Share

Dikunci di Gudang

Sinar matahari pagi menembus celah jendela seorang gadis, Anya bangun lebih awal. Karena hari ini dia piket kelas. Setelah Anya siap dengan seragam sekolah dan penampilan culunnya, dia langsung melangkahkan kakinya menuruni tangga untuk menemui kakaknya. 

"Kak, ayo berangkat, gue hari ini piket nih!" teriak Anya dari tangga yang melihat kakaknya sedang sarapan dengan daddy dan maminya.

"Ngapain berangkat pagi-pagi gini, Dek? Lo kesambet apaan?" tanya Erland.

"Gua piket, Kak. Jadi gua mau pergi lebih awal," jawab Anya.

"Tapi gua masih makan nih, baru aja dua suap" 

"Mending sini makan dulu ya, Sayang." Zela yang baru saja mau mengambilkan piring untuk Anya.

"Gak usah, Ma. Anya gak sarapan." cegah Anyaa, "iya udah, Anya pergi dulu ya, mau naik angkot aja. Bye!" Anya langsung pergi meninggalkan ruang makan.

"Hati-hati ya." teriak Yudha yang melihat putrinya pergi meninggalkan ruang makan.

******

Seperti biasanya, Anya naik angkutan umum, dan turun di dekat sekolahan.

Seperti biasanya, Anya memasuki halaman sekolah sudah ada beberapa anak yang sudah berada di sekolah juga, dan Anya pun diomongin sana-sini. Anya yang mengetahui itu, dia hanya menunduk.

"Untung belum ada yang masuk, jadi gue gampang piketnya." Anya memasuki kelas dan mengambil sapu setelah meletakkan tasnya.

Baru saja Anya menyapu depan kelasnya, ada dua orang cewek menemuinya, siapa lagi kalau bukan Adel dan Angle.

"Eh, udah pantes nih jadi babu." Adel tertawa.

"Iya nih, lebih pantes jadi babu daripada sekolah di sini," sahut Angle.

Sedangkan Anya hanya menunduk, pura-pura ketakutan.

"Beraninya nunduk terus lo kalau di depan gue, cari duit? Kagak ada duit di bawah lo!" 

Tiba-tiba, Angle mengambil tempat sampah yang ada di depan kelas, lalu menumpahkannya di hadapan Anya. "Sapu yang bersih ya cantik, yuk Del kita cabut!" Angle dan Adel meninggalkan Anya di kelas sendirian.

"Sumpah, ya, ngeselin banget dua orang itu. Pengen gue jambak-jambak tuh rambut!" Anya kesal. "Sabar, Nya, sabar." Anya mengelus-ngelus dadanya. Kemudian, dia pun cepat-cepat langsung membersihkan sampah yang serserakan.

Beberapa menit kemudian, kelas pun sudah rame. Erland dan Dea juga sudah berangkat lima menit yang lalu.

"Dea, gue ke toilet bentar,ya!" pamit Anya.

"Ayo gue temenin," ucap Dea.

"Eh gak usah, gue sendirian aja, paling juga cuma sebentar. Iya udah, bye!" Anya melangkahkan kaki keluar kelas.

Sekarang Anya sudah berada di toilet, setelaha dia mencuci tangan, dia melihat dirinya di pantulan cermin.

"Sampai kapan ya, gue nyamar jadi gini?" ucap Anya pelan.

"hm... hm ..." Anya berusaha teriak saat tiba-tiba mulutnya ditutup dengan kain oleh seseorang yang datang dari belakangnya.

"Diem, Lo!" bentak orang tersebut. Anya menoleh ke belakang, lagi dan lagi ternyata Dea dan Angle yang melakukan itu.

Anya ditarik ke gudang belakang sekolah.

"Sekarang lo baik-baik disini ya, selamat menikmati kehidupan dengan binatang-binatang yang menjijikan sayang," ucap Adel yang langsung menutup pintu gudang dan menguncinya.

"Tolong, jangan kunci gue disini, gue takut!" teriak Anya.

