Share

Kekacauan

Brynja hanya bisa gemetar di tempatnya. Apalagi ketika ujung runcing pedang ditodongkan ke wajah pucatnya. Sosok di dalam zirah besi itu tidak berkata apapun sampai akhirnya ia memerintahkan Brynja yang sudah terikat itu diangkat ke atas kuda.

"Kalian mau membawaku ke mana? Lepaskan!" Brynja berusaha memberontak lagi.

"Bawa kami ke desamu!" perintah sosok yang membawanya.

"Untuk apa? Di desaku tidak ada apapun yang bisa kalian ambil," tanya Brynja.

"Antarkan kami, atau kulemparkan kau dari atas gunung!" ancam sosok berzirah itu lagi.

"Ba-baiklah!" Brynja akhirnya menyanggupi keinginan mereka. Dia terpaksa melakukannya karena masih ingin tetap hidup. Sejujurnya dia sendiri tidak tahu apa maksud orang-orang itu menawannya dan ingin di antar ke desanya.

"Ke arah mana?" tanya sosok berzirah yang sedang mengendalikan kudanya.

"Em, itu ... ," Brynja merasa ragu.

"Cepat!" sentak sosok berzirah itu keras.

"Kanan!" seru Brynja tergesa.

Dengan cepat, sosok berzirah itu membelok kasar. Membuat kudanya meringkik dan Brynja hampir jatuh dibuatnya. Ia mulai memacu kuda itu disusul oleh sepasukan kecil berkuda di belakangnya.

                                 ***

Langit sudah mulai berganti senja. Jesper menghela napasnya panjang. Akhirnya setelah berjuang sekian lama, ada juga orang baik yang mau membeli barang dagangannya. Sebetulnya tidak semuanya berhasil terjual. Masih tersisa satu ikat kecil sayuran saja.

"Hari ini lumayan melelahkan. Ini semua hal yang baru untukku," gumam Jesper sambil menyeka keringatnya. "Sebentar lagi hari berganti malam. Tapi Brynja masih belum kembali. Apa dia sudah pulang ke rumah?"

Jesper lalu bergegas untuk kembali ke desa. Entah mengapa sejak Brynja pamit pergi, perasaannya menjadi tidak enak. Ia terpikirkan akan Putri kecilnya di rumah. Jesper berusaha setengah berlari sambil mendorong gerobak kayunya. Rasanya ia ingin secepatnya sampai ke desa. 

Benar saja firasat buruknya. Ketika Jesper sampai di desa, kondisi desa sudah porak poranda. Api di mana-mana. Seperti kekacauan baru saja melanda. Jesper tercengang dibuatnya. Apalagi dia melihat ada seorang ibu yang menangis memeluk bayi yang sudah bersimbah darah.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Jesper. "Ya ampun! Elleanora!"

Jesper meninggalkan gerobak kayunya begitu saja dan berlari masuk semakin dalam ke arah rumah Brynja. Larinya terhenti saat melihat beberapa orang berkumpul di tanah lapang. Brynja ada disana, dia terikat dan ditawan oleh sekumpulan berzirah. Jesper memutuskan untuk bersembunyi di dalam ilalang agak dekat dari tempat itu supaya bisa mengamati dengan jelas.

"Cepat! Kau masih muda, mana mungkin tidak bisa mengingatnya!" bentak seseorang yang diduga Pemimpin Pasukan tadi.

"Aku tidak mengerti ... Apa yang Tuan maksudkan?" cicit Brynja ketakutan.

"Aku akan membuat semuanya semakin mudah," geram Pemimpin berzirah. Dia lalu merebut seorang bayi dari pangkuan Ibu muda. Membuat bayi itu menangis kencang.

"Anakku!" seru sang Ibu muda histeris.

"Nah, lihat baik-baik bayi kecil ini. Apakah dia bayi yang dibawa oleh Pria asing ke desa ini?" Pemimpin berzirah menyodorkan bayi itu dekat sekali dengan wajah Brynja.

Brynja tidak bisa menjawab. Dengan cepat, Pemimpin berzirah itu membunuh bayi tadi dan melemparkan jasadnya kembali kepada sang Ibu. Ibu dari sang bayi menangis semakin histeris. Sementara warga yang berkumpul makin panik karena takut dibunuh.

"Tolong jangan," pinta Brynja dengan mengiba.

