Semangat Arga dengan latihan dan comebacknya!
"Segala sesuatu harus berjalan seimbang, serasi dan sesuai. Seperti halnya hidup yang diharap indah ini." "Iyakah Pak Budi? Alhamdulillah. Ini juga hal yang saya herankan, Pak. Padahal saya lupa masalah lainnya, tapi tentang gerakan bela diri kenapa seperti familiar ya?" Arga terheran-heran sambil mengerutkan alis bagusnya. "Saya lihat postur tubuh Pak Arga sangat bagus. Dulu sejarahnya juga sudah biasa syuting film aksi laga kan? Jadi mungkin tubuhnya sudah terkondisi untuk melakukan gerakan bela diri. Hanya lupa sesaat karena amnesia saja,"jelas Pak Budi. "Oh bisa begitu ya? Ajib." Arga tersenyum lebar. "Bisa dong, Pak Arga. Saya juga mempunyai murid bela diri lain yang kurang lebih memiliki kondisi seperti Bapak." Pak Budi tersenyum. "Dia juga amnesia begitu karena kecelakaan? Trus bisa bela diri lagi dengan mudah?" Arga tetap tidak menye
"Benci melihat orang yang kejam bersuka cita, bagai membakar rumah sendiri akan terasa kepanasan.""Kenapa Tuan Muda nggak memakai komputer saja sih, Tuan? Selain komputer gede, ada juga laptop yang kecil itu. Memakai buku sebesar itu sepertinya sudah terlalu jadul. Maaf banget hehe kok saya nyela bos sendiri. Tuan Arga yang dulu itu padahal gadget freak lho Tuan. Beliau sangat suka segala macam gadget, jadi di rumah ini semua ada. Lengkap." Pak Toni menjelaskan."Iya ya Pak Toni? Pantesan segala macam alat ada di rumah ini, sampai aku bingung apa sih fungsinya. Hehe. Pas ada waktu bantuin petunjuk cara memakainya ya, please Pak Toni?" Arga memohon."Siap Tuan Muda. Kalau alat dapur dan bersih-bersih saya tahu, tapi tidak ada gunanya Tuan Arga tahu kan? Kan sudah ada ART? Tapi kalau yang dimaksud Tuan urusan komputer dan laptop, saya eh ...  
"Dendam pun perlu disusun rapi agar dapat diimplementasikan dengan elegan." "Pastilah Tuan. Saya ada untuk membantu apa saja yang bisa dilakukan. Pria tua ini juga siap mendengarkan sebuah misteri. Saya sudah kepo sejak lama, tapi Tuan Muda masih saja menyimpannya. Lalu saya mencoba main tebak-tebakan, eh ternyata benar. Sebuah dendam lama yang butuh pelampiasan. Silakan cerita semuanya, Tuan Muda." Pak Toni tersenyum memahami. "Aih, paling bisa ngomong nih, Pak Toni. Makasih ya untuk perhatiannya. Juga kesabarannya. Menunggu sebuah misteri terkuak. Halah kaya apa aja misteri hehe." Arga merasa geli sendiri. "Iya kan, itu bener, kalau suatu masalah belum terungkap bisalah disebut sebuah misteri, Tuan Arga hehe." Pak Toni bersikeras. "Iya deh, Arga mengalah sama yang senior. Masih mau denger nggak Pak Toni, apa misterinya seorang Ar
"Semua hal harus diukur dengan cermat, mengetahui ukuran dan menentukan apa yang harus dilakukan." by Arga."Hahahaha dan kamu berhasil kukelabuhi? Maafkan aku, Ryan. Itu nggak sengaja suer! Kamu nggak tahu, Bro. Aku juga bingung menerima berkah ini." Arga mengusap wajahnya."Ya ini berkah buatmu. Tapi tahu nggak, bisa jadi musibah buatku, Bree. Trus gimana nih, kamu bisa akting dan jadi foto model? Kamu biasa lakukan itu nggak?" Wajah Ryan menunjukkan kekuatiran lebih sebagai sahabat daripada manajer."Ya jelas tidak terbiasa, Bro. Arga ini kan aslinya dulu cuma cowok miskin berusia 30 tahun. Jelek, nggak modis, nggak bisa bela diri, kudet sama teknologi dan fisik payah kurus tinggi langsing. Hahaha." Arga tidak merasa malu menjelekkan dirinya sendiri. "Seneng dong kamu lahir kembali jadi kaya, berotot bin cakep gini?" Ryan m
"Keluarga baru adalah keluarga asing yang kita harus terbiasa dengannya. Dengan kekurangan dan kelebihannya." "Iya, beres. Itu kerjaan sudah ada scedul matang kan. Lagian aku sudah berencana mulai mengurangi kerjaan artis. Sudah kauurus kan, Bro? Oiya, ke depan aku berencana ingin membekali orang di sekelilingku ilmu beladiri secukupnya. Hitung-hitung biar sehat sekaligus bisa membela diri sendiri. Ke depan bisa ikutan membela keluarga mereka sendiri dan juga Bumintara. Keren nggak ideku? Aku sendiri ntar yang jadi gurunya." Arga merasa geli sendiri, mengerahkan orang sampai di sekelilingnya juga. "Weh, keren. Aku boleh ikut, Ga?" Ryan malah ikutan ingin belajar ilmu beladiri bosnya. "Boleh. Kamu memangnya belum bisa ilmu bela diri, Yan? Kirain mah sudah bisa, secara asisten pribadinya seorang artis sinetron laga kan dulu?"
