Share

Kembalilah ke Tubuhmu

Sebanyak apapun aku mengetahuinya.

Sangat sulit untuk memahamimu, aku memang bodoh.

~Tiara Alyana~

***

Kejadian sebelum makan malam.

Tiara yang ditinggal Omili di pasar kebingungan dengan jalan menuju istana. Ia mencoba mengingat apa yang pernah ia tulis di dalam novel tentang dunia Suku Iblis, dan akhirnya teringat dengan satu petunjuk. Ada bagian di dalam ceritanya, saat pertama kali Astro ke dunia Suku Iblis, ia tersesat. Saat itu Astro menemukan kolam air mancur berdarah yang terbuat dari emas dan permata di pusat kota, di sana terdapat patung panther yang menghadap ke arah utara. Dengan nalurinya, Astro berjalan mengikuti arah patung itu menghadap dan ternyata itu adalah jalan menuju istana.

Dengan berusaha keras, Tiara berkeliling pasar sendirian untuk mencari kolam air mancur berdarah. Namun, ternyata tidak semudah yang ia tuliskan. Padahal saat Astro tersesat, ia membuat jalan ke tempat air mancur berdarah begitu mudah seperti ‘akan menemukannya adalah garis takdir yang sudah pasti,’ tapi ia perlu berjalan cukup lama baru bisa menemukannya.

Di sana Tiara memilih beristirahat dari pada melanjutkan perjalanan. Karena dirinya adalah tokoh penting, ia yakin akan ada yang mencarinya. Dan benar saja, belum lama Tiara duduk sudah melihat sosok makhluk setengah serigala dengan pakaian seperti Tarzan menghampirinya.

Awalnya Tiara cukup terkejut bertemu sosok itu, tapi saat memperhatikannya dan menghubungkannya dengan tokoh-tokoh yang ada di novel ia langsung mengenalinya.

Dia adalah Ograien. Tangan kanan Astro yang memiliki kekuatan sangat besar dan dipenuhi dengan dendam kepada Suku Dewa, khususnya Dewa Pengawas Epopti.

“Hormat saya Yang Mulia Dewi Pencipta Tiran.”

Tiara yang melihat makhluk buas itu bersujud di hadapannya jadi gelagapan, ia merasa tidak pantas sampai disembah seperti ini. “Hei hei, bangunlah. Nggak usah sujud-sujud segala. Santai aja.”

Tiara hanya bisa heboh sendiri dari jarak yang cukup jauh, karena tidak berani mendekat. Bagaimanapun sosok Ograien ini sosok dengan perawakan menyeramkan.

“Lo Ograien, kan?” Tiara memastikan, ia yakin, tapi basa-basi saja.

“Benar, Dewi Pencipta Tiran.”

“Panggil nama aja, nggak perlu sesungkan itu juga. Btw, lo datang untuk jemput gue, kan?”

“Benar Dew- maksud saya Tiran. Makan malam sudah siap, saya akan mengantar Anda kembali ke istana.”

Tiara mengangguk dan berjalan lebih dulu. “Terima kasih ya, ini gegara Omili! Tour guide apa yang ninggalin tamunya?”

“Anda sepertinya cepat menyeduaikan diri dengan dunia Suku Iblis. Padahal Tuan Astro mengatakan, Anda baru saja ia jemput dari dunia Manusia.” Ograien hanya mengikuti jalan Tiara dari belakang.

“Dia bilang apa? Jemput gue? Dia itu nyulik gue, udah mana sebelum-sebelumnya dia neror gue lagi, tiap malam sampai nggak bisa tidur.” Seketika Tiara sadar jika dirinya begitu banyak bicara. “Em ... sorry ya, gue kayaknya cerewet banget ya?”

“Tidak masalah, Tiran. Berkat kedatangan Anda, suasana dunia Suku Iblis terlihat lebih cerah. Dunia yang biasa diliputi kegelapan, seperti mendapatkan cahaya matahari. Saya berterima kasih Anda berkenan datang kemari.”

‘Apanya berkenan? Jelas-jelas gue bilang diculik.’ Tiara hanya tersenyum menanggapinya. “Lo ternyata nggak seserem kelihatannya ya? Gue merasa sudah dekat dan nyaman ngobrol sama lo.”

“Pencipta akan selalu dekat dengan yang diciptakannya, tentu saja Anda merasa seperti itu. Dari kedekatan yang saya percaya, Anda menempatkan saya di sisi Tuan Astro adalah takdir yang terbaik.”

Seketika Tiara kembali mengingat-ingat, bagaimana asal mula ia menempatkan Ograien di sisi Astro. Namun, semua kosong, ia tidak ingat apapun. Bagian yang mendeskripsikan hubungan Astro dan Ograien tidak lebih dari 3 paragraf. Hanya latar belakang singkat mengenai perkenalan mereka hingga menjadikan Ograien sebagai orang kepercayaan Astro, karena mereka memiliki tujuan balas dendam yang sama.

