Ghafur Zahtaf
Aku sangat kecewa karena dia membohongiku, aku jatuh cinta kepada sosok wanita lemah lembut yang selalu duduk sendiri di ujung cafe tempat aku bekerja. Aku hanya seorang waiter dan terkadang aku menyanyi di cafe ini.Gadis yang mencuri perhatianku ini adalah seorang murid beasiswa di sekolah bergengsi di london. Aku tahu saat kami berkenalan hingga akhirnya kami saling jatuh cinta, meski hubungan kami baru berjalan satu tahun tapi aku yakin aku sangat mencintainya dan aku bermaksud melamar nya tepat setelah dia lulus tahun ini.
Dan saat itu pula semua kepahitan ini harus ku terima. Dia bukan wanita biasa, aku tahu saat dia keluar dari kampusnya menggunakan sebuah mobil mewah dan beberapa pengawal mengikuti mobilnya.Buket bunga buatan ku yang tak seberapa itu pun hancur jatuh dari tanganku.
Aku sangat membenci kebohongan dan dia sudah membohongiku dengan mengatakan kalau dia hanya orang biasa seperti ku.Aku bertanya namanya kepada salah satu siswi dikampus itu yang sedang sibuk berfoto dengan teman-teman nya.Aku bertanya apa ada wanita fakultas kedokteran bernama Viza disana. Dan kebetulan sekali orang yang kutanya adalah siswi fakultas kedokteran dan dia menjawab tidak ada, apalagi saat aku menjelaskan kalau viza adalah siswi beasiswa. Dia dengan pasti menjawab tidak ada murid kedokteran yang mendapatkan beasiswa tahun ini.
Aku pergi meninggalkan kampus itu dan kembali ke rumahku.Ponsel ku bergetar dan aku tahu itu pasti Viza, dan benar saja. Wanita pembohong itu menelpon ku.
"Apa kau mau mengatakan kebohongan lagi tentang dirimu. Apa kau menjadikanku bahan permainanmu ha? Kujelaskan padamu aku tidak ingin melihat wajahmu lagi."Masih terdengar jelas oleh ku kalau Viza memanggil namaku dengan lirih. Dia pasti terkejut aku mengetahui kebohongannya.Setelah hari itu aku tidak pernah lagi bertemu dengan nya, mungkin dia menganggapku hanya permainannya saja sampai surat darinya kudapatkan dari Carlos teman ditempat ku bekerja.
Disurat itu dia mengatakan sangat mencintaiku dan dia melakukan kebohongan karena itu harus dia lakukan demi menutupi identitasnya.Dia meminta maaf dan ingin bertemu sekali saja denganku malam itu, tapi karena egoku aku tidak datang menemuinya.
Sampai hari ini, dipesta megah disebuah kerajaan yang bernama Fortania ini aku datang dan melihat wajah nya. Dia begitu cantik dengan balutan gaun putih yang menjutai panjang. Betapa menyedihkannya kisah cintaku, aku bernyanyi dipesta pernikahan wanita yang kucintai dan aku sama sekali tidak tahu kalau dia adalah seorang Putri.Aku memalingkan wajahku saat dengan sedihnya dia menatapku.
Lagu yang kunyanyikan ini adalah lagu pertama yang kuciptakan sendiri saat aku jatuh cinta dengannya. Aku melihat airmata disudut matanya saat dia berdansa dengan teman baikku yang seorang tak lain adalah suaminya saat ini.Aku berteman baik dengannya karena dia pernah menolongku saat aku tertabrak oleh mobil dan dia menolongku. Dia memberikan darahnya untukku saat itu, dan setelahnya kami sering bertemu dan berteman baik. Dia menyukai permainan pianoku dan suaraku, dia sendiri yang meminta aku bernyanyi di pesta pernikahannya, dan sebagai teman baik aku menyetujui permintaan kecilnya itu yang tak ku tau menjadi luka yang tak bisa kuhapuskan.Dari pantulan kaca didepanku aku melihat wanita yang kucintai dicium oleh suami nya sendiri. Aku seakan mencari udara untuk ku bernafas dan dengan sedikit berat aku meninggalkan piano itu. Kepergianku diiringi tepuk tangan para bangsawan dan orang-orang hebat didalam istana ini.
Meski dia tidak menikah dia begitu jauh untukku, dia ternyata seorang Putri yang selalu menjadi misteri bagi masyarakat awam seperti ku. Dia ternyata Putri Vienza dari Fortania yang selalu dikatakan Putri paling cantik dibumi ini.Ponsel ku bergetar dan aku langsung mengangkatnya.
"Hei... Kau dimana. Jika kau ingin beristirahat aku bisa menyuruh seseorang membawamu ke sebuah hotel di Fortania ini. Sore hari kita akan langsung ke tempatku. Kau ingat janjimu bukan?"Aku mengingat janji yang kubuat dengan teman baikku itu. Dan aku membuat janji itu karena ingin menjauh dengan kenangan ku dan Viza. Tapi sayangnya sosok nya sekarang pasti akan selalu terlihat olehku."Ya aku ingat. Tenang saja aku hanya mencari udara segar. Nikmatilah pestamu dan selamat atas pernikahanmu." Sambungan telpon terputus setelah pangeran mahkota itu mengucapkan terimakasih.
