—1—
Dua bulan setelah kejadian Ben Alexander mengatakan untuk berpisah dari Keyla, James berusaha keras untuk membuat Keyla kembali pulih. Dia menepikan perasaannya yang terus tersakiti, memendam rasa kecewanya, menahan akal sehatnya untuk tetap waras setiap kali Keyla kembali bercerita tentang masa lalunya.Dan keadaan Keyla membaik dengan sendirinya, seiring dengan perasaan sayang James padanya yang begitu besar dan dapat dirasakan olehnya. Karena James tak pernah lelah memperhatikan Keyla, mengajak Keyla liburan dan membuat beberapa momen indah agar menggantikan ingatannya yang terhenti pada kenangannya dengan Xander."Jamie, ini...." Keyla tak mampu berucap, saat melihat semua kejutan yang diberikan oleh James dengan mengajaknya makan di kapal pesiar, dinner romantis, dan sekarang dia berlutut memintanya untuk menjadikannya tunangan dengan sebuah cincin bermata satu terbuka di hadapannya."Aku tahu ini masih terlalu cepat. Dan aku tahu kau mungkin belum sepenuhnya melupakan dia. Tapi aku ingin kau percaya padaku Key, aku akan menunggumu. Aku ingin kau tahu aku akan bersabar. Jadi... untuk saat ini aku memintamu untuk menjadi tunanganku sampai kau siap untuk menikah denganku. Aku akan siap kapan pun kau mau... katakan dan aku akan menyiapkannya," ujar James."Aku mau Jamie. Aku akan mencoba membalas perasaanmu," ujar Keyla lalu memeluk James dengan erat. Bersyukur bahwa lelaki yang selama ini menyayanginya ada di dekatnya, dan untuk apa lagi dia memikirkan lelaki yang sudah jelas telah memiliki wanita lain yang dicintai?"Thanks, Key. Aku akan menunggumu memberikan hatimu untukku," ujar James dan mencium Keyla dengan lembut.Lalu mereka melanjutkan dinner romantis mereka dengan gelak tawa. Bercerita tentang pekerjaan James yang terkadang penuh humor dengan beberapa pasien yang takut akan jarum suntik dan cerita lainnya.***Setelah makan malam mereka selesai, mereka masuk ke ruangan yang bisa dikatakan sebagai tempat istirahat.Keyla mengalungkan kedua tangannya ke leher James, membuat James semakin memperdalam ciumannya. Sambil memasuki kamar, mereka terus bercumbu. Keyla berada digendongan James melingkarkan kakinya ke pinggang James. Gaunnya terangkat ke atas, sehingga mengekspos pahanya yang mulus.James membaringkan tubuh Keyla ke atas ranjang, mengecup wajahnya berkali-kali hingga membuat Keyla tertawa bahagia sebelum pria itu beranjak pergi dan membuatnya merasa kehilangan.James mengambil sebotol anggur yang tersedia di salah satu meja, lalu menuangkannya ke dalam dua gelas dan membawakannya untuk Keyla yang sudah duduk di sisi ranjang. "For my fiance," ujar James memberikan anggur tersebut kepada Keyla. Lalu mereka meminumnya dengan perlahan."Jamie. Hmm... apa kau akan memaafkanku jika aku kembali seperti kemarin?" tanya Keyla.James meletakkan gelasnya, begitu juga dengan Keyla. James mendekat dan mengangkat Keyla untuk duduk menyamping di atas pangkuannya."Selalu ada maaf dari setiap cinta yang aku punya. Aku mencintaimu, Key, jika tidak... sudah sejak lama aku meninggalkanmu. Tapi tak pernah kulakukan bukan?"Keyla tersenyum lalu dia bersandar di dada James. James mengelus kepala Keyla dengan lembut lalu mencium kening Keyla. Menyalurkan rasa sayang, cinta dan syukurnya atas apa yang saat ini tengah dia rasakan. Walaupun dia tahu tak sepenuhnya hati Keyla dia dapatkan, dia tetap bersyukur."Katakan kenapa kau begitu menyayangiku?" tanya lagi Keyla."Hm...." James tampak berpikir. "Entahlah..., setiap orang yang mencintai tak harus memiliki alasan bukan? Tapi merasakannya.""Apakah perasaan itu bisa hilang Jamie? Maksudku..., Aku—""Jangan membicarakan hal lain Key. Nikmati keindahan ini, keadaan saat ini," potong James."Apa kita akan bercinta?" tanya Key dengan polos."Kau bertanya atau mengajakku?" James balik bertanya dengan tawa menggoda."Aku....""Sekalipun kau pernah melakukan itu dengan dia, aku tak akan mengubah keputusanku, Key. Cobalah untuk tenang dan rileks saat bersamaku," ujar James.Keyla tersenyum menatap James yang sungguh memudahkan segalanya. Menerima keadaannya yang sangat jauh dari kata sempurna."Dengar