Share

LIMA

Menjelang tengah hari, kereta yang membawa Priska dan Arya tiba di Stasiun Gambir, Jakarta. Terlambat sepuluh menit dari jadwal seharusnya. Ketika turun dari gerbong yang ber-AC itulah Priska baru menyadari panasnya udara Jakarta siang ini.

“Eh, perasaan Gue atau Jakarta  juga makin panas yah?” tanya Priska pada Arya.

Arya yang berjalan di sampingnya juga merasakan hal yang sama. Dalam beberapa hari ini suhu udara di Jakarta terasa meningkat. Dan menurut Arya hal itu tidak hanya terjadi di Jakarta saja. Di Bandung dia juga merasakan adanya peningkatan suhu. Mungkin hal ini terjadi di seluruh Indonesia.

“Iya, kayaknya akhir-akhir ini udara makin panas aja.” Balas Arya.

“Kira-kira kenapa bisa begitu?” tanya Priska.

“Apa?”

“Lo kan sarjana astronomi. Gue tanya kenapa bisa begitu....”

“Mungkin karena musim kemarau yang panjang menyebabkan kelembaban udara menjadi rendah, atau bisa juga pengaruh angin panas di Pasifik. “ jawab Arya sekenanya. Dia sendiri belum tahu pasti penyebab naiknya suhu udara sekarang. Kalau dilihat, matahari tidak terlalu terik, bahkan agak tertutup awan. Arya sendiri bermaksud menanyakan pada temannya di kantor yang lebih menguasai soal ini.

“Oooo,” hanya itu komentar Priska mendengar jawaban Arya. Entah dia mengerti atau tidak.

“Kirain karena matahari makin deket aja ke kita. Kalo itu sih udah mau kiamat,” kata Priska lagi.

“Emang gitu kalo kiamat?” tanya Arya.

Pertanyaan itu membuat Priska terenyak. Dia tidak menduga kalau Arya akan menanyakan hal itu.

“Katanya sih,” jawab Priska

“Kata siapa?”

“Ya... kata Gue.” jawab Priska sambil tertawa.

“Tapi tenang aja kok! Gue yakin kiamat nggak bakal datang sekarang. Gue rasa masih lama.” lanjut gadis itu lagi.

“Kok Lo begitu yakin sih? Kan kita nggak tau kapan kiamat datang?”

“Perasaanku aja. Kan Gue belum kawin he...he...he...”

Jawaban Priska sama sekali tidak nyambung!

Di depan Stasiun, Arya dan Priska terpaksa harus berpisah karena keduanya mempunyai tujuan dan arah yang berbeda. Priska akan menuju ke tempat kerjanya di Van TV, sedang Arya ke kantor LAPAN  (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) tempatnya bekerja sekarang. Walau saat ini sedang libur, tapi ada sesuatu yang harus dikerjakannya, membuat dirinya harus datang ke kantor.

Mereka berpisah di depan stasiun setelah saling memberikan nomor Ponsel masing-masing dan berjanji akan saling menelepon.

Suasana VanTV terasa lengang ketika Priska tiba. Maklum, saat ini libur begini tidak semua karyawan TV masuk ke kantor. Karyawan dan kru yang ada juga kebanyakan telah berada di lapangan untuk mencari liputan masing-masing. Priska juga menduga dirinya tidak akan lama berada di kantornya.

Sebentar lagi pasti ada penugasan baru! Batinnya.

Sebagai reporter baru kadang-kadang Priska merasa dirinya selalu dijadikan sapi perahan. Disuruh melaksanakan tugas ini dan itu, bahkan kadang-kadang menggantikan tugas para seniornya. Untuk Hari Raya Idul Fitri tahun ini pun dia sudah dapat dipastikan tidak akan bisa berlebaran bersama kedua orang tua dan adiknya, karena sudah dijadwalkan akan bertugas saat Idul Fitri menggantikan reporter yang cuti, terutama reporter senior. Mungkin tahun ini Priska tidak akan sempat  pulang ke Jayapura, tempat tinggal keluarganya selama 10 tahun terakhir. Walau ayah ibunya berasal dari Yogya, tapi ayah Priska sering dipindah tugaskan karena pekerjaannya sebagai seorang pegawai kejaksaan. Sejak lahir Priska pernah tinggal di Jakarta, Bali, Makassar, hingga terakhir ayahnya dipindahkan ke Jayapura, menjabat sebagai kepala kejaksaan di sana. Priska sendiri hanya sekitar 4 tahun tinggal lama di Jayapura, karena dia diterima kuliah di Jurusan Jurnalistik Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, kemudian mendapat pekerjaan di Jakarta setelah lulus.

