Share

3 hari dari sekarang

Waktu menunjukkan pukul dua siang, itu artinya Danis akan datang ke rumah Citra sesuai janji temu mereka di telfon sebelumnya. 

Begitu Citra selesai ia berniat turun ke bawah untuk menunggu kedatangan Danis, namun Danis sudah sampai terlebih dahulu. Calon suaminya terlihat begitu bersemangat kali ini.

Setelah berpamitan Danis pun membawa Citra pergi ke tempat yang sudah ia booking sebelumnya. 

Citra betul-betul terkagum bahwa ternyata Danis membawanya ke tempat yang cukup mahal di kotanya, ia pikir ini hanya kencan biasa, apakah Danis menang lotre sehingga ia beralih seloyal ini? Begitu batin Citra.

Begitu sampai di meja yang Danis pesan sebelumnya, Danis pun mempersilahkan Citra untuk duduk dengan menyediakan kursi Citra. Selepasnya Danis langsung mengangguk kepada pelayan.

“Ini kita ngga pesan apa-apa mas?” tanya Citra kepada Danis.

“Sabar ya, sebentar lagi makanannya di anter kok.” Danis menimpali pertanyaan Citra.

Ternyata makanan mereka sudah disiapkan oleh Danis, dan tak lama kemudian pelayan membawakan 1 nampan berisi 2 porsi hidangan mewah, pelayan itu pun menyodorkan makanan yang ia bawa, yang satu di meja Citra dan yang satunya di meja Danis. 

“Mas pesenin kamu Wagyu Beef Burger, daging wagyunya impor dari Jepang.” 

Citra memperhatikan pesanan milik Danis, “Kalo yang punya mas apa namanya?” 

Danis menjawab, “Kalau ini namanya Lamb Rack, rusuk domba, kalau kamu mau nanti mas pesankan juga.” 

Citra pun menggeleng, “Ngga usah mas, aku coba yang ini dulu ya.” kemudian Citra memotong burger itu dan memasukkannya ke dalam mulut.

“Gimana? Suka ngga?” rasanya sangat lezat, tentu saja Citra menyukainya.

“Iyaa mas, ini enak kok,” mereka berdua pun menyantap hidangan mereka. 

Di sela-sela mereka menyantap hidangan yang ada di meja mereka, Citra pun mengajukan pertanyaannya perihal apa yang ingin Danis bicarakan sehingga pertemuan mereka saat ini terkesan mewah dan berbeda dari kencan biasanya.

 “Mas, sebenernya apa yang mau mas sampaikan?” 

 

Danis pun berhenti dari aktifitas makannya dan berusaha menelan terlebih dahulu makanannya, “Kamu mau tau banget ya?” Danis tersenyum yang menunjukkan lesung pipitnya. “jadi gini Citra, aku berubah pikiran tentang pernikahan kita.” 

Detak jantung Citra saat itu berdetak lebih cepat begitu mendengar yang Danis sampaikan, “Maksud Mas Danis?” 

Melihat ekspresi Citra Danis pun mengerti bahwa calon istrinya salah paham, ia pun terkekeh, “Ngga, ini ngga seperti yang ada di pikiranmu. Kalau sebelumnya aku memutuskan untuk menyelenggarakan pernikahan kita dengan rentan waktu yang lama, kali ini aku mau mempercepat itu.”

 Mendengar kata-kata itu Citra pun lega, “Memang rencana Mas Danis mau dipercepat dengan kurun waktu berapa lama kira-kira?”

 

“Gimana kalau kita menikah dalam 1 bulan ke depan.” Citra terkejut mendengarnya, yang semula calon suaminya itu bahkan tidak memberi kepastian akan kapan pernikahan mereka diselenggarakan tiba-tiba saja Danis memutuskan untuk menikah dalam 1 bulan ke depan. 

“Mas serius? Kok bisa mas merencanakan secepat itu? Nanti bisnis mas gimana?”

Danis menjelaskannya secara perlahan, “Begini Citra, setelah mas pikir-pikir cepat atau lambat diberlangsungkannya pernikahan kita, mas rasa ngga akan mempengaruhi bisnis mas, mas udah punya cukup tabungan buat menggelar pernikahan, dan mas ingin dirawat oleh calon istri mas yang cantik kaya kamu.” mendengarnya Citra pun tersipu malu, pipinya merah karena kata-kata Danis.

“Besok keluarga mas bakal datang lagi ke rumah ya buat membahas pertunangan kita dan rencana kita menikah ke depannya.” “Tunangan mas?” 

“Loh iya dong, sebelum kamu menikah sama mas, harus mas ikat dulu supaya ngga ada yang ngelamar kamu.” Danis tertawa renyah karenanya, Citra juga turut senang meskipun ia heran sekali bahwa Danis akan melangsungkan pernikahan ini dengan dirinya dalam kurun waktu yang cukup singkat. 

*** 

Keesokan harinya sesuai yang sudah Danis bincangkan saat Danis menyatakan ingin melamar Citra, keluarga Cokroaminoto pun datang ke rumah Janu untuk membicarakan mengenai pertunangan serta pernikahan antara Danis dan Citra. Seluruh keluarga Hardinata telah siap untuk menyambut kedatangan keluarga Yuda dengan menyiapkan beberapa hidangan. 

Begitu datang keluarga Cokroaminoto pun dipersilahkan untuk masuk, tak lupa Dinda menghidangkan kudapan yang telah ia sediakan. 