Key." James menangkup kedua pipi Keyla. "Aku dipercayakan oleh banyak orang untuk menyelamatkan jiwa dan raga orang yang mereka sayang. Aku selalu menganggap setiap pasienku adalah orang yang berharga juga bagiku. Maka dari itu aku selalu bersungguh-sungguh dengan pekerjaanku. Apalagi denganmu, wanita yang jelas-jelas aku cintai. Mana mungkin aku dengan mudahnya menyerah pada keadaanmu? Mungkin ada saatnya aku lelah, namun aku berjanji akan tetap kembali padamu saat aku sudah cukup tenang." James berujar dengan tatapan cintanya. Tentu saja Keyla menyadari betapa banyaknya cinta terpancar dari sorot manik biru bening milik James.Kenapa aku tak pernah menyadari bahwa Jamie sangat mencintaiku? Kenapa aku harus berdiam dan memandang Alex yang semakin menjauh dariku? batin Keyla."Maafkan aku, Jamie.... Maafkan aku yang tak pernah memandang ke arahmu yang mempunyai banyak cinta untukku. Aku yang bodoh selalu mengabaikanmu, mulai saat ini aku akan berusaha membalas semua perasaanmu padaku, aku janji." Keyla berujar dengan air mata yang mengalir tanpa disadari. James mengusapnya dengan lembut."Tersenyumlah Key, aku hanya ingin melihat senyummu saat ini."James menciumi pipi Keyla yang mengalir air mata. Lalu dia beralih ke bibir Keyla, mengecupnya lembut, menyalurkan perasaan hangatnya. "Jadi... Apa kita jadi bercinta?" tanya James membuat tangis Keyla berganti dengan tawa.Keyla bangkit dan duduk di atas pangkuan James. Melingkarkan kedua kakinya ke belakang James. "Kalau aku berkata aku belum siap, apa kau tak akan menerkamku?" tanya Keyla membuat James tertawa."Hei, apa aku seperti singa buas yang ingin menerkam mangsanya?""Ya, kau seperti singa jantan yang mengincar betinanya.""Oh ya ampun, Key. Apa tak ada kiasan bahasa yang lebih bagus dari itu? Haruskah memakai kata ‘menerkam’? Itu terkesan seolah aku ini... binatang buas." Tawa Keyla pecah seketika saat James berkata demikian."Baiklah bagaimana jika aku tak ingin bercinta, tapi aku ingin tidur seperti ini...." Keyla bergerak menggesek pangkal pahanya untuk membetulkan posisinya, menyandarkan kepalanya di pundak James."Key..., jangan banyak bergerak," ujar James."Aku sedang mencari posisi yang nyaman untuk tidur." Keyla mengabaikan peringatan James barusan."Haruskah tidur seperti ini? Key, aku serius! jangan banyak bergerak. Atau aku akan benar-benar seperti singa jantan yang siap menerkam betinanya!" seru James berusaha menahan diri untuk tidak terpancing dengan gesekan yang dilakukan Keyla."Aku ingin melihatmu berubah menjadi singa. Selama ini kau selalu berlaku lembut padaku, aku ingin melihat sisi lain dari dirimu jika sedang beraksi di atas ranjang. Apa akan seserius di ruang operasi?""Key, itu jelas berbeda! Itu bisa diibaratkan jika para dokter kandungan mengeluarkan bayi di ruang operasi, maka aku akan membuatnya di sini," ujar James tak tahan. Dirinya di bawah sana sudah mengeras dan dia yakin Keyla sudah merasakannya dan semakin sengaja bergerak sesukanya.Dengan cepat James membalik posisinya dengan menindih Keyla di atas ranjang. "Kau yang memancing singa jantan ini untuk menerkammu, Sayang. Jadi jangan menyesal!" ujar James mulai menciumi bibir Keyla.Keyla menyambutnya dengan senang hati, membalas setiap kecupan yang diberikan James. Membuatnya semakin tersulut dan masuk ke gairah yang mereka rasakan. "Ah... Jamie. Aku...." lenguh Keyla."Hm..., kau apa, Sayang? Bersabarlah..., nikmati dan rasakan kekagumanku padamu, pada tubuhmu. Biarkan aku menunjukkan cintaku, biarkan dirimu merasakan hangatnya perasaanku." James tak henti mengecap dan menciumi tubuh Keyla yang entah sejak kapan sudah polos. Dia kini memilin puncak payudara Keyla, membuat pemiliknya melenguh tak tahu malu."Hm... Jamie! Kau membuatku mendesah seperti jalang," ujar Keyla membuat James menghentikan aktifitasnya dan menatap Keyla dengan tajam."Berhenti berkata seperti itu! You're my lady. Aku senang kau menikmati setiap sentuhanku yang memujamu," ujar James kembali menciumi Keyla yang bergeliat geli karena sentuhan sensual dari James."Jamie....""Shut up, Key."Keyla kembali diam dan mencoba menikmati