Keadaan ruangan yang sunyi membuat pria yang duduk di kursi kerjanya terlihat lebih tampan berkali-kali lipat. Suara detik jam yang berdenting membuat Chris berkedip, tapi dia masih diam dengan dahi yang berkerut, menatap lantai dengan pandangan seriusnya. Otaknya sedang berpikir keras sekarang. Berpikir tentang bagaimana caranya agar Cindy kembali ke dalam genggamannya, kembali ke pada lingkaran hidup yang sudah dibuat olehnya secara istimewa.
Semalam mata elang itu tidak bisa terpejam sedikitpun. Lagi-lagi otaknya yang biasanya cerdas mulai bingung tidak tahu harus melakukan apa untuk kembali menarik Cindy ke dalam hidupnya. Bisa saja Chris memilih
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Chris menatap rumah itu dengan seksama, menunggu seseorang yang dia cari keluar dari sana untuk memulai aktivitas.Setelah rapat tadi, entah kenapa Chris ingin melihat wajah Cindy. Meskipun gadis itu berusaha menghindarinya, namun tidak ada yang bisa menentang kuasa seorang Chris bukan? Biar saja masalahtolong-menolongitu berhenti sejenak. Chris hanya ingin mengganggu Cindy hari ini dan membuatnya kesal, itu saja.Chris beranjak keluar dan bersandar pada pintu mobilnya. Sebentar lagi gadis itu akan keluar dan itu benar. Gadis itu keluar dari rumahnya dengan mendorong sebuah kursi roda yang diduduki oleh seorang wanita paru baya. Chris yakin jika itu adalah Ibu Cindy.Kesempatan bagus.Chris berjalan mendekat dengan tersenyum. Seolah mendapatkan sinyal bahaya, Cindy mengalihkan pandangannya dan terkejut mendapati Chris.
Cindy merangkai buket bunga di hadapannya dengan cekatan. Di pagi hari seperti ini, otaknya akan berjalan dengan kreatif jika harus diminta untuk merangkai bunga. Entah kenapa hari ini dia tidak mengajak Violet ke taman seperti biasa dan langsung ke toko bunga, meninggalkan Violet yang tengah bermain bersama Ron. Kadang pria itu juga bisa diandalkan."Kenapa kau berhenti kuliah, Cindy? Sangat disayangkan," tanya Bibi Jane yang sedang duduk di sampingnya.Cindy menghentikan gerakan tangannya dan menghela nafas, "Aku lelah, Bi. Mereka semua memperlakukanku dengan tidak baik. Aku lebih nyaman di sini bersamamu dan Ron.""Chris setuju dengan keputusanmu?" Pertanyaan Bibi Jane membuat Cindy terdiam. Dia lupa dengan satu hal. Sejak kapan Bibi Jane mengenal Chris?"Dari mana kau mengenal pria menyebalkan itu, Bi?"Bibi Jane tertawa pelan, "Dia memang menyebalkan, tapi dia anak yang manis, Cindy."Cindy mengerutkan keningnya tidak suka, "Manis bagai
Chris menggeram dan membanting ponselnya dengan kesal. Entah kenapa hari yang menurutnya akan berjalan dengan baik akan berubah menjadi berlawanan arah. Niat awal ingin menemui Cindy di toko bunga harus sirna begitu mendengar penjelasan dari Bibi Jane akan kedatangan Neneknya.Wanita tua itu benar-benar! Jika tidak mengingat dia adalah Neneknya tentu Chris sudah mengacungkan pistolnya sejak dulu. Namun sialnya wanita itu adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki."Kau memilih langkah yang salah, Nek. Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya," gumam Chris memijat keningnya lelah."Anton, cari tahu tentang semua yang Nenek ketahui. Kau bisa lakukan itu sekarang dan tinggalkan aku sendiri." Perintah Chris yang membuat Anton mengangguk dan langsung keluar dari mobil.Chris dengan cepat berpindah duduk di balik kemudi dan mulai menjalankan mobilnya kencang. Kepalanya begitu pening sekarang, Neneknya benar-benar melakukan hal yang diluar dugaan. Apa yang wanita
Suara gemuruh di dalam gedung terbengkalai itu membuat telinga Caleb berdengung, tapi itu tidak menghentikannya untuk melepaskan pakaian atasnya. Otot yang terbentuk secara alami karena suka berolah raga membuat tubuhnya tampak lebih besar untuk remaja seusianya. Dengan langkah mantap, Caleb berjalan ke tengah ruangan dan naik ke atas ring tinju. Teriakan dari para penonton semakin keras begitu lawan Caleb untuk bertanding malam ini juga mulai menaiki ring tinju."Well, well...kita mendapatkan pemain muda di sini dan sepertinya bela dirinya tidak perlu diragukan lagi... tapi!" Pembawa acara menghentikan ucapannya dan beralih pada pria lawannya yang tampak kotor seperti preman pada umumnya, "Tapi kita mempunyai andalan di sini.Gold Dragontidak pernah terkalahkan dalam 3 minggu terakhir. Untukmu Caleb, aku harap kau bisa mengalahkan pria bau ini dan membuatnya mandi darah."Terlihat Gold Dragontertawa keras dan memukul d
