Universitas Valley of Art
Tidak terasa satu semester telah berlalu, kehidupanku sangat sempurna semua keinginanku dengan mudah aku dapatkan, dimanjakan oleh kedua orangtuaku membuat aku sedikit sombong, selalu mengatakan apapun yang ada dipikiranku tanpa memikirkan perasaan orang lain. Meski begitu aku tidak segan menolong seseorang jika membutuhkan bantuanku.
Aku tidak pernah mencari masalah atau menyiksa seseorang yang tidak bersalah. Aku hanya menggunakan kekuasaan atau nama besar orang tuaku saat diperlukan saja, tidak pernah menggunakannya untuk menghina atau membully orang lain tanpa alasan.
“Indeks Prestasiku hanya 3” Keluhku lemas menatap nanar hasil belajarku.
“Sudahlah baru semester 1, masih banyak waktu memperbaikinya” Hibur Anastasia.
Stefany mendapatkan 3,5 sedangkan Anastasia mendapatkan angka sempurna yaitu 4, sebenarnya angka 3 termasuk baik, namun berhubung Stefany dan Anastasia berada jauh di atas angka 3, Aku menjadi bad mood, aku juga tidak menyangka bahwa aku sangat kompetitif.
Entahlah sepertinya ada yang salah dengan otakku, Mom bilang aku menyukai fashion, namun saat aku mempelajari design. Otakku sepertinya menolak, pada saat memadupadankan warna, otakku hanya memilih warna hitam, abu tua dan navy. Aku harus belajar extra agar semester depan bisa mendapatkan hasil lebih baik.
“Ibu dan Ayahku akan pergi ke luar negeri selama satu minggu, bagaimana kalau kita piyama party di rumahku?” Tawar Stefany dengan menggebu-gebu.
“Bukannya di rumahmu masih ada kakakmu?” Tanyaku malas.
“Aku bisa mengusirnya” Jawab Anastasia kejam.
“Adik durhaka” Anastasia mencibir.
Aku dan Stefany pernah mengunjungi rumah Anastasia beberapa kali, rumahnya sangat sederhana, awalnya Anastasia malu dengan kondisi rumahnya, namun Aku dan Stefany tidak pernah memperlihatkan wajah tidak nyaman selama di rumahnya, membuat Anastasia dan ibunya tenang dan tidak segan menerima kami sebagai tamunya.
Anastasia dan Stefany pun sering berkunjung ke rumahku, tentu saja Mom sangat senang, selama 19 tahun tidak ada temanku yang pernah menginjakkan kakinya di rumah kami. Mereka yang pertama. Mom sampai menyewa koki untuk menyambut mereka, padahal mereka ke rumahku hanya untuk mengerjakan tugas kelompok.
Kami sudah tidak canggung lagi karena masing-masing orang tua kami sangat menyayangi kami bertiga, mereka sangat senang melihat persahabatan kami.
“Ayolah, Ayah dan ibuku pasti senang kalian menemaniku saat mereka di luar negeri” Pinta Stefany dengan mata memelas..
“Aku akan meminta izin kepada Mom-mu Jen, dan kepada Ibumu juga Anastasia” Ucap Stefany percaya diri.
Apapun yang diinginkan Stefany harus didapatkan, Stefany memang dibesarkan di lingkungan seperti itu, menjadi putri kesayangan dari keluarga kaya raya, menjadikannya sedikit keras kepala, namun beruntung dia tidak pernah kekurangan kasih sayang orang tuanya, sehingga dia tumbuh menjadi gadis baik hati ceria dan energik.
Entah apa yang dikatakan Stefany sehingga Mom dan ibu Anastasia mengijinkan kami menginap di rumah Anastasia.
“Anastasia, akan ku jemput kau jam 5 sore” Ucapku pada Anastasia
Anastasia hanya mengangguk mengiyakan.
