Share

Imajinasi

Aku pantas sebagai pemeran antagonis,

karena aku datang hanya membawa luka untukmu.

~ Astro Climton~

***

Dunia Manusia disebut sebagai dunia ketiga yang dianggap sebagai mitologi bagi dua dunia Suku Murni, Suku Dewa dan Suku Iblis. Karena dunia Manusia dianggap sebagai dunia penyimpangan, dipercaya surga dan neraka bertimpang tindih, kebenaran dan kesalahan bahkan sulit dikategorikan.

Dan manusia sendiri memiliki sifat alami yang terdiri dari sisi gelap dan terang, sampai mereka bisa menjadi jahat melebihi Iblis atau menjadi baik melebihi Dewa. Maka beresiko sangat besar jika Suku Murni datang ke dunia Manusia. Namun, Astro telah mempertaruhkan hidupnya pergi ke dunia Manusia untuk menculik Tiara. Demi keadilan, ia ingin menuntut kebenaran dalam hidupnya.

Dunia Suku Murni perbedaan dimensi dengan dunia Manusia, tercipta dari sebuah imajinasi penulis dan para pembacanya yang sangat kuat. Seperti mimpi yang bisa menjadi nyata, dan dendam yang dapat membangkitkan roh jahat. Maka imajinasi yang kuat dapat membentuk dunia baru.

Kira-kira begitulah yang Tiara dengar dari Astro saat ini. Beradaptasi di dunia Suku Iblis tidak terlalu sulit untuknya, semua tampak familiar karena imajinasinyalah menjadi nyata. Semua deskripsi dan penggambaran kata-kata yang Tiara tuangkan di dalam novelnya sama persis dengan yang ia lihat sekarang.

“Singkatnya semua menjadi ‘ada’ karena kekuatan imajinasi Nona yang membuat semua pembaca merasa ‘nyata’, hingga dunia ini tercipta,” jelas Astro menarik kesimpulan.

Sampai sini Tiara mulai bosan, apa yang ia dengar seperti mendengarkan Guru Sejarah sedang mendongeng. Apa lagi saat mengetahui banyak hal detail yang tidak pernah ia cantumkan dalam novelnya. Sama seperti sekarang, melihat sifat Astro berbeda dengan karakter yang ia buat. “Kalau semua tercipta karena imajinasi gue, tapi kok lo baik? Gue bikin lo itu jahat, kejam, psikopat! Lo itu pemeran antagonis. Kenapa jadi lembut gini?” tanya Tiara yang merasa sedih, karakter yang ia buat susah-susah, gagal.

“Jika saya sejahat yang Nona katakan, kenapa saya menerima Omili yang merupakan eksperimen gagal? Bukankah karena rasa kasihan? Seharusnya Nona sadar, kesalahan Nona dalam menulis cerita,” sarkas Astro yang cukup menohok untuk Tiara Karena sebenarnya gadis itu menciptakan Omili hanya sebagai bumbu pelengkap saja.

Tiara berusaha mencerna semuanya. Setelah mengetahui dunia Manusia bagi dunia Suku Murni, Tiara semakin pusing  karena apa yang tidak pernah ditulisnya dalam novel dapat mempengaruhi keseluruhan cerita, walau hanya rasa kasihan. Padahal Tiara berbincang dengan Astro karena ingin mengetahui apa yang harus ia lakukan untuk bisa cepat pulang, tapi pria itu memberikan penjelasan yang tidak perlu seakan sengaja untuk mengulur waktu.

Dari pembicaraan ini ada rasa simpati yang mulai tumbuh, tapi Tiara tidak menghiraukannya. Astro itu licik mungkin saja ada rencana tersembunyi untuk keuntungannya.

“Walau Nona sudah tahu semua hal yang ada di dunia ini, silahkan berkeliling dengan Omili untuk melihat keadaan dunia Suku Iblis saat ini setelah peperangan. Maaf saya tidak bisa menemani Nona karena ada urusan yang harus segera diselesaikan, permisi.” Dengan jentikan jarinya Astro menghilang entah kemana.