Tangan kecil itu mengelap keringat di keningnya dengan kayuhan sepeda yang tidak berhenti. Jalanan yang menanjak membuat Cindy harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Membagikan koran langganan ke setiap rumah menjadi pekerjaannya saat ini. Bermodal sepeda pinjaman, dia harus sedikit pergi jauh dari area tempat tinggalnya sekarang. Sedikit was-was mengingat jika dia bisa bertemu dengan Chris kapan saja, tapi Cindy seolah tidak perduli. Toh, Chris juga tidak mencarinya seperti harapannya."Koran!" teriak Cindy dan melempar gulungan koran ke dalam rumah. Suara gonggongan anjing membuat Cindy bergidik ngeri dan kembali mengayuh sepedanya cepat. Tinggal satu rumah lagi dan pekerjaannya akan selesai.Hidup Cindy benar-benar berubah setelah menjauh dari keluarga Auredo. Kesulitan ekonomi tentu semakin dirasakannya namun rasa nyaman itu tentu ada. Dia merasa lega begitu bisa menjauh dari keluarga iblis itu. Anggap saja Cindy munafik, karena d
Suara gemuruh kembali membuat telinga Caleb berdengung. Ya, dia kembali ke pertarungan. Setelah dipikir-pikir, hanya dengan cara inilah dia bisa mendapat uang dengan cepat. Dia benar-benar bisa menabung untuk operasi kaki Ibunya. Biar saja Cindy mengomel, kakaknya itu akan langsung diam jika dia memberikan sekoper penuh uang dari hasilnya malam ini.Bukannya percaya diri, hanya saja bela diri Caleb memang harus diakui kehebatannya. Mengalahkan Gold Dragon, pemegang rekor menang selama 3 minggu berturut-turut benar-benar mencetak sejarah. Gold Dragon yang bertubuh besar saja sudah berhasil dia patahkan lengannya, jadi apa yang perlu diragukan lagi malam ini?"Kali ini sedikit berbeda, Caleb. Aku harap kau tetap bersedia." Pembawa acara mulai membuka suara."Malam ini, Caleb..." Pembawa acara menunjuk Caleb dan kembali berbicara, "Akan melawan 3 orang sekaligus!" Suara riuh langsung terdengar.Mata Caleb membulat mendengar itu. Dia berjalan mendekat dan mel
Malam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Jika biasanya Cindy sudah bergelung di tempat tidur di jam kritis seperti ini, tapi tidak untuk sekarang. Saat ini dia sedang berdiri di depan cermin besar milik Rose dan berusaha untuk menarik ujung pakaian minim yang dia kenakan. Seketika dia menyesal menawarkan diri untuk bekerja di club. Ini bukanlah dia! Ini bukan gayanya! Cindy lebih menyukai memakaihoodiebesar miliknya!"Aku tidak menyukai ini, Rose." Lagi-lagi Cindy mendesah tidak suka."Kalau begitu sudahi pemikiran gilamu. Aku benci melihatmu memakai pakaian kurang bahan seperti ini. Lebih baik kau tidur bersama Violet!" rutuk Rose yang memang kesal karena sudah menjerumuskan Cindy ke lubang neraka.Namun Cindy adalah gadis yang keras kepala. Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk menanggung biaya hidupnya. Pikiran akan kesembuhan Caleb yang menjadi tujuan utamanya saat ini. Tentang Ibunya, Cindy menyempatkan diri untuk pulang tad
Cindy takut.Selama perjalanan yang entah ke mana ini Chris hanya diam. Bibirnya tertekan membentuk satu garis tipis yang dapat Cindy pastikan jika pria itu tengah menahan amarah saat ini. Tapi kenapa? Kenapa dia kesal?Cindy menunduk dan kembali menarikdresspendeknya yang tersingkap. Untung saja Chris meminjamkannya jaket sehingga dia tidak perlu lagi merasa risih. Namun tetap saja, berada satu mobil dengan Chris setelah lama tidak berjumpa dengan tampilan yang seperti ini membuat jantung Cindy berdetak tidak karuan.Dia tidak tahu kenapa itu bisa terjadi. Cindy hanya merasa lega bertemu Chris malam ini. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika tidak ada pria itu, mungkin Cindy sudah berakhir di tengah ranjang dengan mengenaskan."Chris?" panggil Cindy kembali menarik ujungdress-nya."Lebih baik kau menutup mulutmu."Cindy kembali menutup mulutnya dan memejamkan matanya erat. Chris sangat menyer