Portal tersebut tidak begitu lama muncul, dan begitu Lyxia berhasil masuk ke dalam portal serta menginjakkan kakinya di dunia manusia, portal itu langsung menghilang begitu saja. Lyxia lalu melangkah dengan hati yang berbunga-bunga, berjalan melewati hutan yang indah itu menuju ke kota kecil yang letaknya tepat di sebelah hutan.
Setelah sampai di pinggir sebuah kota kecil, Ia langsung berlari menuju pasar yang pernah ia kunjungi waktu itu, hanya untuk melihat-lihat dan menebak, apakah Mikhel masih ingat pada dirinya atau tidak. Lyxia langsung berlari menuju sebuah kios sayur yang ia kunjungi ketika pertama bertemu Mikhel.
Ketika ia tiba di depan kios sayur, kedua matanya langsung terbuka lebar, melihat seorang pria berbadan kekar yang sedang mengangkut sebuah karung besar berisi hasil panen.
Lyxia dengan senyum lebar, seolah menemukan batu permata yang sangat indah, langsung saja berlari menuju pria tersebut sambil berteriak, "Mikhel!"
Mikhel terkejut mendengar suara teriakan, lalu menoleh ke arah Lyxia, serta tersenyum melihatnya. Lyxia yang dari tadi berlari dengan cepat, kini sudah berada tepat di hadapan Mikhel.
"Lyxia! Aku tidak menyangka bahwa kau akan datang! Ah, apa ada yang bisa kubantu?!" tanya Mikhel yang wajahnya terlihat berkeringat karena membawa karung-karung berat dan besar masuk ke dalam kios sayur.
Lyxia hanya bisa memandang Mikhel dengan tatapan penuh cinta tanpa menjawab.
Mikhel langsung berjalan mendekati Lyxia, kemudian berkata, "Ah, aku lupa. Aku tidak bisa terlalu lama di sini. Nanti sore akan ada festival kembang api, dan semua orang sedang bersiap untuk itu, termasuk diriku."
Mendengar bahwa akan ada festival kembang api, Lyxia langsung bertanya pada Mikhel, "Festival kembang api? Hari ini? Sore ini? Dimanakah itu? Festival apakah itu?"
Mikhel tertawa mendengar pertanyaan Lyxia yang begitu banyak.
Ia lalu menjawab, "Kau belum pernah ke festival kembang api? Kau berasal dari mana memangnya? Di kota ini, setiap tahun, untuk merayakan hasil panen yang berlimpah, kami selalu mengadakan festival kembang api. Di sana, akan ada banyak orang berkumpul, tepatnya di tengah kota kecil ini. Seluruh penduduk pasti akan datang, dan menari bersama, ada juga nyanyian dan sedikit minuman serta makanan yang enak-enak!"
Setelah mendengar jawaban Mikhel, Lyxia langsung tersenyum lebar.
Pikirannya mulai berkata, "Pesta? Festival? Tarian? Ah! Aku bisa menarik perhatian Mikhel dengan tarianku! Baiklah! Aku akan datang ke festival itu!"
Mikhel melihat Lyxia yang sedang tersenyum namun terdiam untuk beberapa saat sambil menatap dirinya.
Mikhel langsung memanggil, "Ehm, Lyxia, apakah kau mendengarkanku?"
Lyxia yang agak terkejut karena suara Mikhel, lalu menatap Mikhel dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca, sambil berkata, "Mikhel! Kau akan ada di sana, bukan? Festival kembang api itu, bukan? Aku, aku ingin ikut!"
Mikhel langsung tersenyum mendengarnya, lalu membalas, "Tentu, aku akan berada di sana, tepat jam enam sore ini. Aku juga ingin bersantai sambil melihat-lihat penampilan orang-orang, lagi pula aku sudah cukup lelah dengan pekerjaan ini. Aku butuh hiburan."
Lyxia yang mendengar perkataan Mikhel barusan, langsung berpikir ingin menunjukkan kemampuan tari baletnya untuk menarik perhatian Mikhel, namun, ia sudah satu minggu tidak latihan, sehingga kaki-kakinya terasa agak kaku.