“Memangnya menurut lo, kenapa gue nempatin lo di sisi Astro?” tanya Tiara memancing ingatannya.

“Kami sama-sama dibuang.”

Deg! Tiara ingat sekarang. Saat Astro yang menemui Ograien dalam keadaan sekarat dan Astro menolongnya. Astro lah orang pertama yang menyadari jika Ograien memiliki kekuatan besar yang terpendam. Astro memanfaatkan Ograien untuk menambah kekuatan militernya saat perang dengan Suku Dewa.

“Keluarga kami yang tidak pernah menginginkan kami dan menganggap kami adalah sebuah kutukan,” lanjut Ograien.

“Apa?!” Tiara sampai menghentikan langkahnya. ‘Kok beda?’

“Iya. Tuan Astro membantu saya membalaskan dendam pada Dewa Epopti yang telah membunuh adik saya. Keluarga satu-satunya yang saya miliki. Betapa beruntungnya dia mendapatkan perlindungan dari Dewa Ammon. Cih! Berapa kalipun dia hidup saya akan membuatnya merasakan kematian berkali-kali.”

Bulu kuduk Tiara meremang merasakan dendam yang begitu dalam.

“Saya memiliki kemampuan untuk melawan Dewa juga berkat Tuan Astro yang memberikan sedikit kekuatan penghancurnya dengan perjanjian darah. Saya merasa harus membalaskan utang budi yang tidak ada habisnya ini dengan terus setia padanya, itupun rasanya masih belum cukup.”

Yang dijelaskan Ograien memanglah tidak sepenuhnya berbeda dengan deskripsi novel yang Tiara buat. Hanya saja yang membuatnya tercengan adalah Astro menyelamatkan Ograien yang berakhir balas budi, bukan saling memanfaatkan satu sama lain.

Astro memanfaatkan kekuatan besar yang tersembunyi di dalam diri Ograien. Dan Ograien yang memanfaatkan kekuasaan Astro untuk membalas dendam dengan Dewa Epopti. Tiara tidak menyangka, jika terdapat pautan emosi besar di dalam cerita ini. Dan itu adalah perasaan yang tulus yang tidak pernah ia pikirkan ada untuk pemeran antagonis.

'Jangan-jangan banyak hal besar yang gue lewatkan?'

“Tiran, boleh saya meminta sesuatu sebelum Anda menemui Tuan Astro?”

Tiara menoleh sebelum memasuki istana.

“Tolong berikan kami kesempatan untuk memulainya dari awal. Tidak perlu mengembalikan waktu, tapi beri kami celah untuk menunjukkan keadilan. Di sisi baik atau jahat, pasti para Dewa lah yang selalu benar. Tapi, kami kaum Suku Iblis juga memiliki kehidupan yang kami anggap benar.”

“Seperti dua sisi mata koin, walau saling membelakangi hanya dengan menentukan sisi mana yang menjadi wajah atau ekor. Namun, bukan berarti wajah selalu di depan dan ekor selalu di belakang. Saya harap Anda dapat mempertimbangkannya.”

Tiara terdiam, hatinya bergetar. Ia seperti bisa merasakan semua emosi yang Ograien katakan, perasaan tulus, hati yang pernah tersakiti, dan keputusasaan di masa lampau. ‘Kenapa ini? Kenapa hati gue sakit?’

“Hm ... begini Ograien, jika ini adalah dunia novel dan gue penulisnya, sepertinya Dewi Pencipta itu terlalu berlebihan. Sekalipun gue tahu bagaimana caranya memperbaiki semua masalah ini, gue nggak punya kekuatan untuk itu semua. Nggak ada gunanya.” Mata Tiara mulai berlinang, entah bagaimana memikir ia tidak bisa membantu membuatnya sedih.

Bohong jika Tiara hanya menikmati jalan-jalannya bersama Omili di setengah harinya setelah diculik. Melihat sebagian besar bangunan istana yang hancur, jalan kota yang sedang diperbaiki, dan pasar yang tampak baru dibangun, membuat Tiara merasa bersalah.

“Jadi Anda seorang penulis?” Ograien tersenyum melihat cahaya yang mengelilingi Tiara, ia tidak mungkin salah menilai sesuatu. “Artinya apa yang Anda bayangkan adalah apa yang akan Anda tulis, bukan? Jika Anda belum tahu akan menulis seperti apa cerita kami selanjutnya, bayang saja terlebih dahulu pemicu yang dapat mengangkat cerita Anda. Dan sisanya ... Anda akan menjalaninya bersama kami dan berikan kesempatan itu pada Tuan Astro.”

***

Di tengah acara makan malam

“Tunggu tunggu tunggu! Jadi kamu beneran setan? Tapi kok ....” Bahakan Tiara melihat Astro makan dengan memegang garpu dan sendok.

“Tidak mungkin saya bisa melakukannya jika Nona belum pernah membayangkannya.”

