Share

5. DILEMA

Author: Noviares
last update Last Updated: 2022-04-10 16:07:15

Damar benar-benar dilema. Mustahil rasanya jika harus menerima orang baru saat hatinya telah terisi oleh orang lain. Entahlah, mengapa sedikit pun tak ada cinta untuk gadis itu. Padahal Utari adalah gadis yang cantik dan baik. Damar hanya takut nanti Utari tak bahagia hidup dengan suami yang tak pernah mencintainya. Namun menolaknya juga bukan pilihan yang tepat, Utari tetap akan terluka. Jadi menerima ataupun menolak, dua-duanya hanya akan menyakiti hati Utari entah hari ini atau pun esok. Bagai buah simalakama semua keputusan yang akan ia ambil tak akan bisa membuat dirinya dan semua orang bahagia. Damar benar-benar tak tahu lagi harus beebuat apa. Jika sudah seperti itu, rasanya ia ingin menghilang saja agar semua kecemasannya ikut hilang bersamanya.

Lain halnya dengar Damar, Utari merasa sangat bahagia mendengar rencana pernikahan itu. Ia sangat berterimakasih pada ayahnya yang telah mewujudkan mimpinya sedari dulu yaitu bisa hidup bahagia bersama Damar, pemuda yang sangat ia cintai. Siang itu Utari meminta Damar menemuinya di pondok bambu dekat sungai tempat dimana ia sering menghabiskan waktu sambil melakukan kegemarannya membatik.

"Ada apa, Utari, kau memanggilku kemari ?"

"Pangeranmu sudah datang, Utari. Ayo pergi, dari pada jadi nyamuk di sini," ledek teman-teman Utari. Ia hanya tersipu malu.

Setelah Damar datang, mereka segera menghentikan seluruh kegiatannya lalu bergegas pergi meninggalkan Damar dan Utari berdua saja.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Utari ?"

"Pernikahan kita."

"Utari, apa, apa kau benar mencintaiku ?" tanya Damar ragu-ragu. Dalam hati ia berharap Utari akan mengatakan tidak, namun ...

"Aku sangat mencintaimu," jawab Utari yakin sambil tersenyum lebar di depan Damar.

"Kakang mencintaiku juga kan ?" kata Utari lagi.

"Tidak Utari, cintaku untuk orang lain," jawab Damar dalam hati namun tak sampai hati untuk mengungkapkannya pada Utari.

"Kakang, kau mencintaiku kan ?" tanya Utari lagi memastikan.

"I, iya," jawab Damar tak yakin. Bahkan ia tak mampu menatap wajah Utari saat mengatakannya. Bagaimana bisa tiba-tiba ia mengiyakan pernikahan itu, padahal sebelumnya ia telah menyusun banyak kata-kata penolakan secara halus agar tak sampai melukai hati Utari. Namun saat melihat senyum bahagia Utari, Damar jadi tak tega mengatakannya. Damar hanya bisa pasrah dengan takdirnya.

"Terimakasih, Kakang. Aku bahagia sekali. Aku berjanji akan menjadi istri yang baik untukmu." Utari memeluk Damar dengan bahagia.

Beberapa hari sebelum acara pernikahan berlangsung,

Utari tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatunya agar bisa tampil sempurna di hari bahagianya nanti. Sementara itu Damar masih sibuk mengerjakan pesanan pedang seperti biasa. Beberapa kali pukulah palu itu terdengar sangat keras. Orang lain akan menganggap itu sebagai sebuah kerja keras, namun Parwan tahu itu adalah pukulan kemarahan dan keputusasaan. Parwan paham betul bagaimana perasaan sahabatnya itu namun ia pun tak dapat berbuat apa-apa.

"Hentikan, Mar," kata Parwan sambil menghalau tangan Damar, memintanya untuk berhenti memukul besi.

"Singkirkan tanganmu, aku harus segera menyelesaikannya," jawab Damar dingin tak seperti biasanya.

"Kenapa kau memaksakan diri ?"

"Diamlah. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu."

"Katakan sejujurnya pada Utari sebelum semuanya terlambat."

"Andai aku bisa," kata Damar masih sambil memalingkan wajahnya dari Parwan, sementara tangannya masih sibuk memukul pedang.

"Mar, kau hanya akan menyakitinya."

"Menyakiti siapa ?" Utari tiba-tiba muncul dari arah belakang mereka. Parwan jadi gelagapan dibuatnya.

