Pengawal Tertinggi tak banyak bicara setelah itu. Ia hanya mengajak Anak Buahnya untuk bergegas agar bisa kembali ke Sunnmore dengan cepat. Sepanjang perjalanan, dia berkutat dengan pikirannya sendiri. Bahkan ketika mereka beristirahat di depan api unggun pun, Pengawal Tertinggi sama sekali tidak membicarakan apa-apa soal kejadian tadi.
Justru salah seorang Anak Buah dari Pengawal Tertinggi lah yang membahas pembicaraan mereka dengan Jesper tadi.
"Ketua, apakah Anda menyadari ucapan Sir Jesper tadi? Mengapa dia mengatakan soal Putri?" salah seorang Anak Buah membuka pembicaraan mereka.
"Ya. Aneh sekali. Bukankah Tuan Putri sudah meninggal saat dilahirkan oleh mendiang Yang Mulia Ratu?" timpal Anak Buahnya yang lain.
Pengawal Tertinggi tidak menjawab apapun. Ia menatap lurus ke arah api yang berkobar. Larut dengan lamunannya sendiri. Kedua Anak Buahnya saling menatap bingung.
Raja Giovani menghela napas panjang. Sesungguhnya dia lega ketika mengetahui Putri semata wayangnya masih hidup dan dirawat dengan penuh kasih oleh Jesper. Sesal sudah hinggap di dalam hatinya. Ia masih tidak rela Jesper pergi darinya. Namun dia juga tidak dapat menghapuskan kebencian Jesper terhadap dirinya."Ah, semoga mereka akan baik-baik saja," harap Raja sambil menerawang jauh. "Semoga para kesatria berhasil menyampaikan pesanku untuk Jesper."Raja kembali memfokuskan dirinya dalam menyelesaikan gulungan perkamen di meja kerjanya. Ketika itu, suara ketukan pintu menginterupsinya."Yang Mulia, Raja Hrossbjörn telah datang," ucap Pengawal dari balik pintu. Membuat Raja Giovanni terkejut setengah mati."Apa? Kenapa beliau datang kemari tanpa memberitahu terlebih dahulu?" gerutu Raja dengan gusar. Ia segera membereskan meja kerjanya dan merapikan penampilannya sebelum memerintahkan Penga
Seekor serigala putih mengawal kawanannya menuju ke tempat persembunyian mereka di wilayah lembah Romsdall. Ketika sudah sampai di markas kelompok, para serigala itu lalu merubah diri mereka kembali menjadi sosok manusia. Seorang wanita menghampiri untuk menyambut kedatangan pasangannya. Wajahnya terlihat cerah begitu menemui sosok yang telah lama ditunggunya. "Leifr! Akhirnya kau datang!" seru wanita tadi dengan senang. "Ya. Aku sudah kembali, Aila," ucap Leifr sambil mengusap pipi Aila lembut yang langsung membuat Aila merona seketika. "Alpha sudah menunggu kedatanganmu," bisik Aila. Leifr hanya mengangguk mengerti. Leifr langsung bergegas menemui Alpha di dalam pack mereka. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang menyusui bayi laki-laki di pangkuannya. Sementara ia sendiri kepayahan dengan perut yang membuncit besar. Leifr lantas duduk di sebelahnya.&nb
Raja Erasmus sudah hampir tiba di Kerajaan Utara. Namun tiba-tiba ia mengubah haluan iringan Pasukannya. "Ganti haluan! Kita pergi ke Makam Raja!" seru Raja Erasmus sambil membelokkan kudanya, disusul oleh pasukan berkudanya yang lain. Mereka akhirnya pergi menuju ke area pemakaman khusus Kerajaan Utara yang jaraknya sekitar 1 mil dari kastil. Pemandangan hutan dan landscape fyord terlihat di daerah itu. Mereka berada di hamparan lembah luas yang dipenuhi oleh gundukan dan bendera Kerajaan Utara. Raja Erasmus turun dari kudanya. Ia beranjak ke sebuah makam besar yang terpahatkan nama Holgi di nisannya. Raja Erasmus berlutut dan memberikan penghormatan terhadap sosok Raja yang selalu ia kagumi. "Ayahandaku, aku datang untuk menghadapmu. Aku harap kau sedang bersenang-senang di Vahalla bersama Odin," ucap Raja Erasmus. "Maaf karena aku baru berkunjung. Setelah terakhir kali aku datang selepas m
