Share

EP 02 - Kencan

Dering bel yang ada di atas pintu kafe terdengar ketika Ethan masuk. Ia merunduk, membaca pesan dari Joshua untuk memastikan posisi gadis blasteran itu. Lantai satu pojok dekat bunga anggrek. Ethan langsung mengedarkan pandangannya.

Tak butuh lama bagi manik coklatnya untuk mendapati seorang gadis duduk di sudut sana, sendirian. Namun parasnya berbeda dengan foto yang Joshua tunjukkan, membuat Ethan ragu. Namun gadis itu malah melambaikan tangan padanya. Membuat Ethan akhirnya menghampiri dan duduk di depan gadis itu, canggung.

"Joanna nggak bisa datang. Jadi aku yang gantikan. Nggak papa, kan?"

Ethan tersentak kecil mendengar aksen bahasa Indonesia gadis itu yang masih sangat mengambang. Berbeda dengan di foto, semua orang pun tahu gadis yang ada di depannya ini bukan blasteran. Tapi orang asing murni.

"Eh, Joshua juga nggak bisa datang. Dia harus jenguk neneknya di rumah sakit. Aku Ethan."

"Nggak masalah, aku sudah tahu. Joanna beri tahu aku langsung."

Ethan hanya mengangguk canggung. Tak tahu harus merespon seperti apa.

"Oh, iya. Aku Jennifer, sepupu Joanna. Panggil sana Jenn." ujar gadis itu manis dengan tangan terulur.

"Ethan." jawabnya menyebut ulang nama sembari menjabat tangan Jenn.

"Pesanlah sesuatu. Aku sudah." kata Jenn sembari menyodorkan menu.

Ethan jadi tak enak melihat Jenn dengan matcha yang sudah tinggal setengah. "Maaf, lama menunggu, ya?"

"Iya, lama. Aku hampir muak dengan semua ini. Tapi ketika melihat kamu, aku tahu aku tak akan menyesalinya."

Ethan melebarkan mata. Dua sudut bibirnya menarik senyuman canggung, lalu mengangguk. Mata lebar Jennifer sangat indah. Ethan jadi gugup dan kesulitan menguasai diri.

Joshua, Ethan juga tidak akan menyesali semua ini. Walau dalam hati nuraninya berharap, semoga Linda tidak akan pernah tahu dan tak mempermasalahkan hal ini.

**

"Lama ya, gerimisnya. Alamat hujan gede nih,"

"Tukang ojek pasti lagi sibuk-sibuknya,"

"Iya, mana tarif langsung naik mahal gila."

Percakapan teman-teman Ella masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Gadis itu sibuk sendiri merunduk pada layar ponselnya. Sampai Fara yang menyadari hal itu pun menyikut pelan Ella agar nimbrung dan tak tenggelam dalam dunianya sendiri.

Namun ia justru melebarkan mata melihat layar ponsel Ella. "Lo udah mau pesen ojek?"

"Iya, udah mau maghrib, kan." Ella meringis lebar mengingat peraturan ketat dalam keluarganya.

"Oh iya, ya." raut Fara seketika berubah tak enak. "Eh, yang bawa motor siapa? Anterin Ella lewat jalan tikus, gih. Udah mau maghrib, biar cepet sampai."

Percakapan itu seketika hening. Mereka saling pandang. Kebanyakan mereka membawa mobil, kalau tidak kemari naik ojek online. Sampai suara kunci motor terdengar, seseorang dari mereka bangkit.

"Ayo." kata Abian.

Ella mendongak, lalu tersenyum tipis. "Iya," sahutnya ikut bangkit. "Gue duluan, ya." sambung Ella berpamitan. Dibalas anggukan oleh yang lain.

Abian dan Ella pun berjalan keluar dari restoran cepat saji itu. Hari ini memang cukup ramai karena hampir setengah teman kelas Ella datang. Ya sebenernya bukan hal mengejutkan, mereka juara satu kompak kalau soal makan-makan.

"Gue nggak pernah pulang sama lo. Rumah lo dimana, La?" tanya Abian sambil mereka berjalan ke parkiran.

"Eng? Oh, gue—" Ella merapatkan bibir, mendadak diam tak melanjutkan. Abian adalah orang luar. Ella bahkan tak memberi tahu eksistensi Ethan kepada dua sahabat dekatnya Fara dan Lucy, apalagi pada Abian yang hanya sebagai teman kelasnya. Ella harus berhati-hati.

"Turunin di depan gerbang masuk Graha Candi aja, Bi. Gue sekalian mau ngambil titipan di sana." jawab Ella.

"Ha?" Abian mengernyit. "Graha Candi bukannya jalan masuk ke dalam masih jauh? Hujan loh, La."

"Udah nggak papa. Santai kali, Bi," kata Ella berusaha tetap santai. Ia menyikut pelan Abian untuk mengusir gundah di wajah cowok itu.

Tiba di parkiran, Abian langsung bersiap memutar motor dan menyalakan mesin. Sejujurnya, dia juga tak membawa jas hujan di bawah jok motornya. Abian berharap waktunya masih cukup sebelum jadi hujan besar untuk tiba di gerbang masuk Graha Candi.

"Udah, Bi." Ella menepuk pelan pundak Abian ketika ia sudah duduk di jok belakang.

Abian pun mengangguk. Ia mengunci kaitan helmnya lalu memajukan motor meninggalkan area restoran cepat saji itu.

Namun perkiraan Abian salah. Baru sampai setengah jalan, hujan tiba-tiba mengguyur deras. Membuat Abian terpaksa menyingkir ke sebuah ruko yang tutup.

"Sorry, La. Gue nggak bawa jas hujan. Kalo udah keburu banget waktunya, nanti gue yang ngomong ke orang tua lo kalo kita kehujanan."

Ella mengangkat dua alis, matanya melebar menatap Abian. Merasa tidak setuju dengan ide cowok itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status