"Gue takut disini, kalau gak ada yang tau ada orang di dalam sini gimana? sampai besok dong gue disini? hua mama!... Anya takut!" Anya menangis.

Di lain tempat.

"Dea, Anya kemana?" tanya Erland pelan.

"Katanya sih ke kamar mandi, tapi kok gak balik-balik, ya. Mana kurang tiga menit lagi nih masuk," jawab Dea.

"Gue minta tolong dong, cek dia ke kamar mandi. Gue takut kalau dia kenapa-napa." Erland yang sepertinya mempunyai perasaan yang gak enak, menyuruh Dea untuk menyusul adik kesayangannya.

"Gue harus cari tahu tentang sebenarnya," ucap seseorang yang memperhatikan Dea dan Erland berbicara serius.

Di lain tempat Dea sudah sampai di kamar mandi sekolahan, tetapi di sana sepi tidak ada orang satu pun selain dirinya.

"Anya, lo dimana?" 

"Anya!" teriak Dea sambil membuka pintu kamar mandi wanita satu persatu.

"Anya lo dimana sih?" Dea yang sudah khawatir langsung kembali ke kelas. 

"Erland, Nathan, Anya gak ada di kamar mandi. Terus sekarang dia kemana?" tanya Dea sambil menetralkan detak jantungnya karena tadi sudah berlarian dari kamar mandi. 

"Gue punya perasaan gak enak, nih." Erland nampak pusing dan khawatir.

"Sekarang gini aja, gue cari Anya ke arah belakang sekolah, Dea cari Anya ke arah halaman sekolah, dan Erland cari Anya di lantai tiga." Nathan menata strategi.

"Oke siap, gue cari Anya ke sekitar halaman," ucap Dea langsung berlari ke luar kelas. 

Sudah sepuluh menit mereka sudah mencari Anya, tetapi dia belum juga ditemukan. Sekarang juga sudah jam pelajaran, mereka bertiga sudah minta izin kepada guru, dan mereka bertiga juga dibantu pak satpam untuk mencari Anya.

"Lo dimana sih, Nya." Nathan sambil mengkibas-kibaskan bajunya, karena dia sangat gerah habis lari-larian cari Anya.

"Tolong, tolongin gue plis!" teriak seseorang dari arah gudang sambil menangis. Nathan yang mendengar Anya teriak minta tolong pun langsung segera melangkahkan kakinya menuju sumber suara.

"Anya lo di dalam?" tanya Nathan dari luar.

"Iya Nathan, gue di dalam. Tolongin gue, hiks, gue takut," lirih Anya.

"Lo tenang ya, lo jangan di belakang pintu, biar gue dobrak pintunya. Soalnya kelamaan kalau cari kunci."

"Udah minggir lo kan? Gue dobrak sekarang. Satu, dua, tiga." Nathan menghitungi sampai tiga agar Anya bisa minggir dari dekat pintu.

'Brak' suara pintu yang berhasil didobrak oleh Nathan. 

"Nathan, gue takut." Anya yang refleks langsung memeluk Nathan. Nathan yang dipeluk pun hanya melongo kaget. Akan tetapi, dia membiarkan Anya seperti ini, setidaknya sedikit menghilangkan rasa takut yang Anya rasakan.

"Eh, maap ya, gue tadi gak sengaja," ucap Anya yang tersadar ternyata dia memeluk Nathan dengan begitu erat.

"Gak papa, santai aja. Lo gak papa, kan? Siapa yang ngunci lo disini?" tanya Nathan, jujur tanpa dia sadar dia juga khawatir setelah melihat kondisi Anya sekarang yang sangat buruk.

"Gue gak papa, Nat," jawab Anya.

"Anya! Lo gak papa kan? Ngapain lo disini?" pekik Dea yang tiba-tiba datang bersama Erland.

"Dia dikunci di sini," balas Nathan.

"Hah? Siapa yang ngekunci lo di sini?" tanya Dea.

"Ayo ke kantin dulu, gue sangat haus. Nanti gue ceritain semuanya," ucap Anya.

"Iya udah ayo ke kantin." Erland berjalan duluan keluar dari perpustakaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status