Dugaan Priska benar. Baru beberapa langkah memasuki ruang kerjanya, dia berpapasan dengan seorang pria berusia 30 tahun yang langsung memanggilnya. Orang itu adalah Andri Rustaman, kepala bagian pemberitaan.

“Kok baru datang? Keretanya terlambat?” tanya Andri saat Priska memasuki ruang kerjanya.

Priska mengiyakan dengan nada lirih. Dia merasa sangat lelah dan lemas. Rencananya untuk tidur selama perjalanan buyar gara-gara keasyikan ngobrol dengan Arya.

“Kamu sebentar lagi ikut kru kita ke Merak. Melaporkan situasi lalu lintas sepanjang tol Jakarta – Merak dan situasi terakhir Pelabuhan Merak.” kata Andri lagi.

“Tapi Pak, kan sudah ada reporter kita di sana?”

“Benar, tapi kita akan menambah seorang lagi reporter lagi, karena kepadatan di sana meningkat drastis. Sebentar lagi kamu ikut helikopter kita yang akan berangkat ke sana, sekalian kamu melaporkan situasi di sepanjang tol Jakarta-Merak dari udara. Kamu belum pernah kan? Ini kesempatan emas kamu. Bisa?”

Priska memandang pada tas berisi pakaian yang dibawanya, kemudian mengangguk lemas.

“Hai... kamu udah pulang?”

Sebuah suara membuat Priska menoleh ke arah pintu.

Ternyata Astri, rekan Priska sesama reporter yang memanggilnya. Astri empat tahun lebih tua dari Priska, dan telah tiga tahun bekerja di VanTV. Priska banyak belajar darinya. Astri sendiri telah menikah dan mempunyai  seorang anak yang masih berusia satu tahun. Setahu Priska Astri saat ini sedang meliput suasana liburan di Stasiun Gambir. Kenapa bisa ada di sini?

“Mbak Astri bukannya lagi liputan di gambir? Liputannya udah selesai Mbak?” tanya Priska.

“Belum. Mbak ada keperluan dulu di kantor. Kamu juga bukannya di Bandung? Kok udah pulang?” Astri balik bertanya.

“Di rolling, Gue disuruh ke Merak,” jawab Priska.

“Ooo...gitu,” jawab Astri.

Astri menggigit bibirnya saat melihat wajah Priska yang kelihatan lelah. Mudah-mudahan Priska tidak tahu kalau sebetulnya yang ditugaskan ke Merak adalah Astri, tapi dia menolak dengan alasan tidak bisa meninggalkan anaknya yang masih kecil. Karena itu Andri yang bertanggung jawab atas liputan mudik tahun ini memutuskan untuk menugaskan Priska yang sedang meliput di Bandung.

“Mbak?”

Suara Priska membuat Astri tersadar dari lamunannya.

“Kok malah ngelamun sih, Mbak? Mikirin apa?”

“Eh, nggak. Nggak papa.” Jawab Astri.

“Kamu mau berangkat sekarang?” tanya Astri.

“Nanti, tunggu komando.” Jawab Priska.

“Ooo...”

Tiba-tiba pintu yang terbuka diketuk dari luar. Priska melihat Andri berdiri di sana.

“Berangkat sekarang, Kak?” tanya Priska.

“Justru itu Priska. Helikopter yang rencananya akan mengantar kamu ternyata sedang dipakai mengantar kru ke Semarang, dan mungkin baru sore kembali ke Jakarta. Sebaiknya sekarang kamu pulang aja, istirahat dulu karena besok kamu harus udah berangkat seusai subuh.” Kata Andri.

Ucapan Andri bagaikan durian runtuh untuk Priska, sementara itu Astri hanya memandang juniornya itu dengan tatapan mata sedikit iri. Andai saja tadi dia yang menerima tawaran Andri, tentu saat ini dia bisa pulang ke rumah dan bermain-main dengan buah hatinya sambil menunggu waktu berbuka puasa.

“Astri. Kamu cepat kembali ke gambir untuk liputan berita sore,”  kata Andri pada Astri.

“Ba...baik, Mas.” Jawab Astri.

“Jangan lupa Priska... besok kamu harus sudah ada di studio sebelum subuh. Atau kamu sahur di sini aja sekalian, biar habis sahur kamu bisa langsung berangkat.” Ujar Andri lagi pada Priska.

“Iya. Mas.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status