Lyxia lalu menundukkan kepalanya ke bawah dan menatap kedua kakinya sebentar, kemudian ia mengangkat lagi kepalanya dan berkata pada Mikhel, "Aku akan menemuimu di taman tengah kota nanti, jam enam sore, bukan? Aku akan pulang terlebih dahulu, aku ingin meminta izin ayah dan ibuku."
Mikhel mengangguk dengan senyuman, membuat hati Lyxia semakin berbunga-bunga melihat senyuman itu.
Kemudian, Lyxia langsung pamit dari hadapan Mikhel, dan berjalan sambil berusaha mencari tempat yang tidak ada orang sama sekali.
Ia lalu menemukan sebuah kios kosong yang tidak begitu diperhatikan orang-orang. Dengan tergesa-gesa, ia lalu masuk ke dalam kios kosong itu dan berusaha membuka portal menuju dunia penyihir.
Lyxia ingin berlatih, menari balet dengan kedua kakinya yang mulai agak kaku karena tidak latihan sama sekali satu minggu kemarin. Begitu keras usahanya membuat sebuah portal untuk kembali ke dunia penyihir, sehingga ia membutuhkan waktu bermenit-menit, karena belum begitu terbiasa.
Namun, begitu ia berhasil membuat portal, ia langsung masuk dengan terburu-buru, dan tibalah ia tepat di dalam rumahnya, yakni di dapur dalam rumahnya. Lyxia langsung berlari menuju ke kamarnya, dan ketika ia sudah masuk ke dalam kamar, ia menutup pintunya rapat-rapat, lalu duduk di atas lantai dan meraih kedua kakinya, melepas sandal yang ia pakai, kemudian ia berdiri dengan cepat, lalu ia berjalan menuju ke sebuah lemari kecil yang terletak di pojok kamar.
Ia lalu membuka lemari kecil tersebut, dan terlihat sepasang sepatu en pointé di dalamnya.
Ia lalu mengambil sepasang sepatu tersebut, duduk di atas lantai lagi, dan memakainya. Setelah itu, ia mulai merenggangkan kedua kakinya. Selesai memakai sepatu en pointé, ia lalu berdiri, dan memulai latihannya, yakni menggerakan kedua kaki dan tangannya, serta melakukan gerakan-gerakan dasar balet, seperti berjinjit, berputar sedikit, lalu melompat, dan menyeimbangkan tubuhnya di atas satu tumpuan, yakni jari-jari kakinya.
Setelah melakukan gerakan-gerakan dasar tersebut, Lyxia lalu mulai menari, tarian yang tidak begitu sulit, sebagai permulaan. Ia mulai merentangkan kedua tangannya dan memutar tubuhnya, sambil bertumpu di atas jari-jari kakinya yang mulai tidak begitu terasa kaku lagi.
Lyxia mulai menari balet lagi. Ia melakukan banyak gerakan tari balet yang sangat indah dan anggun, setelah ia mulai merasakan kaki-kakinya sudah tidak lagi begitu kaku. Walaupun tanpa nyanyian atau musik, ia bisa membayangkan simfoni-simfoni indah dalam dirinya yang keluar melalui tubuhnya, dan ia menari dengan lemah lembut, mengikuti simfoni-simfoni yang ia bayangkan tadi.
Kaki-kakinya mulai terlihat lincah kembali, walaupun setelah satu minggu lamanya ia tidak berlatih. Indah, tari balet yang sungguh mengagumkan. Lyxia terlihat sangat senang ketika ia sedang menari, walaupun ia tahu, tidak pernah ada pertunjukan balet di dalam dunia penyihir, namun, ia menari karena menari adalah satu-satunya kesenangan bagi hatinya.
Ia terus menari, sampai satu putaran berikutnya, dan berikutnya lagi, begitu banyak gerakan tari, sampai ia lupa waktu. Karena terlalu terbawa oleh suasana, ia baru menyadari bahwa hari sudah mulai siang ketika ia melihat menuju keluar jendela.
Siang di dunia penyihir berarti adalah sore di dunia manusia.