Raja Erasmus masih terus berpikir keras. Dari sekian banyak hal yang dia tulis, hanya informasi mengenai Anima saja yang sama sekali belum dia pahami. Apalagi selagi hidup, ayahnya hanya menjejali dia dengan dongeng lama mengenai silsilah keluarga mereka. Tidak ada satu kata pun yang menyinggung mengenai Anima ini. "Ahh! Rasanya pikiranku sangat buntu! Apa hubungannya masalah Suku ini dengan Anima?" Raja Erasmus merasa gemas. "Sebentar." Raja Erasmus kembali menelusuri isi tulisannya. Lalu membaca ulang semuanya. "Garis besarnya, Ayahku hanya ingin berdamai memperbaiki Sukunya yang berpecah belah menjadi satu. Seluruh pemimpin Kerajaan di Norway ini merupakan 1 Suku dan bisa jadi 1 keturunan," gumam Raja Erasmus. "Ayah merupakan keturunan dari anggota Suku yang tidak sepaham dengan Kepala Suku. Sehingga leluhur kami memilih untuk melakukan ekspansi antar negara terutama melalui lautan." Raja
Raja Erasmus segera mencari apa yang mungkin bisa ditemukan di ruangan Raja Hrossbjörn tadi. "Sial! Ke mana perginya!" hardik Raja Erasmus kesal. Ia sudah mengacak-acak seluruh ruangan tapi belum menemukan petunjuk. "Pasti dia menyimpan catatannya. Tidak mungkin tidak ada di sini." Raja Erasmus mengerang frustasi. Musuhnya tidak mungkin seceroboh itu meninggalkan dokumen berharga yang mudah ditemukan. Ia akhirnya duduk di ranjang Raja sejenak sambil terus berpikir. "Ayo pikirkan Erasmus! Kau pasti bisa mengetahui semuanya," gumam Raja Erasmus lagi. Kemudian dia teringat sesuatu. Ketika dulu dia dan Raja Giovanni masih berteman baik.
Seperti yang telah mereka bicarakan, keesokannya rombongan serigala pergi ke wilayah Sunnmore. Mereka terdiri dari Alpha, Aila dan beberapa serigala lain. Ketika sudah hampir tiba dengan perbatasan, mereka langsung merubah diri menjadi manusia. "Kalian pendatang?" seorang Penjaga yang bertugas menjaga perbatasan menanyai mereka ketika rombongan itu mendekat. "Maaf wilayah kami belum terbuka untuk pendatang." "Maaf Tuan. Kami adalah utusan dari Kerajaan Romsdallen. Kami ingin bertemu dengan Raja Giovanni," ucap Alpha menjelaskan. Pengawal itu tampak meragukan mereka. Ia menilai penampilan mereka dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Kalian tampak seperti Suku Pedalaman. Kalian bukan mata-mata Utara kan?" selidik Pengawal tadi. "Tolong jangan bersikap tidak sopan ya! Izinkan kami lewat atau kau akan merasakan akibatnya!" ancam Aila yang sudah mulai naik darah. &nb
Raja Giovanni termenung sendiri di ruang singgasana itu. Sedikit banyak ia kembali terpikirkan kedatangan keluarganya yang tiba-tiba. Di saat dia tidak ingin menemui siapa-siapa, ada saja hal yang membuatnya hilang mood. "Yang Mulia sedang memikirkan apa?" tanya Pengawal Tertinggi setelah dia selesai mengantarkan keluarga jauhnya pulang ke Romsdall. "Banyak hal. Aku tak habis pikir mengapa kau berani tidak menuruti perintahku demi mereka," gumam Raja sambil bertopang dagu. "Karena mereka adalah keluarga. Bagaimanapun juga hanya Anda tempat mereka bergantung. Bukankah sebagai sesama keluarga kita harus saling melengkapi?" Pengawal Tertinggi memberikan pandangannya. "Memang. Aku merasa bukan seorang keluarga yang baik. Apalagi aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mereka," keluh Raja sambil menghela napas panjang. "Yang Mulia tidak perlu menyesali apa yang telah terjadi. M
Penasihat Kerajaan Romsdall lalu menyerahkan sebuah perkamen kepada Raja Giovanni. Raja Giovanni menerimanya dan merasa tergetar hatinya. Tulisan ayahnya saat itu terlihat begitu tergesa dan tegas, menggambarkan bagaimana perasaannya sebelum terbunuh. Ada banyak bercak darah di perkamen itu. "Aku akan menggantikan posisi ayahku," tegas Raja Giovanni. "Seperti yang ayah inginkan." Penasihat Kerajaan tercengang dengan kemantapan hati dari Raja Giovanni. Padahal dia tahu persis jika sejak awal Raja Giovanni tidak ingin menggantikan posisi Ayahnya. Apalagi dia harus memegang seluruh Wilayah More yang begitu luasnya. Bukan hanya satu wilayah Earldom seperti sebelumnya. "Apakah Anda yakin dengan keputusan ini?" tanya Penasihat Kerajaan lagi. "Paman pasti tahu persis bagaimana perasaanku. Namun aku tak memiliki pilihan lain," jawab Raja Giovanni apa adanya. Penasihat Kerajaan