"Semua hal bisa dipelajari. Termasuk hal mustahil yang tak terpikirkan. Semua karena usaha keras, niat dan waktu." "Ogah, geli!" Arga bergidik tidak bisa membayangkan ada kursi bisa memijit. Dia sangat tidak menyukai sentuhan. "Enggaklah, enak tahu! Atau aku sediain cewek saja khusus memijitmu?" Ryan terus mendesak. "Jangan! Dobel No! Bisa kaku badanku ntar, bukannya sembuh malah cari penyakit itu namanya. Astaga tega ya nawarin hal terlarang begitu?" Arga menggeleng keras. "Lah kok bisa? Enak lagi dipegangin cewek apalagi yang seksi kan. Kayak di panti pijat plus-plus gitu hihi. Apa alasannya kau menolak? Apakah kau lelaki tidak normal, Ga?" Ryan hanya mengetes kepribadian Arga baru ini. "Eh sembarangan, aku normal tahu! Justru karena normal, aku menjauhi penyakit karena mereka, para wanita it
"Kekayaan luar biasa bisa memudahkan hidup. Tetapi sayangnya juga mampu membutakan banyak hati."Sore itu lagi-lagi di sela-sela belajar komputer dan gadget lainnya, Arga berguman dengan mata bersinar."Keren yah, teknologi itu mah. Kagum aku!" teriak Arga heboh. "Lha iya dong, Ga. Walau yang ini nggak ada apa-apanya sih. Sorry to say ya, kamu yang dulu itu ngomong-ngomong jiwanya katrok banget sih? Hahaha. Maaf ya." Ryan sudah bersiap kabur melirik Arga yang menyebikkan bibirnya."Eh, namanya juga jiwanya berbeda, Yan. Kamu kok berani meledekku, bisa tak pecat sekarang lho!" Arga pura-pura marah."Ampun, Ga. Jangan dong, tadi cuma becanda. Ntar aku nggak kerja lalu siapa yang biayain anak bini aku, Ga?" Wajah memelas Ryan mendekat ke wajah bosnya itu.Arga mendelik dan m
"Kebaikan hati tidak bersumber dari tampilan luar yang baik. Tetapi tampilan walau seadanya yang merawat hati dengan baik, maka baiklah jadinya.""Begini saja, cukup nggak, Ga?" Ryan bertanya pada konsep kata-kata iklan atau promo melalui medsos yang akan dipesankannya pembuatan profesionalnya ke ahlinya nanti."Hmm sebentar ... bagus sih. Lumayan. Sudah cukup ini, Yan. Kirim aja konsepnya ke pembuat iklan sekarang, lebih cepat lebih baik. Jadi tidak banyak buang-buang waktu." Arga hanya takut rencananya belum lagi terealisasikan tapi dia keburu minggat dari tubuh ini, bisa berantakan semua nanti. Dia harus bergerak cepat."Baiklah, Bos." Ryan memaklumi kemauan kuat bosnya. Bagi Ryan apa yang diinginkan Arga sangat benar, membalas kejahatan dengan yang setimpal adalah kebenaran hakiki.***Arga saat ini, sambil menunggu datangny