Kediaman keluarga Dimitri
“Welcome to my house” Ucap Stefany dengan senyum sumringah
“Ini bukan pertama kali kami berkunjung ke rumahmu” Ucapku malas
Anastasia hanya menggelengkan kepalanya, Stefany langsung menyeret kami ke dalam kamarnya.
Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Arsen, kakak Stefany.
“Selamat sore kak Arsen” Ucapku berbarengan dengan Anastasia
“Oh hai, selamat sore gadis-gadis cantik” Balas Arsen
“Ini si pintar Anastasia kan? Dan si cantik Jenny?” Tebak Arsen sambil menyunggingkan senyum terindahnya
Kami berdua hanya menyunggingkan senyum sambil mengangguk ringan
“Playboy Internasional sedang beraksi, jangan mengganggu gadis-gadis polos” ucap Stefany sinis
“Aku heran mengapa Gadis cantik dan pintar seperti kalian betah berteman dengan gadis barbar seperti dia?” Arsen bertanya pada kami dengan sungguh sungguh.
Stefany pun menjitak kepala kakaknya, kami hanya menonton adegan pertarungan sengit antara kakak beradik sambil menggelengkan kepala, Aku dan Anastasia adalah anak tunggal, sangat menyenangkan melihat interaksi kakak beradik ini.
“Kakakmu sangat menyayangimu” Ucap Anastasia.“Kau bilang Arsen dengan kelakuan seperti itu sangat menyayangiku?? Kau gila” Sembur Stefany.“Aku dan Anastasia adalah anak tunggal, jujur saja, aku cemburu padamu Stefany” Jawabku jujur.Anastasia menganggukkan kepalanya tanda setuju.“Coba saja hidup dengannya seminggu saja, kalian masih waras saja sudah bagus” Cibir Stefany.“Apakah boleh aku meminjamnya selama satu minggu??” Jawabku dengan tatapan nakal“Kau menyukai kakakku?” Tanya Stefany serius.“Kenapa tidak? Kakakmu tampan, pintar, mudah bergaul dan tamp
Keesokan paginya Stefany mengajak kami untuk lari pagi di taman dekat rumahnya. Taman ini sepertinya khusus dirancang untuk berolahraga, ada track jogging dan terdapat beberapa peralatan olahraga. Arsen pun ikut kami jogging dengan alasan menjaga kami karena khawatir kami hanya 3 orang perempuan. Stefany memang tidak bisa melihat kalau kakaknya sangat menyayanginya.“Jenny, kau berjalan saja, tidak usah berlari” Seru Stefany.“Jangan perlakukan aku seperti orang sakit, Stefany” Ujarku tidak suka.“Kalau kau capek, biarkan aku menggendongmu” tawar Arsen.“Kakak mau menggendongku?” Tanyaku dengan puppy eyes.“Tentu saja”
“Pak antarkan saya ke Glora Victory” Pintaku kepada supir taxi.Setelah sampai disana, aku melihat cukup banyak orang, mungkin karena ini hari libur, Glora Victory adalah tempat olahraga terlengkap, terdapat stadion sepak bola, trek lari, kolam renang, gym, lapangan basket dan lain-lain.Tempat pertama yang kukunjungi adalah trek lari, di sana ada beberapa kelompok remaja, dilihat dari postur tubuh mereka dan potongan rambutnya yang cepak aku tebak mereka akan ikut tes militer.Aku sedikit melakukan pemanasan, lalu aku berlari dengan kecepatan sedang, lama kelamaan kecepatan lari ku semakin meningkat, bahkan kelompok remaja tad
Markas tim ObsidianAdrius POV7 bulan telah berlalu, semenjak Alcie dinyatakan gugur dalam misi, aku mengubur diriku dalam kesibukan misi, tak pernah aku merasa seterpuruk ini. Apakah yang dikatakan rekan-rekan tim ku benar? Bahwa aku mencintai Alcie? Entahlah.“Adrius, maukah kau kencan buta dengan temanku?” Tawar Varro.“Apa kau tidak bosan menjodohkannya terus?” Hardik Brian.“Gladis, pramugari maskapai Eagle sangat cantik, dia bersedia berkencan denganku bila teman dekatnya dikenalkan denganmu, Adrius” Pinta Varro.“Sudahlah, kemarin ketiga kalinya Adrius melaku