"Ini ... Damar, kalau terlalu keras memukul akan menyakiti tangannya," kilah Parwan.

"Kakang kenapa kau masih bekerja ? pernikahan kita sudah semakin dekat."

"Pedang-pedang ini harus segera dikirim ke istana, Utari."

"Pergilah bersama Utari, temani ia memilih beberapa perhiasan," timpal Mpu Geger yang juga tiba-tiba muncul dari arah lain. 

"Baik, Mpu." Melihat kedatangan Mpu Geger, Damar akhirnya melunak. Ia tinggalkan pekerjaannya demi menemani Utari memilih perhiasan yang akan ia kenakan di hari pernikahan mereka nanti. Ia tak bisa berbuat banyak kecuali menuruti permintaan Mpu Geger. Damar pergi menemui tukang perhiasan yang secara khusus didatangkan Mpu Geger ke rumahnya. 

"Apa ini bagus untukku ?" tanya Utari sambil menunjukkan sebuah kalung emas di lehernya pada Damar.

"Semuanya cantik saat kau yang memakainya," jawab Damar.

Utari sangat tersanjung, padahal Damar berkata demikian agar Utari dapat segera menentukan pilihannya. Ia mulai bosan melihat Utari yang tak kunjung usai memilih perhiasan. Semua perhiasan di tangan Utari terlihat bagus, namun gadis itu tetap saja tak merasa puas. Damar benar-benar bosan, namun ia harus tetap bersabar sampai Utari benar-benar menemukan perhiasan yang ia inginkan. Kalau bisa berteriak, mungkin ia akan berteriak dengan kencang untuk sedikit melegakan sesak di dadanya akibat tercekik oleh keadaan ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Last Queen   100. AKHIR

    "Akulah yang kau cari, Utari," kata Ratu berdiri di hadapan Utari sambil memegangi dadanya. Walau telah siuman, namun efek racun di dalam tubuhnya tak bisa secepat itu hilang. Para tabib telah berusaha memintanya untuk pergi menyelamatkan diri, namun ratu justru lebih memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan Utari. "Bedebah !! Baiklah, aku tak akan bermain-main lagi denganmu !!" teriak Utari marah mengetahui kesembuhan ratu. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah ratu. Dua wanita itu bertarung, keadaan ratu yang belum pulih sepenuhnya membuatnya kuwalahan menghadapi Utari. Damar berusaha bangkit karena begitu mengkhawatirkan keadaan ratu, namun ia tak berdaya karena luka di tubuhnya dan juga hadangan dari anak buah Utari. Tak butuh waktu lama, Utari pun berhasil mengakhiri perlawanan Ratu Sekar Ayu. Ratu terkulai dengan cucuran darah dari mulut dan hidungnya, ia tak berdaya di bawah ancaman pedang Utari. "Kau suda

  • The Last Queen   99. PERTARUNGAN TERAKHIR

    Utari berhasil memasuki istana Welirang. Istana yang sedang kosong ditinggal para penghuninya berperang di medan peperangan dengan mudah berhasil diobrak abrik oleh Utari dan pasukannya. Tujuannya sudah jelas, menemukan keberadaan Ratu Sekar Ayu. "Katakan dimana ratu kalian ??" teriak Utari sambil mengancam para dayang di istana. Mereka yang ketakutan pun akhirnya dengan berat hati menunjukkan keberadaan Ratu Sekar Ayu. Saat Utari mendobrak pintu, Ratu Sekar Ayu masih terbujur di atas ranjangnya. Tubuhmya masih membiru dengan aroma busuk yang mulai keluar dari luka di lengannya. Utari tersenyum puas menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya upas sewu bekerja pada tubuh ratu. "Lihatlah dirimu sekarang. Apa yang ingin kau sombongkan dariku ?" kata Utari sambil memainkan pedangnya di wajah ratu. "Ini semua tak seberapa. Kau tahu betapa sengsaranya aku selama ini ?? Kematianmu pun tak cukup untuk menghapus luka batinku." Utari menatap ratu dengan penuh kebenc