“Apa ini benar dunia novel yang gue ciptakan? Kenapa gue kayak orang bodoh yang nggak tahu apa-apa? Gue mau pulang!” keluh Tiara menggaruk-garukkan kepalanya mengakibatkan rambutnya berantakan dan mekar seperti rambut singa.

Omili yang melihat kelakukan Dewi Penciptanya ini hanya bisa menggelang-gelengkan tubuhnya. “Jika ini bukan tugas dari Tuan Astro, aku tidak akan sudi menemani gadis bodoh ini. Cih!”

***

Tangan Tiara sudah mengepal kuat terus menahan emosinya pada Omili yang menyebalkan. Ia merasa menyesal membuat karakter Omili yang keras kepala, nakal, sulit diatur, dan cerewet. Kalau saja Tiara sudah tidak ingat dirinya terancam di dunia aneh ini, sudah ia lempar Omili seperti bola kasti di dunia nyata.

Terlepas dari itu, Tiara merasa miris saat berkeliling istana Astro. Setengah dari bangunan itu telah hancur tersisa runtuhan puing-puing. Taman istana yang Tiara deskripsikan adalah taman terindah di dunia Suku Iblis, tertimbun bebatuan.

Tiara ingat, jika ia menggambarkan istana Astro sebagai satu-satunya tempat seperti surga di dunia Suku Iblis, dengan tanaman hijaunya yang menyejukkan dan sungai yang bermuara langsung ke samudra. Diceritakan istana dibangun seperti itu karena Astro tetap memiliki sisi Dewanya. Lahir dan tumbuh besar di dunia Dewa membuat Astro tidak mungkin melupakan kampung halaman dan kesukaanya terhadap tumbuhan hijau.

Saat berkeliling keluar dari istana Tiara melihat wilayah dunia Suku Iblis dengan gaya hidup berteknologi dengan berbagai industri, karena tidak semua Suku Iblis memiliki sihir dan kekuatan sejak lahir.  Suku Iblis baru memiliki kekuatan Iblisnya saat memasuki usia dewasa, kemampuan sihirnya pun berbeda-beda setiap orangnya.

Pokoknya Tiara menggambarkan tempat tinggal Suku Iblis seperti kota dunia vampir modern di manga yang pernah ia baca. Ternyata semua sama persis dengan khayalannya saat pembuatan novel. Itu membuatnya sedikit bernostalgia saat proses pembuatan novel pertamanya.

“Masih ada bau cat dan kayu yang menyengat, apa ada pabrik furnitur dekat sini?” tanya Tiara yang melihat hanya ada pedagang-pedagang.

“Karena pasar ini baru berhasil dibangun ulang, di sini tidak ada pabrik. Semua pabrik ada di wilayah industri dan semuanya masih dalam tahap pembangunan,” jawab ketus Omili karena sudah kelelahan menjelaskan semua tempat pada Tiara, tapi gadis itu tidak peka jika ia ingin istirahat.

“Kalau begitu kita ke wilayah industri sekarang!”

Tiara yang berjalan belum genap tiga langkah, tiba-tiba dihalangi oleh Omili.

“Tuan Astro tidak memberi izin kita ke sana, terlalu berbahaya.” Dengan tangan dari tali goni itu, Omili merentangkan tangannya.

Kemana pun Tiara meminta saat berkeliling Omili tidak pernah melarangnya, mungkin hanya berbicara dengan ketus seperti saat ini. Tiara yakin, pasti ada sesuatu di sana. Namun, dia memilik menuruti perkataan Omili.

“Semuanya baru pada tahap pembangunan ulang? Bagaimana dengan dananya?”