Taman belakang markas ObsidianAdrius sedang duduk ditaman menikmati kopi hangat dan semilir angin sore, dia mengenang Alcie, wanita yang sanggup memporakporandakan hatinya, dia tidak menyangka akan jatuh cinta begitu dalam kepada gadis dingin itu, sebelum dia bisa mengungkapkan perasaannya, Alcie telah tiada. Beribu penyesalan bersarang di hatinya.Alcie dingin namun selalu memperhatikan keselamatan tim nya, dia rela menderita demi menjamin keselamatan dan keamanan rekan timnya, di balik datar ekspresi wajahnya, tersembunyi perhatian besar kepada semua anggota timnya.Alcie selalu mengingat bahkan memberikan hadiah manis saat ulang tahun rekan rekan satu timnya. Walaupun tidak diberikan langsung dan pasti hanya digantungkan di gagang pintu.Perhatian dan sikapn
Saat dia menyerahkan coat coklat baru aku paham, cepat-cepat kuganti bajuku dengan coat, dia pun membuka bajunya dan menggantinya dengan mantel marun, lalu membuang baju kami ke tempat pembuangan baju bekas, kulihat dia memoleskan lipstik merah di bibirnya.“Kapten, kau membawa lipstick saat misi seperti ini?” Racauku.Entahlah mungkin aku sedikit mabuk, sehingga menanyakan hal tidak penting kepada Alcie.Alcie membuka bagian bawah lipstick tersebut, terdapat suatu alat, sepertinya bisa dijadikan alat kejut, aku mengangguk-angguk paham.Beberapa bodyguard menghampiri kami, mereka melangkah memasuki gang. Alcie menjadi pucat, walaupun mereka telah mengganti baju, namun bisa saja mereka mengenalku, karena wajahku pasti terekam CCTV , sedangkan Alcie telah berub
Misi dijalankan dengan sukses, tim Obsidian merayakan hal tersebut dengan minum-minum dan makan malam dengan daging panggang ala-ala BBQ.Alcie mengacuhkanku, setelah insiden ciuman kami, dia tidak berbicara padaku satu patah kata pun, sedangkan dengan yang lainnya, dia bergurau seperti biasanya, memuji pekerjaan mereka, karena bekerja dengan sangat bagus. Namun Adrius tidak mendapatkan itu.Alcie mohon izin untuk tidur terlebih dahulu, tinggal Aku, Brian, Varro dan Gerrald yang ada di atap menyelesaikan BBQ kami sambil mengobrol ringan.“Kulihat Kapten mendiamkanmu Ardius.” Selidik Brian.Brian memang sangat peka.“Apa kau membuat kesalahan yang besar?” Tanyanya lagi.
Kediaman keluarga AlexJenny POVAku tertelungkup di kasur yang nyaman, tanganku memegang sebuah balpoin, kutuliskan memori-memori asing yang bermunculan di kepalaku. Kutuliskan semua itu dalam buku berwarna biru, diary pink yang kumiliki sebelum hilang ingatan, tak pernah kusentuh, entahlah aku merasa tidak berhak menambahkan sesuatu di buku itu.Pistol, darah, pisau, lautan, gunung es, penyekapan, bergelantungan di atas gedung dan Adrius. Adalah kata-kata yang kutulis di buku diaryku.Aku bangun lalu menatap pantulan diriku di cermin.“Siapa kau? Apakah benar kau adalah Jenny? Kalau bukan Jenny, lantas siapa dirimu? Apakah kau siap menerima kenyataan jika kau memang bukan Jenny? Apa kau siap kehilangan Mom, Dad, sahabat dan kehidu