Share

:: Part 2 ::

Ghafur Zahtaf

Aku sangat kecewa karena dia membohongiku, aku jatuh cinta kepada sosok wanita lemah lembut yang selalu duduk sendiri di ujung cafe tempat aku bekerja. Aku hanya seorang waiter dan terkadang aku menyanyi di cafe ini.

Gadis yang mencuri perhatianku ini adalah seorang murid beasiswa di sekolah bergengsi di london. Aku tahu saat kami berkenalan hingga akhirnya kami saling jatuh cinta, meski hubungan kami baru berjalan satu tahun tapi aku yakin aku sangat mencintainya dan aku bermaksud melamar nya tepat setelah dia lulus tahun ini.

Dan saat itu pula semua kepahitan ini harus ku terima. Dia bukan wanita biasa, aku tahu saat dia keluar dari kampusnya menggunakan sebuah mobil mewah dan beberapa pengawal mengikuti mobilnya.

Buket bunga buatan ku yang tak seberapa itu pun hancur jatuh dari tanganku.

Aku sangat membenci kebohongan dan dia sudah membohongiku dengan mengatakan kalau dia hanya orang biasa seperti ku.

Aku bertanya namanya kepada salah satu siswi dikampus itu yang sedang sibuk berfoto dengan teman-teman nya.

Aku bertanya apa ada wanita fakultas kedokteran bernama Viza disana. Dan kebetulan sekali orang yang kutanya adalah siswi fakultas kedokteran dan dia menjawab tidak ada, apalagi saat aku menjelaskan kalau viza adalah siswi beasiswa. Dia dengan pasti menjawab tidak ada murid kedokteran yang mendapatkan beasiswa tahun ini.

Aku pergi meninggalkan kampus itu dan kembali ke rumahku.

Ponsel ku bergetar dan aku tahu itu pasti Viza, dan benar saja. Wanita pembohong itu menelpon ku.

"Apa kau mau mengatakan kebohongan lagi tentang dirimu. Apa kau menjadikanku bahan permainanmu ha? Kujelaskan padamu aku tidak ingin melihat wajahmu lagi."

Masih terdengar jelas oleh ku kalau Viza memanggil namaku dengan lirih. Dia pasti terkejut aku mengetahui kebohongannya.

Setelah hari itu aku tidak pernah lagi bertemu dengan nya, mungkin dia menganggapku hanya permainannya saja sampai surat darinya kudapatkan dari Carlos teman ditempat ku bekerja.

Disurat itu dia mengatakan sangat mencintaiku dan dia melakukan kebohongan karena itu harus dia lakukan demi menutupi identitasnya.

Dia meminta maaf dan ingin bertemu sekali saja denganku malam itu, tapi karena egoku aku tidak datang menemuinya.

Sampai hari ini, dipesta megah disebuah kerajaan yang bernama Fortania ini aku datang dan melihat wajah nya. Dia begitu cantik dengan balutan gaun putih yang menjutai panjang. Betapa menyedihkannya kisah cintaku, aku bernyanyi dipesta pernikahan wanita yang kucintai dan aku sama sekali tidak tahu kalau dia adalah seorang Putri.

Aku memalingkan wajahku saat dengan sedihnya dia menatapku.

Lagu yang kunyanyikan ini adalah lagu pertama yang kuciptakan sendiri saat aku jatuh cinta dengannya. Aku melihat airmata disudut matanya saat dia berdansa dengan teman baikku yang seorang tak lain adalah suaminya saat ini.

Aku berteman baik dengannya karena dia pernah menolongku saat aku tertabrak oleh mobil dan dia menolongku. Dia memberikan darahnya untukku saat itu, dan setelahnya kami sering bertemu dan berteman baik. Dia menyukai permainan pianoku dan suaraku, dia sendiri yang meminta aku bernyanyi di pesta pernikahannya, dan sebagai teman baik aku menyetujui permintaan kecilnya itu yang tak ku tau menjadi luka yang tak bisa kuhapuskan.

Dari pantulan kaca didepanku aku melihat wanita yang kucintai dicium oleh suami nya sendiri. Aku seakan mencari udara untuk ku bernafas dan dengan sedikit berat aku meninggalkan piano itu. Kepergianku diiringi tepuk tangan para bangsawan dan orang-orang hebat didalam istana ini.

Meski dia tidak menikah dia begitu jauh untukku, dia ternyata seorang Putri yang selalu menjadi misteri bagi masyarakat awam seperti ku. Dia ternyata Putri Vienza dari Fortania yang selalu dikatakan Putri paling cantik dibumi ini.

Ponsel ku bergetar dan aku langsung mengangkatnya.

"Hei... Kau dimana. Jika kau ingin beristirahat aku bisa menyuruh seseorang membawamu ke sebuah hotel di Fortania ini. Sore hari kita akan langsung ke tempatku. Kau ingat janjimu bukan?"

Aku mengingat janji yang kubuat dengan teman baikku itu. Dan aku membuat janji itu karena ingin menjauh dengan kenangan ku dan Viza. Tapi sayangnya sosok nya sekarang pasti akan selalu terlihat olehku.

"Ya aku ingat. Tenang saja aku hanya mencari udara segar. Nikmatilah pestamu dan selamat atas pernikahanmu." Sambungan telpon terputus setelah pangeran mahkota itu mengucapkan terimakasih.

Aku berjalan setelah meredakan semua perasaanku, aku kembali ke Aula itu setelah dua jam aku meninggalkan acara. Kulihat Viza hanya memandangi lantai aula itu. Aku tahu dia merasa bersalah, saat aku ingin mendekati tempat dimana dia dan yang lainnya berbicara kulihat dia pamit dan berjalan menuju sebuah paviliun.

Ada banyak pelayan yang mengikutinya dari belakang.

Viza yang berarti Vienza....

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status