“Nona ini bodoh! Pencipta apanya kalau tidak tahu apapun? Nona pikir uang akan berlaku jika semuanya hancur? Tentu saja kami menggunakan sisa usaha yang bisa kami lakukan, semua dibangun ulang dengan bahan dari bangunan yang sudah runtuh. Jangan remehkan Suku Iblis, kami ini cerdik dan kuat!” celetuk Omili dengan sangat tajam.

Kata-kata Omili memang terdengar menjengkelkan, tapi Tiara tidak mengerti kenapa dadanya terasa ngilu mendengar jika Suku Iblis kembali membangun dunianya dari awal setelah ending cerita yang ia buat. Simpati. Tiara berusaha menyingkirkan perasaan itu, karena ini bukan urusannya lagi.

“Lebih baik kita kembali sebelum jam malam. Saya juga harus menyiapkan makan malam, jadi kita harus segera kembali ke istana,” lanjut perkataan Omili.

Tiara menjadi diam, ia merasa lebih baik begitu dibanding banyak bertanya dan jadi mengetahui hal lain yang menghambatnya untuk pulang. Ia mengikuti Omili yang akan kembali ke istana sambil mendengarkan ocehan makhluk kecil itu yang terbang kesana kemari seperti lalat. Omili benar-benar cerewet dan membuat kepala Tiara sakit.

“Apa pun alasan Nona kemari dibawa oleh Tuan Astro, yang pasti Nona harus membantunya. Anda begitu kejam memberikan peran ini pada Tuan Astro. Bahkan dia tidak pernah merasakan kebahagiaan sedikit pun dalam hidupnya.” Omili terus mengoceh, tapi tiba-tiba terhenti dengan tubuhnya yang menegang.

“Ada apa?”

Omili baru ingat, jika tujuannya memabawa Tiara jalan-jalan bukan untuk bergosip. Dan waktunya sudah selesai, tidak ada kesempatan bagi Omili untuk menjalankan tugas dari tuannya, Astro. Habis sudah riwayatnya. “Bukan apa-apa.” Omili terbang cepat mendahului Tiara mengalihkan pembicaraan.

Tiara terdiam mendengar kata ‘bukan apa-apa’ dari Omili yang setelahnya malah terbang meninggalkannya.

Tiara menepuk-nepuk pipi menyadarkan diri, tidak ada waktu untuk perasaan sesaat yang mengusiknya ini. Cerita sudah tamat dan untuk season kedua, outline ceritanya saja belum ia pikirkan. Tiara harus fokus mencari cara untuk kembali ke dunia nyata, bagaimanapun caranya!

***

Saat dayang iblis menyusun makanan di meja makan, di sela itu Tiara memperhatikan Astro dengan senyum bangga pada dirinya sendiri. Inilah gambaran wajah kejam di imajinasinya saat membuat novel Theós of Authority. Ternyata memiliki imajinasai yang menjadi nyata tidak begitu buruk. Seperti menonton film 4D dan ia berada di tengah-tengah peraduan akting. Semuanya terlihat sangat keren di mata Tiara.

Astro yang merasa diperhatikan merasa risih. Matanya yang berwarna merah ruby menatap tajam Tiara bermaksud mengintimidasi, tapi malah dibalas senyuman manis oleh gadis itu. Ia mengangkat sebelah alisnya keheranan dengan sikap Tiara.

“Apa ada yang ingin Nona bicarakan?” tanya Astro dengan dingin.

Tiara semakin mengembangkan senyuman dan menampilkan deretan gigi kelincinya. ia masih tidak menyadari wajahnya seperti orang bodoh saat ini. “Gue memerintahkan lo panggil gue Tiran aja, bukankah gue Dewi Pencipta?”

Omili yang sedang meminum tehnya tersedak sampai menyembur keluar. Ia tidak menyangka Tiara begitu narsis dan percaya diri dengan gelar Dewi Pencipta hingga memerintah tuannya.

Sedangkan Astro menyeringai mendengar pengakuan Tiara itu. “Jadi Nona bisa menerima kenyataan?”