Aku berjalan setelah meredakan semua perasaanku, aku kembali ke Aula itu setelah dua jam aku meninggalkan acara. Kulihat Viza hanya memandangi lantai aula itu. Aku tahu dia merasa bersalah, saat aku ingin mendekati tempat dimana dia dan yang lainnya berbicara kulihat dia pamit dan berjalan menuju sebuah paviliun.Ada banyak pelayan yang mengikutinya dari belakang.
Viza yang berarti Vienza....Bersambung...
Akhtar omar bin Malik Dengan senang hati aku menerima permintaan ayahku untuk bertunangan dengan seorang putri yang tersohor kecantikannya dimuka bumi ini. Tidak ada satu pun yang pernah bisa mengungkap bagaimana kecantikan sang putri dibalik penutup wajahnya itu, tapi banyak orang yang percaya kalau sang putri sangat cantik. Bukan karena aku menginginkan putri cantik itu menjadi istriku, tapi karena aku sangat menyayangi ayahku. Aku tidak pernah suka terlibat dengan urusan wanita, cinta tidak pernah ada dalam kamus ku. Dengan gelar Pangeran Mahkota dari kerajaan terpandang tentu tidak susah bagiku menemukan wanita yang mahu menikah dengan ku atau bahkan menjadi teman tidurku. Mereka dengan senang hati melemparkan dirinya kepadaku. Segitu mudahnya hingga aku muak melihat mereka para wanita, tapi bukan berarti aku tidak normal. Putri Vienza, itu lah nama calon istriku, anak dari seorang Raja yang tak kalah tangguhnya dari ayahanda ku. Semingg
Vienza berada di halaman istana bersama beberapa pelayan dan tukang kebun istana. Dia menanam beberapa tangkai bunga mawar putih kesukaannya. Sudah seminggu diistana ini Vienza hanya melakukan hal-hal biasa sebagai seorang Putri dan istri. Dia pergi ke beberapa acara amal dan juga menghadiri undangan. Setelah pawai kerajaan yang dia lakukan bersama Akhtar, dia tidak pernah lagi melihat Akhtar berada didekatnya kecuali saat jam makan. Selebihnya pangeran itu sepertinya sangat sibuk, Vienza bersyukur karena Akhtar tidak lagi pernah masuk kekamar nya. Hari ini dia berinisiatif ingin menanam bunga mawar putih dihalam depan istana. Pelayan takjub melihat Vienza yang tak jijik memegang tanah dan pupuk. Sinar matahari juga tak membuatnya takut dan risih. Ghafur yang berjalan bersama Akhtar melihat Vienza sedang menanam bunga di taman itu, alhasil dia tak terlalu mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Akhtar. Dia tidak tahu saat Akht
Akhtar membeku melihat Vienza berada diruang pribadinya ini. Sama dengan halnya Tania, dia juga terkejut melihat wanita yang dia tahu pasti istri dari Akhtar. Putri Vienza ini benar-benar cantik pikirnya, pantas saja Akhtar belakangan ini susah sekali menemuinya. "Apa yang kau lakukan disini Vienza?" Akhtar masih ditempatnya menatap Vienza dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, istrinya itu memakai gaun tidur tipis dan tanpa bra nya. Sedikit dari dada Vienza terlihat dan leher mulus itu menggoda Akhtar sekarang. "Aku sedang melihat apa yang dilakukan suamiku diruangan ini bersama wanita lain". Vienza tidak suka berbasa-basi jadi dia langsung menyampaikan isi dari pikirannya. Dan sekarang dia sangat menyesali ucapannya. Akhtar menyeringai puas melihat wajah kesal Vienza. "Hahahhahaha... Maafkan aku Tuan Putri. Kau jangan takut aku akan melakukan hal macam-macam kepada suamimu ini. Yah... Walaupun dulu kami sering melakukannya." Tania berjala
Vienza masuk kedalam istana setelah pagi ini dia berjalan-jalan disekitar pasar di ibukota bersama seorang pelayan yang kemarin diperintahkan Akhtar untuk menjadi pelayan pribadinya. Akhtar pergi ke Moskow selama tiga hari dan dia malam ini akan kembali dari kunjungannya itu. Vienza tidak jadi ikut karena Akhtar tidak mengajaknya. Alasan Akhtar karena dia akan langsung pergi ke Qatar setelah selesai di Moskow. Vienza merasa lebih baik saat Akhtar tidak ada diistana. Tapi sepertinya dia salah, saat ini Ghafur sedang berdiri di gerbang pintu menuju kamarnya. Dia berpura-pura tidak melihat"Paula kau bisa kembali ke tempatmu. Aku akan istirahat sebentar. Letakkan buah-buahan ini dilemari es didapur istana." Vienza menyuruh pelayan nya itu pergi karena tak ingin Paula curiga kepadanya dan Ghafur.Dan dia akan segera masuk kedalam kamar saat tangan itu menahan tangannya. Vienza melihat tangan kokoh yang menahannya itu, dia heran kemana perginya penjaga kamar n