"Berarti jawabannya hanya satu. Bayi itulah bayi yang kami cari!" Pemimpin berzirah kini begitu puas dengan pencapaiannya. Ia lalu mendekat kepada seorang nenek yang sedang memeluk bayi kecil. Dengan cepat direbutnya bayi itu dan segera dia gendong.

"Jangan!" teriak Brynja histeris.

Pemimpin berzirah membuka pelindung wajahnya untuk melihat bayi tadi. Ia melihat bayi cantik dengan kulit cerah , mata berwarna terang, dan rambut berwarna pirang kecoklatan. Ia lalu menyeringai puas.

"Kita sudah menemukan Putri! Ayo pergi! Ambil semua barang yang bisa dibawa!" 

Pemimpin berzirah melenggang pergi, sementara anak buahnya yang lain mulai menjarah seisi desa. Kondisi bertambah kacau balau, sementara warga desa tidak bisa berbuat apapun karena terlalu takut. Brynja tidak bisa tinggal diam. Dia segera meminta warga lain melepaskan ikatannya. Brynja lalu berlari untuk menghalangi para Prajurit tak dikenal itu agar tidak mengambil harta milik warga desa.

"Berhenti! Apakah kalian tidak puas sudah membuat kekacauan di sini?" hadang Brynja. "Kalian sudah membunuh warga yang tidak bersalah, mengambil keluarga kami, lalu mau menjarah juga?"

Prajurit itu bagaikan tidak punya hati. Mereka tidak mempedulikan protes Brynja. Karena Brynja merasa mulai kesal, dia langsung merebut barang yang diambil oleh Prajurit itu. Namun, Brynja dihadiahi sebuah tebasan pedang yang membuatnya jatuh tersungkur seketika.

Perlakukan buruk juga diterima oleh warga yang tersisa. Mereka diserang beramai-ramai oleh para Prajurit berzirah itu. Jesper sudah tidak tahan lagi melihat semua kekacauan ini. Ia lalu bersiap untuk menyerang. Dengan cepat dia berlari dan menebas setiap Prajurit bagaikan bayangan. Prajurit berzirah tadi satu persatu mulai bertumbangan.

Jesper mengejar Pemimpin berzirah. Ia sudah bersiap dan menghunus pedangnya. Seketika itu, serangannya ditahan oleh pedang Pemimpin berzirah. Mereka saling bertahan dalam posisi masing-masing.

"Lepaskan Putri!" perintah Jesper mengintimidasi.

"Tidak akan," ujar Pemimpin berzirah tak mau kalah. Ia mengelakkan serangan Jesper ke samping, membuat Jesper mundur beberapa langkah.

Jesper menggertakkan giginya. Ia melakukan serangan balik dan lagi-lagi berhasil di tangkis oleh Pemimpin berzirah. Ia malah berhasil disudutkan dan hampir terkena serangan jika saja tidak ada tiga orang asing yang menghalanginya.

Ketiga orang asing itu berdiri di depan Jesper dan saling membahu untuk menyerang musuh. Jesper masih terpaku di tempatnya. Sampai ia berhasil mengenali salah seorang yang datang menolongnya.

"Pengawal Tertinggi?" Jesper tidak percaya.

"Untung saja kami tidak terlalu terlambat," Pengawal Tertinggi memberikan senyuman hangat. "Ayo kita bereskan orang jahat ini,"

Pemimpin berzirah bagaikan mati kutu. Kemudian dia mengerahkan sisa pasukannya yang masih tersisa untuk menahannya sementara dia berusaha untuk kabur sambil membawa bayi Putri.

"Lindungi aku wahai pasukan!"

"Dia kabur!" seru Pengawal Tertinggi.

Pemimpin berzirah sudah mulai bergerak. Dipacunya kuda miliknya hingga segera meninggalkan desa. Sebisa mungkin Jesper mengejarnya. Ia juga langsung memacu kudanya mengejar penjahat yang membawa sang Putri.

Terjadi kejar mengejar di antara mereka. Jesper sangat tidak ingin Putrinya diambil oleh orang jahat itu. Ia berusaha mempercepat laju kudanya, namun kesulitan dalam menyalip karena jalanan area hutan yang masih rapat.

Di saat mereka sudah sampai di padang rumput, tiba-tiba saja ada sekumpulan serigala yang menghadang. Pemimpin berzirah cukup terkejut. Ia berusaha memacu kembali kudanya melewati gerombolan serigala, namun serigala itu langsung melompat dan menyerang kudanya. 