“Tidak juga, tapi ini dunia novel gue, dan gue penulisnya.” Tiara mengangkat kepalanya angkuh. “Gue langsung tanya lagi ke point-nya, apa yang harus gue lakukan untuk membantu lo?” Inilah maksud Tiara setelah menegaskan jika dirinya adalah penulis dunia ini.

Astro menghembuskan napasnya mencoba tetap tenang dengan menyenderkan punggungnya di kursi keberasannya. “Omili, apa kamu sudah memperkenalkan dunia Suku Iblis kepada Nona?” Astro melirik tajam pada Omili yang baru saja merapikan minumnya karena semburanya tadi.

“Ma-maaf Tuan, sa-saya mau ... kabur!” Omili terbang terbirit-birit kerena merasa takut telah gagal menjalankan tugasnya.

Sebenarnya yang Astro inginkan bukan sesuatu yang rumit atau memiliki maksud tersembunyi. Ia hanya ingin memperkenalkan Tiaran secara perlahan kondisi dunia Suku Murni setelah peperangan, yang pasti tidak gadis itu ketahui. Dunia yang hanya imajinasi bagi Tiara, sekarang menjadi nyata dan memiliki kehidupan. Dampak apa yang terjadi setelah peperangan terus berlanjut dan dirasakan semua makhluk di dunia Suku Murni.

Tiara sebagai Dewi Pencipta. Sebelum Astro meminta untuk dirinya sendiri, ia ingin dunianya ini dikembalikan seperti semula. Karena tidak adil jika yang bekerja keras setelah peperangan hanya makhluk Suku Iblis untuk kembali membangun dunianya. Sedangkan Suku Dewa menikmati ketenangan dan kedamaian, bahkan kehidupannya lebih baik setelah peperangan itu.

“Ayolah ... aku bukan penulis yang saklek kok. Kita rundingkan masalahmu. Ending cerita ini, kamu sedang di penjara, bukan? Bahkan aku belum ada ide untuk cerita di season kedua nanti, tapi kamu sudah kabur rupanya,” ucap Tiara mengikuti gaya bahasa di dunia ini. Sangat aneh jika ia menggunakan lo-gue sendiri.

“Sebelumnya apa saya boleh memanggil Nona dengan nama asli?” Izin Astro penuh kesopanan. Permintaanya itu adalah langkah awal untuk memulai perundingan yang dimaksud, karena sejujurnya Astro tidak suka mengakui jika Tiara adalah Dewi Pencipta.  Ia lebih menghormati gadis itu sebagai manusia ceroboh yang telah menulis takdir untuk dunia Suku Murni. Walau tidak ia pungkiri setelah membawa Tiara ke dunia Suku Murni, ia bisa merasakan aura kekuatan Dewa yang tidak biasa dari diri Tiara. Ammon saja yang merupakan Dewa Agung tidak memiliki aura seperti ini.

Tiara hanya mengangguk menyetujuinya. Ia pikir itu tidak masalah, toh Tiara ataupun Tiran adalah namanya.

“Dan untuk hukuman saya ... saya tidak kabur. Kekuatan saya adalah penghancur dan kematian, dan yang sedang di hadapan Nona adalah jiwa saya, tubuh saya masih di penjara Suku Dewa,” jelas Astro.

Mendengar itu, membuat mata Tiara membulat karena karena merasa terkejut dan tidak percaya. “Tunggu tunggu tunggu! Jadi kamu beneran setan? Tapi kok ....” Bahkan Tiara melihat Astro makan dengan memegang garpu dan sendok.

“Tidak mungkin saya bisa melakukannya jika Nona belum pernah membayangkannya.” Astro menjawabnya dengan dingin. Ia masih perlu menganalisis Tiara yang terlihat aneh. Padahal gadis itu yang menulis semuanya, tapi kenapa tidak tahu apapun tentang dunia yang ditulisnya sendiri?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status