  • The Last Queen   98. PEPERANGAN

    Pertempuran antara pasukan Welirang dan pasukan Jagalan akhirnya pecah. Pertumpahan darah yang ditakutkan oleh banyak orang pun akhirnya terjadi juga. Saat itu medan perang dipenuhi riuhnya suara pedang, lesatan anak panah dan teriakan para prajurit yang berjuang membela pasukannya masing-masing.Di sela-sela ayunan pedangnya, Raja Widharma tampak mencari-cari keberadaan Pangeran Wiguna. Perang sudah berlalu cukup lama, namun ia tak juga melihat keberadaan putranya itu.Raja Widharma semakin merangsek masuk membelah pasukan lawan, berharap bisa segera menemukan keberadaan Pangeran Wiguna. Ia ingin sekali menghukum putranya itu karena tak mengindahkan larangannya untuk memberontak. Bukannya Pangeran Wiguna, Raja Widharma justru bertemu dengan Utari. Ia sedikit terkejut karena ternyata pasukan itu dipimpin oleh seorang wanita alih-alih Pangeran Wiguna. Raja Widharma ingin beranjak pergi namun Utari memaksanya untuk tetap berada di sana.Utari dan Raja Widharma sal

  • The Last Queen   97. STRATEGI

    Keesokan harinya tanpa ada yang tahu peristiwa yang menimpa Pangeran Wiguna,Utari berjalan keluar dari kadipaten dengan baju zirah lengkap dengan senjata di kedua tangannya. Ribuan pasukan Jagalan telah bersiap di depan kadipaten setelah mendapatkan perintah perang dari Utari. Utari berdalih Pangeran Wiguna telah ada di perbatasan menunggu mereka bergabung dengan pasukan sekutu. Para prajurit yang tak tahu apa-apa menurut saja apa kata Utari yang katanya telah ditunjuk untuk memimpin pasukan Jagalan.Utari tak ingin membuang waktu, ia dan ribuan pasukannya segera bergerak menuju Welirang. Hentakan kaki kuda dan sorot tajam matanya sudah cukup menggambarkan betapa siapnya ia untuk bertempur melawan pasukan kerajaan. Ia sangat yakin dapat memporak-porandakan Welirang dengan ribuan prajurit yang telah dilatih dan dipersiapkan oleh ibu suri selama ini menggunakan dana gelap kerajaan Welirang. Sokongan dari pasukan sekutu pun sudah lebih dari cukup dan membuatnya semakin p

  • The Last Queen   96. BUNGA GENIRI

    Damar dihajar habis-habisan oleh Nyi Gandaruhi. Pertarungan yang tak seimbang itu membuat Damar babak belur. Sementara itu, fajar sudah mulai terlihat di ufuk timur, sinar yang terpancar dari bunga Geniri pun mulai meredup. Satu per satu kelopaknya mulai menutup, bunga itu harus segera dipetik sebelum menutup sepenuhnya. Jika malam itu menjadi malam terakhir ia mekar, maka hilang sudah kesempatan mereka untuk menyelamatkan nyawa Ratu Sekar Ayu. Nyi Gandaruhi nampaknya tahu betul akan hal itu sehingga ia terus berusaha menghalangi Damar agar tak sampai menyentuh bunga itu. Damar tak mau menyerah, dengan sisa kekuatan yang ada, ia kembali bangkit dan berusaha melawan Nyi Gandaruhi. Ratu Sekar Ayu sedang menunggunya, bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan bunga itu. Tak apa jika raganya harus hancur di tangan Nyi Gandaruhi, asalkan ia dapat membawa pulang penawar racun itu. Semua orang sedang menggantungkan haparan besar padanya, ia tak mau mematahkan harapan itu.

  • The Last Queen   95. AMBISI UTARI

    Utari tersenyum puas saat menerima laporan dari orang suruhannya perihal keadaan Ratu Sekar Ayu. Walau bidikannya tak tepat sasaran, namun ternyata sedikit luka di tubuh ratu sudah cukup untuk menumbangkannya. Untuk beberapa saat ratu masih bisa memperpanjang napas, namun Utari yakin itu tak akan lama karena usaha Damar akan sia-sia belaka, Nyi Gandaruhi tak akan semudah itu dikalahkan. Tak disangka ternyata bidikannya akan mengenai dua mangsa sekaligus, karena pergi ke hutan Larangan sama saja dengan bunuh diri."Damar, sampai saat inipun kau masih memihaknya," gumam Utari sambil melumat habis bunga di tangannya. Tak bisa dipungkiri rasa cemburu itu masih ada. Melihat Damar rela mengorbankan nyawa demi ratu membuat kebencian di dalam dirinya kian bergejolak. Ia semakin berambisi untuk menghancurkan Ratu Sekar Ayu dan kerajaannya.Setelah menerima kabar soal kondisi ratu, Utari segera menemui Pangeran Wiguna untuk membicarakan rencana besar yang akan ia jal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status