“Apa karena kamu sang kematian itu sendiri? Jadi ada dan tidak adanya media wujud seperti tubuh, kamu tetap bisa hidup normal?” Tiara mengira-ngira dan berbicara asal, karena hanya itu hal yang logis di dalam pikirannya.

“Semua imajinasi Nona menjadi benar jika di dunia ini, karena Nona sang Dewi Pen. Cip. Ta.” Astro menekan di akhir kata.

“Simpelnya, apapun yang sedang aku imajinasikan di dunia ini akan menjadi nyata? Semudah itu?” Pertanyaan Tiara ini diberi anggukan oleh Astro. “Ok kita coba, apa yang kamu ingin, kan?” Tiara mencoba membuka penawaran, kalau kesempatan ini berhasil maka ia pun akan cepat pulang.

Astro ragu mengenai kekuatan Dewi Pencipta apa bisa digunakan oleh Tiara atau tidak. Gadis ceroboh itu akan memengabulkan permintaan besarnya dengan mudah? Pasti tidak.

“Pertama, bawa kembali tubuh saya yang masih berada di penjara Suku Dewa,” ucap Astro dengan asal, ia bahkan tidak percaya jika Tiara mengetahui cara menggunakan kekuatannya sebagai Dewi Pencipta. Membuat imajinasi yang kuat itu sulit, bukan sekedar khayalan yang hanya memikirkan baiknya saja. Setidaknya harus ada media untuk menvisualisasikan imajinasi itu, dan Tiara biasanya melakukan hal itu dengan menuiis.

Sedangkan Tiara memikirkan hal lain, ia heran dengan permintaan Astro yang menurutnya itu memperumit diri sendiri. “Itukan hukuman, yang harus kamu pertanggung jawabkan. Seharusnya usahamu untuk keluar adalah dengan berubah jadi lebih baik, setidaknya berpura-puralah, orang-orang Suku Dewa pasti akan memaafkanmu. Atau jangan-jangan kamu sampai repot menculikku ke sini, karena menginginkah hal yang lebih besar, kan? Huh! cara pikir otak jahat mu itu benar-benar ....”

Tiara bicara tanpa pikir panjang, tanpa ia sadari telah menyinggung Astro. Ingin rasanya pria itu menyumpal mulut Tiara dengan tubuh Omili. Ia baru mengetahui jika Tiara sangat blak-blakan dengan semua isi pikirannya. Dan bodohnya, Tiara mengatakan itu semua dengan percaya diri tanpa tahu kebenarannya.

Seketika Astro kembali merasa risih kembali merasakan dirinya ditatap begitu lekat oleh Tiara.

“Aish! Kenapa Nona menatap saya seperti-.” Belum selesai Astro mengajukan protesnya, Tiara sudah membuka mulut.

Btw, kalau diperhatian kamu tampan juga ya? Aku tidak mendeskripsikanku secara detail, kecuali ciri-ciri umum. Seperti, 'kulit putih bak Dewa yang selembut awan, dan kontras warna rambut layaknya tinta pada kertas'.” Tiara menaik turunkan kedua alisnya setelah ngulang kalimat yang ia tulis di dalam novelnya.

Tidak Tiara sangka Astro sekilas mirip dengan biasnya, Rowoon, member SF9 Boyband asal Korea Selatan itu. ‘Benar juga, pas gue buat karakter Astro, gue abis nonton MV SF9 Good Guy’, pikirnya bernostalgia.

Astro memalingkan wajahnya untuk tersenyum, ia heran, bagaimana Tiara sangat mudah mengatakan hal memalukan semacam itu? “Apa yang Nona pikirkan, apa selalu diucapkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu?”

Setelah mendengar ucapan demi ucapan yang Tiara lontarkan membuat perasaanya aneh. Dengan mudah ia dihina sebagai orang jahat, lalu dipuji karena tampan.

Sekarang Astro mengernyitkan keningnya melihat Tiara memejamkan mata. ‘Hal bodoh apa lagi yang akan dia lakukan?’ pikirnya

Lalu, seketika tubuh Tiara memancarakn bersinar hingga menutupi tubuh gadis itu. Sinar yang begitu terang dan tidak asing untuk Astro.

Deg!

'Tidak, tidak mungkin'. Astro sangat tahu jika ini kekuatan Dewa, dan sinar ini sangat mirip dengan kekuatan kehidupan Dewa Ammon. ‘Jika seperti ini, para Dewa akan tahu keberadaan Dewi Pencipta. Ini tidak boleh terjadi.’

“Sudah!” pekikan kegembiraan terdengar, bersama dengan sinar yang terpancar itu semakin memudar.

Belum sempat mencegah, Astro tidak percaya jika di hadapannya sekarang tidak hanya ada Tiara, tapi ... dirinya, tubuhnya.

“Aku tidak percaya jika semudah ini. Sekarang kamu kembalilah ke tubuhmu.” Tiara terkejut melihat jiwa Astro perlahan menghilang dan tubuh yang ia bawa bergetar dengan hebat. “Apa sudah bereaksi?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status