Home / Fantasi / The Peacemaker / Bab 10. Menerima Keadaan

Share

Bab 10. Menerima Keadaan

Author: riwidy
last update Last Updated: 2021-12-17 02:30:00

"Menerima keadaan sebagaimana adanya dan berusaha untuk tabah dan kuat seiring tantangan hidup yang makin bertambah, akan membuat manusia bertumbuh menjadi manusia seutuhnya."

"Bukan cuma banyak tapi ...." ucap pak Toni menggantungkan kalimatnya sambil mengedipkan matanya jenaka. 

"Apa maksudnya? Ah Bapak bikin kepo aja. Hayo cerita." Arga duduk menunggu jawaban pria tua itu.

Pak Toni tersenyum-senyum sendiri,  melihat betapa antusiasnya tuan mudanya mengetahui masa lalunya. 

"Tuan Muda Arga dulu itu memang tipikal orang yang disiplin, pekerja cerdas dan berkemauan keras.  Sangat galak, tegas, sekaligus terkadang kejam.  Tetapi menghadapi wanita,  terutama yang cantik dan seksi selalu ... Kalah!  Hehehe. Soal pacar jangan ditanya, pastilah ngantri hahaha."

"Astaga.  Beda jauh sama Arga yang ini,  Pak Toni.  Aku mah dulu sampai dilabeli
riwidy

Sabar Arga... Biarkan mereka tertawa saat ini menuju kematiannya.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • The Peacemaker   Bab 38. Penjelasan Maya

    "Seperti menunggu waktu untuk membuka misteri yang sebenarnya sudah terbuka perlahan. Hanya butuh penegasan kecil semata." Maya mengisyaratkan agar Arga bisa lebih bersabar.Arga memaklumi dan kemudian mereka berperan kembali sebagai murid dan guru untuk beberapa lama, mungkin sekitar 2 -3 jam. Waktu tak terasa sudah berlalu. Saat usai pelajaran di pembelajaran soal teori IT nya, kembali Arga menajamkan pandangannya kepada guru cantik tersebut. Arga kini tak merasa gentar lagi. Toh Maya sudah berjanji sebelumnya kan? Kini saatnya dia menagih janji guru cantik itu.Maya yang tahu pria di depannya itu menuntut penjelasannya hanya bisa tersenyum kecil sambil merapikan alat-alat mengajarnya, dimasukkannya secara perlahan ke dalam tas selempang berbahan kulit sederhana berwarna abu-abu dengan aksen hiasan putih di tepinya.Arga mendesah dengan tak sabar sambil terus memandangi Maya yang memang sangat layak pandang terutama sepasang mata lelaki alias tak membosankan sama sekali untuk di

  • The Peacemaker   Bab 37. Maya Bergabung

    "Terkadang lawan jadi teman adalah tindakan yang terbaik karena konon ada terdapat lebih nilai kejujuran di sana."Maya melihat Arga dengan tatapan aneh."Tuan kenal dengan papaku?" "Aku tentu tahu Bu Guru, Mr Albert kan? Siapa sih yang tidak kenal seorang dari 7 penguasa nan mulia dan kaya raya itu?" Wajah Arga sangat masam dengan pandangan mata tajam. Rupanya Maya bisa merasakannya juga, terdengar dari suara Arga yang sedikit tergetar."Sepertinya nada suara Tuan Arga terdengar sangat sinis. Itu sangat kentara dari getaran suara Tuan. Apa ... hmm ... maaf, apa Tuan sangat membenci papaku?"Maya menebak tepat isi hati Arga yang memang sangat membenci Mr Albert itu. "Beliau itu, papamu itu ... maaf ya kalau perkataanku ini tidak terdengar sopan dan menyakiti hatimu, kurasa Mr Albert tipe penguasa yang paling bermuka dua dari ketujuh penguasa. Dan jujur saja aku memang paling benci tipe manusia seperti itu. Lebih baik orang jahat itu bermuka jahat bukannya berlawanan, bermuka gan

  • The Peacemaker   Bab 36. Ketahuan

    "Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya sekali waktu akan terjun bebas ke bawah juga."Arga melirik ibu guru cantik itu dengan sungkan. Dia tahu wanita itu paling tidak suka diganggu saat ada pelajarannya. Tentu saja ini bisa berefek pada pelajarannya yang diperkirakan akan makin ketat. "Aaargh!"Arga mendengus dengan kesal sambil mengacak rambutnya. Dia bisa memastikan itu pasti Ryan. Sahabat sekaligus asistennya itulah yang paling mungkin memiliki kenekadan juga nyali untuk mengganggunya dengan sejuta alasan.Pak Tony si kepala ART tidak mungkin berani mengetuk pintu sekarang, apalagi pembantu lainnya. Mereka memiliki aturan tak tertulis yang sudah ditetapkan tuan muda, bahwa ketika dia sedang berada di ruang kerjanya atau sedang belajar seperti sekarang tak boleh sama sekali mengganggunya kecuali mau memberikan minuman atau makanan yang sudah dia pesan sebelumnya. "Ryan ya ... Ada apa? Masuk! Awas kalau tidak penting!" Belum-belum Arga sudah mengancam teman sekaligus tangan

  • The Peacemaker   Bab 35. Adu Otak Atau Fisik?