Selanjutnya Yuda pun menyampaikan maksud dan tujuannya, “Jadi begini Janu, berangkali Citra sudah menyampaikan, jika belum akan saya sampaikan kembali. Saya sebagai kepala keluarga Cokroaminoto bermaksud untuk membahas mengenai pertunangan dan juga pernikahan antara putra dan putri kami yaitu Danis dan Citra, mereka berdua sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan selama 1 bulan ke depan, maka dari itu bertemunya kami di sini untuk membahas lebih lanjut bagaimana persiapan ke depannya.” 

“Baik kalau begitu, kami mengikuti anak-anak saja inginnya bagaimana,” timpal Janu.

“Untuk Danis dan Citra dari kalian masing-masing mau merencanakan kapan diselenggarakannya pertunangan kalian?” Dinda bertanya kepada dua calon pasangan itu.

“Kalau dari Danis sendiri maunya setelah persiapan pertunangan selesai, kami bisa langsung menyelenggarakan acaranya, kalau bisa 3 hari dari sekarang.” ucap Danis.

 Janu pun tertawa dengan jawaban Danis, “Danis ini sepertinya bersemangat sekali ya.” seluruh keluarga pun ikut tertawa karenanya. 

Kedua keluarga itupun mempersiapkan dengan baik rencana pertunangan mereka, mulai dari memesan sepasang dress dan juga setelan untuk Danis dan Citra pakai di hari pertunangan mereka, menyewa photoboth untuk hari itu, memperkirakan budget yang dikeluarkan untuk membeli cincin, menyiapkan hantaran dan juga persiapan-persiapan lainnya. 

Selesai membahas apa saja yang kira-kira perlu kedua keluarga itu siapkan, keluarga Yuda pun berpamitan dan langsung pulang, sedangkan Danis dan Citra berniat mulai membeli apa yang mereka siapkan di hari berikutnya setelah musyawarah itu selesai. 

Selepas musyawarah itu selesai diadakan dan keluarga Yuda sudah kembali, Citra pun menuju kamarnya, ia sedang melihat-lihat beberapa tempat yang menyediakan jasa paket pertunangan lengkap dari hantaran, photoboth, dan juga setelan untuk hari pertunangan mereka di buku khusus, sesaat kemudian pintu kamarnya terketuk.

“Citraa ini kakak.” mendengar itupun Citra langsung mempersilahkan kakaknya untuk masuk.

“Masuk aja kak, pintunya ngga dikunci kok.”

Bagas pun masuk ke kamarnya, saat itu Citra sedang duduk diujung kasurnya dan Bagas mendekat untuk tiduran dipangkuan Citra. Mereka memang sedekat itu meskipun umur mereka bukan lagi remaja, mereka memang dididik untuk saling menyayangi dan juga berbagi sedari mereka kecil. 

Saat Citra masih fokus dengan buku yang ada di hadapannya itu tiba-tiba Bagas menyeletuk, “Ngga nyangka kamu udah gede aja ya, sampe mau ninggalin mas gini.”

Mendengar kata-kata tentang meninggalkan tentu saja Citra menyangkal, “Apa si kakak, aku tuh cuma mau nikah, aku ngga pergi jauh buat ninggalin kalian tuh engga.” 

Bagas terdiam selama beberapa saat, mungkin adiknya memang tidak akan pernah meninggalkan dirinya ataupun keluarganya, namun tetap saja mereka tidak lagi berada di satu atap yang sama nantinya.

“Janji ya kalau nanti kamu udah nikah jangan terlalu betah.” 

Citra mengernyitkan ujung hidungnya, “Loh kok gitu?” 

Bagas terkekeh dan menimpali, “Ya maksud kakak sering-sering main ke sini, terlebih kalau nanti kamu hamil. Jangan lupa kabarin kita, nanti kita pasti bakal ikut ngerawat kamu kok.” 

Mendengar jawaban kakaknya Citra justru bersemangat meledek, “Ciyee kak Bagas kesepian banget nih, sampe ngga mau aku tinggal pergi.” Citra tertawa dengan puas, “mending kakak cari cewe deh dari pada kaya gini.” 

Bagas pun balik meledek Citra dengan menoyor kepalanya. “Yee punya adik mau disayang balesannya gini amat.” 

Citra semakin terbahak karenanya, “Sama yang kemarin gimana kak? Gagal lagi?”

Bagas berjenggit kaget saat Citra membahas perempuan yang kemarin pernah Bagas kenalkan padanya. “Hust diem.” Citra peka jika seperti itu jawaban Bagas pasti dia tertolak lagi, entah ditinggal menikah terlebih dulu atau digantung selama beberapa hari. 

Jauh di dalam lubuk hatinya Citra bersyukur sekali bahwa ia memiliki kakak yang betul-betul menyayanginya, bahkan kakaknya meninggalkan kesan yang baik untuknya sekalipun ia akan melangsungkan pernikahannya, ia bahagia mengetahui bahwa orang tuanya mendidik mereka dengan penuh kasih sayang yang tak akan pudar oleh waktu, dirinya sendiri jadi bertekad untuk mendidik anak-anaknya kelak sebagaimana orang tuanya telah mendidik dirinya dan Bagas agar menjadi saudara yang saling menyayangi, berbagi serta membantu satu sama lain. Citra ingin menghabiskan satu bulannya sebelum menikah tidak dengan Danis, tetapi dengan kakak dan juga keluarganya. 

To be continue . .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status