Share

Julie dan Mahesa

Edrea melihat perabotan yang indah di tata rapi di sekitar TV layar datar besar yang dipasang di dinding, karpet abu-abu berbulu modern diletakan di lantai dengan nyaman. 

Edrea merasa dia tidak akan lama berada di sini.

"Selanjutnya adalah dapur," Mahesa membimbingnya.

Tanpa berkata-kata, Edrea mengikuti mereka. Dapur yang terlihat bersih, Edrea mencium berbau bahan pembersih lantai segar seperti lemon, jeruk, dan pemutih. Selain keranjang besar yang diisi dengan buah-buah segar ditengah meja dengan kursi bar disatu sisi, tidak terlihat kotoran di mana pun. 

"Ini daftar barang-barang yang perlu kita beli di toko." Julie menunjuk ke arah lembar kertas yang ditempel di lemari es. 

"Jika kamu membutuhkan sesuatu, apa pun itu, tulis di sini dan kami akan membelinya."

"Apa kamu butuh sesuatu untuk diminum?" Mahesa bertanya dengan ramah.

Edrea menggelengkan kepalanya. Dia hanya ingin menyelesaikan ini lalu pergi ke kamar barunya, dia merasa hari ini cukup melelahkan baginya.

"Kembali di sudut itu adalah kantor," Mahesa hanya menunjuk ke arah ruangan di sudut dinding,  tetapi dia tidak membawanya untuk melihat ke dalam sana. Edrea menganggap itu sebagai isyarat untuk menjauh dari ruangannya.

"Di bawah sini adalah ruang bawah tanah."

"Mereka selalu menghabiskan waktu berlibur hanya dengan bermai sebelum sekolah dimulai dalam seminggu," jelas Julie.

Edrea mendengar teriakan dan tawa bahagia mereka dari ruang bawah. 

"Lewat sini adalah ruang makan," Julie memimpin jalan kali ini. 

"Biasanya kami makan malam di sini."

Mengikuti Mahesa dan Julie melalui pintu melengkung, Edrea mengitari meja makan kayu besar ditengah ruangan. Sungguh, dia hanya menginginkan jarak dan ruang antara dia dan Keluarga Gene.

"Terakhir kami akan dengan senang hati menunjukkan kamarmu." Ketika suara Julie turun satu oktaf, Edrea merasakan keraguan dan kegugupan terdengar dari suaranya sehingga dia melirik ke arahnya. Julie meremas-remas tangannya sambil menatap Edrea.

 "Tentu saja kamu punya kamar sendiri dan kamar mandimu sendiri. Kami ingin memberi mu privasi sebanyak mungkin. Kami tidak begitu tahu selera mu, kami mengecat ulang dinding dan mendekorasi ulang sedikit. Tentu saja, kamu bisa mendekorasi lagi sesuai gayamu .... warna, tempat tidur, apa pun itu kamu bebas bisa menggantinya. Kami ingin kamu merasa nyaman."

Perasaan Edrea sedikit menghangat mendengar penjelasannya. Bahkan jika Edrea membencinya, dia ragu untuk mengatakannya. Sungguh, dia percaya bahwa Julie akan berusaha keras untuk mendekorasi ulang tetapi Edrea sendiri bahkan tidak yakin berapa lama dia akan tetap tinggal. Dia tidak ingin membuang-buang waktu dan uang mereka. Namun demikian, Edrea akhirnya berbicara untuk pertama kalinya. "Aku yakin aku akan menyukainya. Aku tidak pilih-pilih."

Meskipun Edrea adalah anak yang diadopsi dari panti asuhan untuk orang-orang yang membutuhkan penghiburan, keluarga barunya sering meminta persetujuannya. Julie tersenyum mendengar perkataan yang keluar dari mulutnya. 

"Mahesa, kenapa kamu tidak memeriksa anak-anak itu dan aku akan membawa Edrea ke atas?" Julie berkata.

Tanpa menunggu, Edrea mengitari meja ke ruang tamu untuk mengambil tasnya. Edrea mengharapkan Julie dan Mahesa untuk berbisik di antara mereka tentangnya saat dia tidak ada, tetapi telinganya yang luar biasa tidak menangkap apa pun. Sebaliknya, Julie mengikutinya dan memberi isyarat agar Edrea menaiki tangga terlebih dahulu.

"Aku sangat ingin memiliki anak perempuan. Aku sangat senang kamu tinggal disini, sebelumnya tidak ada anak gadis yang tinggal di rumah ini." jelasnya. 

Edrea berhenti di samping tangga dan menunggu arah. Julie menyapukan tangannya ke sekeliling ruangan. "Ini kamar mereka, dan itu kamar mandinya. Kamar tidur kami ada di lantai bawah sehingga kami bisa mendengar jika anak-anak itu mencoba menyelinap masuk atau keluar." Julie berbalik ke arahnya dan mengedipkan mata.

Edrea tersenyum kecil. Dia mengerti arti kedipannya itu, jika nanti Edrea menyelinap keluar Julie pasti akan segera mengetahuinya. 

Julie menunjuk ke belakangnya sehingga membuat Edrea berbalik melihatnya. Terlihat tangga berbeda yang sangat kecil mengarah ke pintu terbuka di ruangan gelap. "Itu kamar tidurmu di sana. Kamu bisa naik." Julie menggenggam kedua tangannya dan tersenyum hangat.

Sambil mendesah, Edrea menaiki tangga terakhir, meletakkan tasnya, dan menyalakan lampu. 

"Indah sekali." Edrea melihat sekeliling ruangan dengan takjub.

"Ini adalah loteng. Tapi kami mengubahnya. Kami selalu mengatakan kami akan menjadikannya ruangan yang unik, tapi kami tidak pernah bisa sepakat tentang apa yang harus dilakukan. Anak-anak meminta kami mengubahnya menjadi tempat berkumpul atau semacamnya, tetapi mereka sudah memiliki ruang bawah tanah. Ketika kami mendapat kabar bahwa kamu akan datang untuk tinggal bersama kami, aku segera mulai menyusunnya untukmu," jelas Julie. 

"Bagaimana menurutmu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status