama setelah itu, mungkin lebih dari sepuluh menit, saat aku ingin benar-benar memejamkan kedua mataku, dia kembali dengan membawa masuk Poeny yang mendorong troli makanan.

Lagi-lagi aku mengeluh walau hanya dalam hati. Rhys benar-benar membuatku merasa terikat. Rasanya, aku sulit bernapas karena semua hal yang berkaitan dengannya.

Poeny menatapku sekilas, lalu menunduk karena aku memberi tatapan menusuk padanya. Poeny tahu, bukan hanya dia yang tidak kuijinkan masuk ke kamarku, tapi juga seluruh pelayan yang ada di rumah ini.

Tapi karena perintah Rhys, dia harus masuk ke kamar ini. Kutahan amarahku ketika sebelum pergi, Poeny masih sempat melirik ke arahku dan tersenyum. Aih, men

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status