Ia langsung menghentikan tariannya, dan berusaha lagi untuk membuka portal menuju ke dunia manusia. Ia tampak panik, berpikir bahwa ia mungkin telat. Ketika ia berhasil membuka portal menuju dunia manusia, ia langsung masuk tanpa berpikir panjang.
Sesampainya ia di tengah hutan, Lyxia langsung berlari menuju taman di tengah-tengah kota. Matahari terlihat mulai terbenam, dan ia mulai berlari lebih cepat lagi. Setelah berlari begitu lama, Lyxia akhirnya tiba di taman tengah kota. Ia melihat sudah banyak orang-orang yang berkumpul.
Matanya mencari-cari keberadaan Mikhel, sampai akhirnya di satu titik, ia menemukan Mikhel yang sedang berdiri di pinggir taman itu sambil menikmati beberapa minuman dingin yang disajikan oleh para wanita.
Senyum tampak merekah di wajah Lyxia.
Ia terus menerus menatap Mikhel dengan jantung yang berdebar kencang. Tiba-tiba saja, suara sebuah kembang api yang dilepaskan ke udara, membuat semua orang terkejut, lalu tampak beberapa orang pria, berusaha mengumpulkan kayu-kayu bakar, yang mereka letakkan di tengah taman.
Pria-pria itu berusaha membuat sebuah api unggun besar. Ketika kayu-kayu bakar tersebut dirasa sudah bertumpuk sangat banyak dan tinggi, seorang pria lalu terlihat membawa satu jerigen yang di dalamnya berisi bahan bakar minyak, sambil berjalan menuju ke tumpukan kayu-kayu bakar di tengah-tengah taman, dan ketika ia sudah berdiri di hadapan tumpukan kayu-kayu bakar itu, ia langsung menuangkan seluruh isi jerigen yang ia bawa tadi.
Setelah selesai, pria itu langsung berbalik badan dan berlari menjauh. Satu orang pria lainnya terlihat berlari sambil memegang sebuah obor yang sudah menyala-nyala, kemudian ia berhenti agak dekat dengan tumpukan kayu-kayu bakar, lalu ia melemparkan obor itu dan dengan cepat, ia langsung berbalik badan sambil berlari menjauhi tumpukan kayu-kayu bakar tadi.
Tiba-tiba, api yang sangat besar mulai menyala dan api itu mulai menjilat-jilat hingga ke atas. Semua orang bersuka cita, ada yang mulai menari sendiri, ada juga yang mengajak pasangannya untuk menari bersama.
Lyxia lalu berlari ke arah Mikhel, kemudian ia mengajaknya menari bersama.
Walaupun Mikhel tadinya menolak karena ia tidak bisa menari, namun, Lyxia tetap mengajaknya. Mikhel tidak bisa menolak kali ini karena Lyxia agak memaksa, dan akhirnya ia setuju. Lyxia kemudian menggandeng tangan Mikhel, lalu membawanya ke tengah-tengah taman kecil yang kini sudah meriah.
Lyxia mengajak Mikhel untuk menemaninya menari bersama, di tengah-tengah taman tersebut, di samping api unggun yang besar itu. Mikhel akhirnya menuruti ajakan Lyxia walaupun ia tidak bisa menari sebenarnya. Sesampainya mereka di tengah-tengah taman itu,Lyxia lalu melakukan fifth position sambil mengayunkan kedua tangannya, lalu mengulurkan tangan kanannya kepada Mikhel. Mikhel kemudian meraih tangan Lyxia, dan Lyxia mulai menari, beberapa gerakan sederhana dari tarian balet yang indah.Semua orang langsung terdiam dan mata-mata mereka langsung menatap ke arah Lyxia yang sedang menari dengan begitu anggun, bahkan ada beberapa orang yang memang terlihat membawa alat musik, mulai memainkan musik untuk Lyxia.Tubuhnya begitu lentur, gerakan-gerakannya begitu indah. Kedua kakinya sangat lincah dan kedua tangannya bergerak mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh beberapa orang tersebut. Mikhel memperhatikan Lyxia yang sedang menari balet dengan begitu anggun, dengan decak kagum.Matanya