Vienza menarik nafas sebelum memulai bercerita. Dan Akhtar menatapnya dingin, walau dalam hati dia merutuki untuk berada sedekat ini dengan Vienza. "Aku mencintai seseorang, dan aku jatuh cinta kepadanya setelah aku memutuskan setuju untuk bertunangan dan menikah denganmu Pangeran. Saat itu kupikir aku akan menjalani hidup bahagia layaknya ibu dan ayahku yang juga dijodohkan. Tapi aku melakukan kesalahan dengan jatuh cinta kepadanya. Dan aku membohonginya." Akhtar geram mendengar awal pengakuan Vienza. Tapi Suara merdu Vienza seolah bisa membuatnya tidak berkata kasar kepada wanita ini. "Aku berbeda dengan ketiga kembaranku yang lain. Aku tidak pintar bergaul seperti adik perempuanku, aku juga tidak memiliki banyak teman seperti adik laki-laki ku. Aku selalu takut keluar dari istana, selalu takut akan ada lagi orang yang berusaha menyakitiku.dan karena itulah aku tidak pernah keluar istana selama sembilan belas tahun usia ku. Aku keluar istana jika ingin ke Indones
Fasya menarik tangan Vienza, Vienza bingung menatap Fasya. Dia melihat sekelilingnya penuh dengan wanita dan pria yang menggerakkan tubuh mereka tidak jelas. Ada yang saling menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang membuat Vienza merinding. Ghafur menggeram melihat Vienza bersama Fasya, ingin marah tapi tak bisa. Itulah posisinya yang menyedihkan sekarang. Akhtar melihat Fasya menarik tangan istrinya itu tapi dia hanya melirik sekilas dan kembali menatap wanita yang bersamanya saat ini. "Itu istrimu kan?" tanya wanita yang bernama Luna itu. Yang ditanya hanya diam tak menanggapi,Akhtar memegang pinggang Luna dan Luna tersenyum merona."Kurasa istrimu akan sangat terpukul melihat kau seperti ini."Akhtar memilih tak mendengar dan sibuk bermesraan dengan Luna sambil mengikuti irama musik.Vienza ditempatnya merasa dipermalukan dengan perlakuan Akhtar. Bukan karena dia cemburu,hanya saja karena Akhtar sudah melukai harga dirinya.semua orang disini tahu ka
Akhtar melihat diam-diam Vienza yang menyantap sarapan paginya.Semalam dia tidak jadi melakukan hal yang sangat ingin dia lakukan kepada Vienza. Pernyataan terakhir Vienza membuatnya merasa kesal kepada dirinya sendiri, dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi dan keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu membuat Vienza merasa bersalah.Akhtar melihat wajah muram Vienza pagi ini. Tumben sekali pikirnya, biasanya Vienza hanya akan memperlihatkan wajah dingin nya kepada semua orang.Suara Baginda Raja membuat lamunan nya akan Vienza tersadar."Akhtar sebelum penobatanmu sebagai raja dilakukan, ayah ingin kau mengajak Vienza berbulan madu terlebih dahulu."Akhtar terbatuk-batuk mendengar kata bulan madu."Tidak perlu ayah, lagi pula akan sangat melelahkan pergi jauh lalu datang dengan acara penobatan.""Kau ini, jangan membantah Akhtar. Kewajibanmu sebagai seorang suami mengajak istrimu pergi dan membuatnya bahagia. Bagaimana Vienza, apa
Vienza duduk menunggu Akhtar yang masih ditangani Dokter. Wajah datarnya terlihat jelas, meski dirinya sendiri sebetulnya khawatir akan keadaan Pangeran Akhtar. Tiba-tiba dia melihat Akhtar keluar dengan seorang Dokter, dia sedikit bingung kenapa Akhtar bisa berjalan santai seperti ini. "Maaf tuan Putri, Yang Mulia Pangeran tidak ingin dirawat dan beliau mau segera pergi dari Rumah Sakit." Jelas Dokter muda cantik yang mencuri pandang ke Akhtar, Vienza jelas tahu hal itu. "Aku merasa tidak perlu dirawat, dan jika aku dirawat perjalanan kita akan tertunda." Akhtar menjelaskan kepada Vienza dan dia merutuki perbuatannya. "Tapi kau harus istirahat Pangeran".Suara lembut penuh perhatian dari Vienza membuat jantung Akhtar berdetak dan ini tidak baik untuk dirinya. Tiba-tiba Akhtar menggenggam tangan Dokter muda itu didepan Vienza sebuah senyum nakal terlihat disana. "Baiklah aku akan istirahat sebentar bersama Dokter Suzan. Apa kau bisa men