    "Menang atau kalah bukan tujuan dalam persaingan atas nama rasa sayang." Maya tergagap, "Iii ... iya, baiklah." Maya hanya memandang tajam tuan muda itu sekilas dan mengomel dalam hati dengan keras, 'dasar Argaaaa. Tuan muda ganjen! Huh nyesel aku kenapa balik kerja ke sini. Persetan dengan segala aturan dasar attitude pegawai. Aarghhh! Ini pasti aku lagi dikerjain. Ah bos muda peak! Seumur hidup aku paling benci sama olahraga apalagi senam. Kayak ibu-ibu kelebihan lemak aja. Aku kan sudah ramping seksi dan sehat dari kecil. Ah sial sial siallll!' Langkah gontai Maya menuju ke depan, artinya berdirinya tepat di belakang sang instruktur senam Arga, ternyata diiringi berbagai macam jenis pandangan mata dari sekitarnya. Kebanyakan pandangan iri, dengki juga sakit hati dari beberapa kaum hawa yang selalu ingin lebih dekat dengan tuan muda yang rajin berolahraga itu. Sedangkan beberapa pria hanya menggelengkan kepala atau mengangkat bahu tanda tidak peduli. Sisanya hanya tak tahu menah

  • The Peacemaker   Bab 34. Pergi untuk Kembali (Lagi)

    "Rasa rindu akan seorang yang pergi merupakan pertanda dia akan membutuhkanmu juga dan kembali."Maya terus bicara sendiri, merasa heran tanpa akhir. Dia takjub. Dia sangat membenci hal ini tetapi anehnya di lain pihak merasa sama sekali tidak berdaya. Ini keadaan yang sangat lain daripada yang lain. Batinnya sangat ramai bertentangan menyebabkan mulut manisnya terus berkicau sendiri. "Iya! Pasti dia tidak normal! Soal gaya sepak terjangnya dengan wanita-wanita yang dipamerkan di sosmed adalah omong kosong besar! Itu pasti palsu, hoax, pencitraan semata sebagai seorang artis muda, biar dikira Don Juan yang uwow ... ya kan? Iya dong!" serunya keras pada cermin yang diam di depannya.Maya mengangguk yakin. Tapi dasar hati terdalamnya kembali membantah. Dia menggeleng kemudian dengan lemah. 'Kalau dia tidak normal, kenapa juga itunya bisa tegak saat aku menjulurkan kakiku? Ah, sialll! Dia pasti berjuang keras menahan libidonya! Jadi dia pria normal dong?'"Arghhhh ... ARGA SIALAN!" ben

  • The Peacemaker   Bab 33. Pergi Untuk Kembali

    "Kepergian seseorang yang meninggalkan tanya pedih dalam hati. Bisa jadi itu cinta yang belum disadari.""Kenapa Tuan?""Anda tidak saya ijinkan keluar dari pekerjaan ini. Saya masih butuh bimbingan Nona. Janjinya apa kemarin lusa? Mau kasih soal baru untuk dipecahkan. Apa itu cuma janji kosong?" Arga menuntut sambil mengingatkan. "Maaf, masalah soal yang baru itu akan saya kirim lewat email. Dunia ini sudah demikian global, Tuan , tidak wajib harus bertemu langsung kan? Maaf untuk sekarang saya tetap akan keluar dari pekerjaan ini, Tuan Arga. Dengan atau tanpa ijin Tuan," tegas gadis cantik itu. "Begitu? Baiklah kalau Anda bersikeras, Nona Tenny." "Baiklah, saya mohon diri, Tuan. Terimakasih atas semuanya dan maafkan apabila hari terakhir kemarin saya berulah tidak wajar. Soal gaji dan bonus pun bisa dilanjutkan dikomunikasikan lewat email atau sosmed saya." Maya menundukkan kepalanya juga menekuk tubuhnya hampir 90 derajat untuk menghormati bosnya, lalu mau segera melangkah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status