setiap sentuhan memuja James. Dia ingin sekali mengatakan sesuatu yang penting. Namun James selalu menghentikannya.James membuka celananya, menampilkan bagian dari dirinya yang sudah mengeras dan siap melakukan tugasnya. Keyla menatapnya sambil menelan salivanya. "Apa itu akan masuk ke dalamku?" tanya Keyla membuat James tersenyum menggoda."Memangnya kau ingin aku memasukannya ke mana? Your mouth?" Seketika Keyla menutup mulutnya dengan kedua tangannya.James tergelak dan meraih tangan Keyla dari mulutnya. Lalu menciuminya secara bergantian. "Aku tak akan memintamu untuk itu, Dear. Biarkan aku yang bekerja, kau cukup menikmatinya. Katakan jika aku menyakitimu. Aku tahu ini tak akan sesakit saat pertama kali kau melakukannya. Tapi karena sudah lama, aku takut ini sedikit menyakitimu," ujar James lalu membungkam Keyla dengan ciumannya, mencoba membuat Keyla rileks.James mulai menegakkan punggungnya sedikit meski mulutnya tetap mencumbu Keyla. Dia lalu mengarahkan bagian dari dirinya ke milik Keyla yang sedang terfokus ke ciuman mereka, mencoba mendorong dengan perlahan.James merasa ada sesuatu yang mengganjal. Dia kembali mencobanya dengan perlahan namun sedikit menekan. Keyla sedikit memekik namun James kembali melumat bibirnya.Hingga ketiga kalinya, James mendorongnya cukup kuat. Keyla kembali memekik dengan keras dan meneteskan air matanya. James terkejut dan merasakan ada yang mengalir di bawah sana. Dia mengangkat tubuhnya dan melihat bercak darah mengalir mengotori seprai putih.James kembali menatap wajah Keyla yang menahan sakit. "Key..., kau?""Yes, Jamie... I'm still virgin," ujar Keyla."What? I'm sorry my lady. I don’t know," ujar James lalu menciumi air mata Keyla. Lalu mencium bibir Keyla dengan lembut. "I love you, Key. I love you so much. Love you more and more.”"Lakukan Jamie. Aku... Bahagia kau menjadi yang pertama bagiku," ujar Keyla. Lalu James mulai menggerakkan pinggulnya bergerak secara perlahan, karena dia tahu Keyla tengah merasakan sakit yang teramat sangat. Hingga akhirnya sakit itu berganti dengan nikmat seiring gerakannya yang semakin cepat dan cairan hangat terasa menyembur di dalam lembahnya.James melepaskan miliknya dan memeluk Keyla yang terlihat lelah. Ini pertama baginya dan James bersyukur atas itu."Thank you, Dear, kau sangat indah. Aku sangat mencintaimu dan semakin mencintaimu," bisik James memeluk erat Keyla."I love you too, Jamie, aku sungguh bahagia saat ini."**Bunyi bel pintu rumah kediaman Mrs.Walz terdengar, menandakan ada orang yang datang larut malam. Para pelayan sudah tertidur. James yang hendak mengambil air minum langsung berbelok arah untuk membukakan pintu. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, menampilkan Joe dan Natasha yang berdiri dengan Natasha yang terlihat lelah dan bergelayut pada lengan Joe."Selamat datang di rumah ibumu, Joe!" tukas James sinis. Joe hanya diam menanggapi penyambutan dengan nada yang tak enak dia dengar."Masuklah dulu Nath," pinta Joe pada Natasha yang menurut lalu melewati James yang terlihat meminta penjelasan yang masuk akal untuk semua yang telah terjadi.Sementara Natasha masuk, James keluar lalu menutup pintu rumah.Satu pukulan langsung James layangkan pada wajah Joe."Itu untuk kekacauan yang kau buat pagi ini!"James hendak melayangkan pukulan lagi, namun Joe menahannya dan membalasnya.Satu pukulan mengenai pipi kiri James."Itu un
Mempelai wanita masih menundukkan kepalanya, membuat beberapa tamu penasaran sampai mereka harus sedikit membungkukkan dirinya berusaha untuk mengintip seberapa cantik mempelai tersebut. Terutama orang Rusia yang menjadi musuh dari Joe. Dia penasaran karena sebelum acara di mulai Natasha meminta izin ke toilet dan sampai sekarang dia belum juga kembali. Orang itu sempat berpikir bahwa mempelai tersebut adalah Natasha.Akibat terlalu sibuk memperhatikan sang mempelai wanita, para tamu tak menyadari bahwa mempelai pria telah berganti. Saat ini James yang berada di atas altar dengan wajah serius, membuat semua yang melihat menjadi terkejut terutama para mafia bisnis. Tak berapa lama mereka mendapat kabar dari beberapa anak buahnya bahwa Joe telah membawa Natasha pergi menggunakan helikopter yang dikira akan digunakan untuk kepergian kedua pengantin saat acara selesai.Mereka berhambur keluar dari dalam gereja, termasuk James yang sudah siap membawa pergi Lea. Zach dan Ale