Lyxia melihat kedua orang tuanya sedang berlari kecil di sudut jalan dan terlihat seperti sedang mencari-cari dirinya, langsung saja ia menarik tangan Mikhel, menggandengnya dan mengajaknya berlari menuju ke sebuah kios yang belum buka pagi itu.Lyxia lalu mengintip kedua orang tuanya itu dari balik kios.Mikhel lalu terheran-heran dengan sikap Lyxia, dan bertanya, "Lyxia, ada apa?"Lyxia menoleh ke arah Mikhel, lalu menjawab dengan pelan, "Kedua orang tuaku sedang berada di sini, ah, Mikhel, aku tidak memberitahukan kedua orang tuaku bahwa aku akan pergi ke festival kembang api kemarin, maafkan aku."Mikhel lalu tertawa mendengar jawaban Lyxia yang polos itu, lalu membalas, "Baiklah kalau begitu, aku sebaiknya pergi terlebih dahulu, kau tahu di mana bisa menemukan diriku. Sampai jumpa nanti, sayang," lalu Mikhel mengecup bibir Lyxia, kemudian ia berjalan dan meninggalkan Lyxia sendirian.Lyxia lalu mengintip lagi kedua orang tuanya itu dari balik kios kecil tadi. Dengan rasa gugup, i
Setelah Lyxia masuk ke dalam lorong gelap yang minim cahaya, tiba-tiba saja, pintu kecil tadi tertutup rapat dengan sendirinya. Lyxia seolah tidak mendengar sama sekali suara pintu tersebut, dan seolah terhipnotis, ia justru semakin penasaran kemana bulu burung gagak hitam tersebut akan membawanya.Bulu burung gagak hitam tersebut mulai terbang rendah dan semakin menjauhinya, dan Lyxia mulai berlari untuk mengejar bulu burung gagak hitam itu.Setelah berlari untuk beberapa saat, ia akhirnya tiba di sebuah ruangan yang berada di ujung lorong. Bulu burung gagak hitam tersebut masih terus melayang, lalu pintu ruangan tersebut terbuka sendiri, dan bulu burung gagak hitam tersebut kemudian masuk ke dalamnya, diikuti oleh Lyxia.Bulu burung gagak hitam itu akhirnya mendarat di atas sebuah lemari yang terlihat sudah tua usianya. Lyxia lalu membuka lemari tua itu dengan perlahan. Memang ruangan yang gelap, namun, entah bagaimana, Lyxia bisa melihat seberkas cahaya berwarna abu-abu yang memant
Yvoxy hanya bisa berdiri dengan keringat dingin yang mulai mengalir melewati wajahnya, namun ia berkata, "Lyxia, pulanglah. Kami hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, karena kemarin kedua orang tuamu mengunjungiku hanya untuk menanyakan di mana dirimu seharian, tidak pulang ke rumah."Lyxia tersenyum lagi, dan membalas, "Baiklah, aku akan pulang, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku, guru," lalu ia mulai melangkah keluar dari gedung perpustakaan.Yvoxy hanya bisa menatap anak didiknya itu dengan sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Melihat keringat dingin Yvoxy yang mengalir melewati wajahnya dan cara ia memandang Lyxia, Rae langsung menepuk bahu Yvoxy dan berbisik, "Apakah itu barusan adalah Lyxia?"Yvoxy menggelengkan kepalanya dan membalik badannya, lalu menatap ke arah punggung Lyxia yang sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan. Rae juga membalik badannya dan menatap punggung Lyxia, dengan raut wajah yang penuh dengan rasa kebingungan.Setelah bebera
Lyxia kini mengubah dirinya menjadi Mira, menggunakan ilmu sihir hitam yang tiba-tiba saja ia miliki. Padahal, tidak ada satu penyihir pun di dunia penyihir yang bisa menggunakan sihir hitam tersebut kecuali para penyihir hitam dan pemimpinya, Demona, karena sumber energinya berasal dari kegelapan, dari iblis.Entah apa yang merasuki Lyxia, dan entah rencana apa yang ia punya sehingga ia mengubah dirinya sendiri menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam.Ia lalu masuk ke dalam rumah Mikhel yang tidak dikunci, dengan perlahan. Mikhel yang terlihat hendak membuang sampah dan membuka pintu depan rumahnya, tiba-tiba terkejut ketika ia menemukan Lyxia yang kini adalah Mira.Mikhel terkejut ketika ia melihat 'Mira' yang kini berdiri tepat di hadapannya, namun ia tersenyum dan bertanya, "Mira, bukankah kau baru saja pulang tadi? Atau adakah sesuatu yang tertinggal di sini?"'Mira' lalu tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, dan menjawab, "Tidak, aku hanya ingin bersamamu, walau h
