Share

4. PERJODOHAN

Siang hari yang terik, seperti biasa pande besi milik Mpu Geger selalu riuh oleh pukulan palu dan besi. Hantaman besi yang memekakkan telinga menjadi hal yang sudah biasa dan sahabat sehari-hari bagi keluarga Mpu Geger, tak terkecuali Utari. Gadis itu diam-diam memperhatikan para pemande besi yang sedang bekerja. Sahut menyahut antar pemande seketika berubah menjadi harmoni yang indah ketika ia menatap Damar di seberang sana. Bak menyaksikan pertunjukan gamelan, dan Damarlah penabuh favoritnya. Utari adalah putri Mpu Geger, sudah sejak lama ia menaruh hati pada Damar. Sayangnya gadis manis itu tak berani menunjukkan perasannya, ia hanya bisa mencintai Damar dalam diam. 

Damar tak menyadari saat Utari diam-diam memperhatikannya. Pikirannya belum juga waras. Setelah bertemu dengan Putri Sekar Ayu, Damar masih belum terbangun dari mimpinya. Wajah cantik Putri Sekar Ayu selalu muncul dan menari-nari di fikirannya. Suara lembut, senyum manis dan gemulai selendang hijaunya tak berhenti mempermainkan alam bawah sadarnya. Hingga akhirnya tanpa sengaja, bukannya besi malah jarinya sendiri yang ia hantam dengan palu. Damar meringis kesakitan. Utari yang sedari tadi memperhatikan dari jauh seketika berlari menghampiri Damar dengan penuh kekhawatiran. Hatinya teriris saat melihat pria pujaannya itu kesakitan. 

"Kakang tanganmu terluka. Tunggulah sebentar kuambilkan obat."

"Tak perlu, Utari."

Utari segera berlari ke dalam rumahnya tanpa memperdulikan perkataan Damar. Secepat mungkin ia harus mengambil perban agar Damar tak harus berlama-lama merasakan sakit. Beberapa saat kemudian, Utari kembali dengan ramuan dan perban di tangannya. Ia merawat luka Damar dengan sangat hati-hati. Ia tak mau membuat Damar lebih merasakan sakit jika sampai ceroboh dalam merawat luka itu. Tanpa terasa tiba-tiba Utari meneteskan air matanya sembari merawat luka Damar. 

"Kenapa, Utari ?" tanya Damar khawatir.

"Bagaimana bisa kau terluka seperti ini, Kakang ?" 

"Aku tak apa-apa. Ini hanya luka kecil," jawab Damar sambil menyeka air mata di pipi Utari.

"Kau harus lebih berhati-hati."

"Iya aku akan lebih berhati-hati. Masuklah, di sini berbahaya untukmu."

Utari mengangguk lalu pergi meninggalkan Damar yang telah ia obati. 

Diam-diam Mpu Geger memperhatikan Utari. Dari kejadian itu Mpu Geger dapat melihat cinta di mata putrinya untuk Damar. Sebenarnya tak masalah jika Utari mencintai Damar. Mpu Geger malah senang karena Damar pemuda yang baik dan pekerja keras. Ia tak akan khawatir untuk menyerahkan putri kesayangannya pada pemuda itu. Masalahnya, putrinya itu sangat tertutup. Utari tak akan mau mengakui perasaannya jika Mpu Geger bertanya langsung padanya. Mpu Geger ingin mewujudkan impian Utari sebagai bentuk kasih sayangnya pada putrinya itu. Mpu Geger ingin melihat putrinya hidup bahagia bersama orang yang ia cintai.

Beberapa hari kemudian,

Damar baru saja pulang dari berburu bersama Parwan. Ia sedikit terkejut karena di rumahnya ada Mpu Geger sedang berbincang dengan ayahnya. Dari tatap mata kedua orang tua itu nampaknya mereka telah menunggu kedatangannya. Entah apa yang terjadi sampai Mpu Geger rela jauh-jauh mendatangi rumahnya seperti itu. Damar khawatir kalau ia telah membuat kesalahan dalam membuat pedang. Bahan baku untuk membuat satu pedang harganya lumayan mahal, jika ia melakukan kesalahan dalam pembuatannya maka pedang itu tak akan ada gunanya lagi karena orang-orang kerajaan biasanya sangat teliti dalam pemilihan kualitas pedang yang mereka pesan.

"Apakah ada pesanan yang mendesak dari istana, Mpu ?" tanya Damar.

"Ahh, bukan. Begini Damar, kami baru saja membicarakan rencana pernikahanmu dengan putriku, Utari."

Damar langsung terhenyat. Betapa terkejutnya ia saat mendengar rencana pernikahan yang datang secara tiba-tiba itu, bahkan tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengannya. Damar hanya diam mematung menatap wajah Mpu Geger dan juga ayahnya. Ki Suro, ayah Damar memintanya untuk duduk terlebih dahulu setelah melihat perubahan raut wajah Damar yang tampak begitu terkejut setelah mendengar kabar itu.

"Duduklah dulu, Damar. Aku tahu kau pasti terkejut," kata Mpu Geger.

"Mpu Geger datang dengan niat baik, anakku. Bagaimana menurutmu ?" tanya Ki Suro.

"Aku, aku ...." Damar tak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa ia menikahi Utari. Selama ini ia hanya menganggap Utari sebagai adik. Damar memang menyayangi Utari, namun hanya sebatas rasa sayang seorang kakak pada adik perempuannya.

Sebenarnya Damar telah mengetahui perasaan Utari padanya, namun ia menganggap itu hanyalah cinta sesaat, nanti seiring berjalannya waktu Utari dapat melupakan perasaannya itu. Damar tak menyangka jika ternyata sampai akan sejauh ini, sampai ada rencana pernikahan pula. Kini ia bingung harus memikirkan bagaimana cara menolak rencana itu. Mpu Geger begitu baik pada keluarganya, menolaknya sama saja dengan menghinanya.

"Tak perlu kau jawab sekarang. Utari pun belum mengetahui rencana ini. Jika kau setuju, datanglah ke rumah bersama bopomu untuk melamarnya."

"Baik Mpu, akan saya bicarakan dulu dengan bopo," jawab Damar sebelum Mpu Geger pamit pulang.

"Ada apa anakku ?" tanya Ki Suro saat melihat putranya mulai murung semenjak Mpu Geger meninggalkan rumah mereka.

"Aku tak tahu harus bagaimana, Bopo."

"Utari gadis yang baik. Apa yang membuatmu ragu ?"

"Aku takut tak bisa membahagiakannya, Bopo."

"Buang jauh-jauh ketakutanmu. Seharusnya kau bersyukur berjodoh dengan salah satu putri Mpu Geger."

"Iya, Bopo. Beri aku waktu."

"Baiklah pikirkan baik-baik."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status