Pagi hari Zach sudah mengedor-gedor pintu kamar James dengan tidak sabar. Masalahnya waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan kemarin Aleandra memintanya untuk memberikan amplop itu sekarang."Hei! Bangunlah dokter brengsek!" teriak Zach kencang. Sedetik kemudian pintu terbuka, menampilkan diri James yang terlihat kacau."Ada apa bocah sialan?! Kau sungguh mencari mati, hah?!" bentak James kesal. Pasalnya sejak semalam dia menjelajahi dunia internet mencari tahu semua yang berhubungan dengan Joe dan Lea. Tetapi seperti ada yang menutupi semua jejak Joe, karena seberapa dalam James mencarinya yang dia hasilkan tetap nihil."Kau akan berterima kasih padaku jika kau tahu apa isi amplop yang diberikan bajingan licik itu!" ucap Zach sambil melemparkan amplop tersebut pada James dan dia masuk ke dalam kamar tanpa permisi.James meraih amplop tersebut kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya. Dia duduk di sofa dan mulai membuka amplop tersebut. Sementara Zac
Beberapa hari kemudian…Lea dengan terpaksa harus ikut Joe ke London untuk melangsungkan pernikahan.Sementara James, dia tetap menyusul dan menunggu kabar dari Lea tentang ibu Joe yang dia harap bisa membantunya untuk membatalkan pernikahan keduanya.Sudah tiga hari dia berada di London tetap tak ada kabar baik dari Lea. Bahkan kabar keberadaan wanita itu saja tak terdengar. James yang bersama Zach mencoba mencari tahu semua kabar bahkan Aleandra juga sulit untuk dia hubungi.Akibatnya, kedua pria yang kebingungan itu akhirnya menebak-nebak. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Lea dan Aleandra.Saat siang hari James dan Zach memutuskan untuk makan siang di sebuah kafe. Mereka harus mengisi perut untuk mencari kedua wanita yang mereka cintai. Ada banyak kafe di sana, namun entah kenapa James memilih kafe ini. Sebuah kafe dengan dinding kaca yang menampilkan keadaan di luar hingga ke seberang jalan yang terdapat sebuahbridal. Dia
James hendak ke kamarnya setelah menenangkan pikirannya dari setiap ucapan Joe yang membuatnya tak bisa berpikir harus bagaimana lagi."Dasar, sialan! Beraninya dia mengancamku! Oh, astaga... apa lagi yang harus aku perbuat untuk merebutmu kembali, Lea?" James berujar sambil memejamkan matanya. Dia berbaring di atas ranjangnya.Apa lagi yang harus aku lakukan, Lea? Aku sudah kehabisan akal untuk menghentikannya.batin James. Dia menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya mundur ke belakang mengingat kejadian awal saat bertemu dengan Lea.Dia kembali mengingat bagaimana dirinya yang hancur karena Keyla dan kembali bertemu dengan Lea di sebuah bar dan malam itu terjadi. Malam ketika dia merebut kesucian Lea. James meneteskan air matanya ketika mengingat kelakuan brengseknya saat itu. Seharusnya dia tak mendapatkan cinta Lea jika mengingat bagaimana keadaan membuat wanita itu menjadi kesulitan dan sekarang membuatnya serba salah."Lea, apakah k
Lea terdiam dan terpaku mendengar ucapan Joe. Dia menatap punggung Joe yang terlihat semakin menjauh."Joe, kurasa kita harus bicara.”Mendengar kalimat itu Joe berbalik badan dan kembali mendekat kepada Lea."Akhirnya kau memintanya juga. Baiklah. Di mana? Tidak mungkin di tempatmu.”"Kita ke atap saja," usul Lea.Joe mengangguk dan mempersilahkan Lea untuk jalan lebih dulu. Saat berada di atap, cuaca di luar cukup mendung, dan angin berhembus cukup kencang. Joe memberikan jaketnya kepada Lea dan mengusap bahu wanita itu setelah memakaikan jaketnya."Kau yakin ingin bicara di sini?" tanya Joe.Lea hanya mengangguk sambil membenarkan rambutnya yang beterbangan karena hembusan angin."Baiklah, katakan apa yang ingin kau bicarakan.”"Begini Joe... sebenarnya aku..." Manik mata hazel Lea menatap Joe yang terlihat sabar menunggu kelanjutan dari perkataan Lea. Dia menghela napas, merasa sulit untuk mengataka