Kuda Pemimpin berzirah meringkik kesakitan dan membuat Pemimpin berzirah terpelanting dari atas kuda. Ia terpental jauh dan membuat bayi Putri terlepas dari dekapannya. Untung saat itu dengan sigap Jepser memacu kudanya mendekat dan berhasil menangkap Putri tepat waktu.

"Elleanora," desah Jesper sambil terus memeluk dan mencium bayinya. Ia merasa sangat lega karena berhasil mendapatkan Putrinya kembali.

"Sial!" hardik Pemimpin berzirah itu kesal. Kini dia yang menjadi sasaran serangan serigala tadi. Dengan panik dia langsung berlari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri.

Jesper berpikir untuk kembali ke desa. Sebelum itu, dia mengamati kawanan serigala yang menghadang musuh tadi. Jesper bisa mengenali salah satunya adalah serigala yang sempat menolongnya juga.

"Terimakasih!" seru Jesper kepada serigala itu. Serigala itu hanya memandangnya. Tak lama, serigala itu pun pergi kembali bersama kelompoknya meninggalkan tempat tadi.

Jesper akhirnya sampai di desa. Ia benar-benar sedih sekali karena akibat kedatangannya ke desa itu malah membuat petaka bagi semua penduduk. Ia memeriksa satu per satu warga desa. Semuanya tewas akibat serangan. Tak terkecuali Brynja. 

"Maafkan aku Brynja. Semoga kedamaian senantiasa meliputimu di kehidupan barumu," bisik Jesper menyesal. "Terimakasih karena kau begitu tulus menolong kami. Kami akan sangat berhutang budi kepadamu."

Pada akhirnya, Jesper beserta Pengawal Tertinggi dan para anak buahnya mengadakan upacara pemakaman sederhana untuk semua yang telah meninggal. Setelah semuanya selesai, Jesper berniat untuk pergi lagi bersama dengan Putri.

"Sir Jesper, tolong kembalilah bersama kami ke Sunnmore," pinta Pengawal Tertinggi.

"Sebelum itu aku ingin bertanya. Mengapa kalian ada di sini? Kalian sengaja menguntitku ya?" tanya Jesper bertubi-tubi.

"Sebenarnya, Raja Giovanni sangatlah mengkhawatirkan Anda. Beliau memberikan perintah kepada kami untuk mengajak Anda kembali," Pengawal Tertinggi menjelaskan maksudnya.

"Maaf. Tapi aku sudah memutuskan untuk pergi dari Sunnmore selamanya," jawab Jesper dingin. "Sampaikan saja kepada Raja."

"Mengapa Tuan? Mengapa Anda sampai rela meninggalkan Negeri yang telah membesarkan nama Anda?" tanya Pengawal Tertinggi tidak mengerti.

"Kau tidak akan mengerti. Tapi aku memiliki hal lain yang lebih penting daripada menjadi seorang Penasehat Raja," cetus Jesper. "Tolong jangan ikuti aku lagi."

"Tapi Tuan," sela Pengawal Tertinggi berusaha menghalangi niat Jesper. "Apa yang terjadi sebenarnya? Anda bukanlah Sir Jesper yang saya kenal."

"Aku memiliki sebuah pesan untuk Raja Giovanni. Sampaikan kepadanya jika sampai mati pun, aku tidak akan pernah melakukan perintahnya," pesan Jesper. "Aku tidak mau mengkhianati kepercayaan yang diberikan oleh mendiang Ratu. Aku mau membesarkan Putri dengan caraku sendiri."

"Putri? Maksud Anda apa?" tanya Pengawal Tertinggi lagi.

"Suruh Raja untuk memikirkan kembali, mengapa Ratu ingin sang Putri tetap hidup. Jika Raja memang memiliki perasaan, jika dia masih menyayangi Ratu dan juga Putrinya, dia pasti akan mencabut kembali perintahnya terhadapku," lanjut Jesper.

Pengawal Tertinggi tertegun di tempatnya. Ia sudah mendapatkan benang merah dari penyelidikannya. Namun kesimpulan dari itu semua masih belum tersusun dengan baik. Pada akhirnya, ia membiarkan Jesper pergi. Karena Jesper sudah memilih tujuan hidupnya sendiri. 

"Kalau begitu, mari kita kembali ke Istana. Kita laporkan hasil penyelidikan kita kali ini," usul Pengawal Tertinggi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status