Lyxia mulai menari dengan indah, sambil mengelilingi ibunya, dan membuat ibunya tersebut terpana akan keindahan setiap gerakan tari yang dibawakan Lyxia. Hanya gerakan tari balet yang sederhana, namun, ia mampu menghipnotis ibunya sendiri.Para penyihir yang sedang memperhatikan mereka berdua, bukannya senang karena tarian tersebut indah, melainkan justru merasa ketakutan, karena bayangan Lyxia yang terlihat tampak seperti burung gagak hitam dengan sayap besar yang seolah sedang menari-nari sebelum membunuh mangsanya.Dari kejauhan, terlihat Rae dan Yvoxy yang sedang berlari ke arah Lyxia dan ibunya, namun, keduanya justru langsung menghentikan langkahnya masing-masing ketika mereka memperhatikan bahwa Lyxia sedang menari di hadapan ibunya sendiri.Sementara Rae seperti terpana dengan tarian Lyxia, Yvoxy justru melihat bayangan Lyxia yang seolah-olah adalah burung gagak hitam dengan sayapnya yang besar, sedang menari di hadapan mangsanya.Menyadari ada sesuatu yang salah, Yvoxy langsu
Lyxia lalu menatap Rae dengan sorot mata yang sinis dan berkata, "Lyxia sudah tewas. Gadis bodoh itu sudah tidak ada. Jangan kau sebut lagi namanya. Ramona yang bodoh menyegelku dengan kepingan-kepingan hatinya sehingga ia hidup sampai akhir hayatnya tanpa merasakan emosi dan tidak memiliki perasaan apapun, bodoh bukan?""Namun ia lupa satu hal, bahwa segel bodohnya itu tidak kuat untuk selamanya. Gadis bodoh yang kau panggil Lyxia ini, keinginan jahatnya sangat kuat sekali, menarik perhatian burung-burung iblis pelayan-pelayanku. Gadis bodoh ini datang sendiri kepadaku, perlu aku jelaskan apa lagi? Ia telah membangkitkan kekuatan kegelapan dalam hatinya dan hal itu membuat segel yang mengurungku selama ini, akhirnya hancur! Bagus sekali!"Air mata Rae seketika tumpah mendengar jawaban itu. Ia langsung teringat sosok Lyxia yang selalu senang ketika ia menari balet untuk semua orang.Tariannya selalu indah dan elegan, seolah-olah angsa putih, Lyxia selalu membuat orang-orang yang melih
Yvoxy lalu menggandeng Rae, dan berjalan menuju ke tengah-tengah bagian dalam gedung tersebut, dan para penyihir senior terlihat memberikan jalan bagi mereka berdua.Terdapat tiga buah anak tangga yang menuju ke atas sebuah altar besar yang letaknya persis di tengah Gedung Axell. Yvoxy lalu menaiki anak-anak tangga tersebut dan ketika ia sampai di atas altar, ia kemudian berdiri tegak sambil masih menggandeng Rae yang terlihat agak bingung dan panik.Yvoxy lalu berbisik pada Rae, "Ini kali pertamamu, jangan tegang, seluruh penyihir yang berkumpul di sini adalah para penyihir senior, kau tidak perlu setakut itu."Kemudian, Yvoxy menoleh ke depan, ke arah para penyihir senior yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya sejak tadi.Seorang penyihir senior lalu berteriak, "Apa yang sudah terjadi, Yvoxy? Lyxia adalah anak didikmu, bagaimana kau bertanggung jawab akan hal ini?"Seorang penyihir lainnya berteriak juga, "Apakah mungkin Lyxia sudah jatuh cinta pada seorang manusia dan perasaan it