Share

Obrolan Itu

Itu memang kesengajaanmu.

Tapi semua merupakan bagian dari takdir pertemuan kita.

~ Tiara Alyana~

***

Sudah cukup beberapa hari belakangan Tiara merasa terguncang dengan teror ini. Tiara hampir tidak pernah bisa tidur karena rasa takutnya hingga membuatnya harus terjaga sepanjang malam.

Tiara kembali melihat celah di depan pintu, sudah tidak terlihat bayangan apapun. “Sudah pergi?” gumamnya.

“Diamlah Omili, aku ingin tahu seberapa berguna dirinya untuk kita manfaatkan.”

Deg! Entah kenapa Tiara merasa kesal dengan isi percakapan kali ini, seakan ‘Dia’ yang dimaksud suara tanpa wujud ini adalah dirinya. Dan Omili? itu adalah nama peliharaan tokoh karakter antagonis di novelnya. Tiara yakin, jika yang ia dengar ini nyata.

“Tuan Astro, tidak ada waktu. Anda harus bertindak.”

Oke, disini Tiara berusaha realistis. Mungkin yang dikatakan Ilham ada benarnya. Mungkin dirinya sedang berhalusinasi karena merasa sedikit ... depresi? Tiara mencubit pipinya sendiri mencoba meyakini, jika ini mungkin juga mimpinya, seperti saat ia selalu memimpikan sedang menyatakan cinta pada Bayu.

“Akh!” Diusapnya pipi setelah ia mencubitnya tanpa perasaan. 'Atau jangan-jangan ini makhluk tak kasat mata?' pikirnya yang semakin tidak masuk akal. “Iya benar juga! Setan mana yang mengenal Astro? Hahaha ... lagi pula Astro itu raja iblis, kenapa bergaulnya sama setan-setan rendahan? Sudahlah, itu hanya imajinasi gue doang. Sekarang waktunya fokus ke projek ....”

Klutuk Klutuk Klutuk

Dengan cepat kepala Tiara mendongak melihat langit-langit kamarnya yang tanpa penerangan sama sekali kecuali layar laptop yang menyala. Seketika bulu halus di sekitar lehernya meremang. Jantungnya berdegup kencang dan merasakan hawa dingin di sekitar.

Diedarkan bola matanya ke seluruh ruangan yang kosong, tapi tidak ada hal yang mengganjal sama sekali. “Hah! Kayaknya gue beneran harus ke psikiater besok. Kenapa halusinasi gue sampe kayak gini? Bodolah! Gue harus fok ....” Mata Tiara membulat sempurna melihat layar laptopnya menampilkan isi file novel pertamanya ‘Theós of Authority’.

Jelas-jelas sebelumnya masih tampilan word kosong. Nggak mungkin Astro beneran, kan?

“Bacalah cerita itu dengan benar! Tulisan jelek, murahan, tidak layak dibaca!”

Deg! Mendengar suara serak dan berat itu begitu dekat. Dengan cepat Tiara berdiri dan membalikkan tubuhnya. Sosok dengan rupa yang cukup aneh berada di hadapannya.

“Lo-lo siapa! Ke-kenapa bisa masuk kamar gue?!” tanya Tiara mulai gemetar ketakutan.

Apa orang ini, pecuri? Psikopat? Atau orang mesum? Tapi, kulit berwarna hitam pekat, tubuh tinggi dan besar dengan bentuk yang atletis, pakaian ... tidak, sosok itu tidak menggunakan pakaian atas, hanya celana panjang seperti celana Aladin.

“Jangan mendekat!” Tiara bergerak mundur secara perlahan dengan kedua tanganya menyilang di depan dada, sampai langkahnya terhalang dengan meja kerjanya. “Biarkan gue hidup, please. Lo ambil apa aja yang bisa lo ambil di kamar gue. Uang, laptop, dispenser, kipas, apa aja terserah lo. Tapi gue mohon, biarkan gue hidup.”

Tiara tidak tahu sosok ini adalah makhluk astral atau memang maling mesum yang tengah menyamar dengan mengecat seluruh tubuhnya dengan cat hitam. Diam-diam Tiara membuka ponsel di belakang tubuhnya. Mencari kontak yang mungkin bisa ia hubungi dan datang membantunya.

Brak!

Secepat kilat sosok itu sudah di hadapan Tiara, sampai gadis itu tidak bisa berkutik dengan jarak mereka yang begitu dekat. Tiara terpojok, sedangkan sosok itu menumpukan dua tangannya di sisi meja mengapit Tiara. Terlihat sosok itu menyunggingkan senyum miringnya, dan keluar aura hitam dari tubuh sosok itu.

“Nona, kau bodoh! Percuma Nona menghubungi seseorang yang bernama Bayu itu,” sindirnya melirik ke belakang tubuh Tiara ke arah benda pipih yang menampilkan tulisan ‘Calling Bayu ....

“Si-siapa lo sebenarnya?” Melihat gerakan yang tidak wajar tadi Tiara mulai berasumsi jika sosok ini bukanlah manusia. Tapi bagaimanapun sekarang Tiara harus keluar dengan selamat.

Sosok itu menjauhkan tubuhnya, “Nona tidak bisa pergi begitu saja. Saya membutuhkan bantuan Nona. Nona benar, saya bukan manusia. Apa Nona tidak mengingat hasil ciptaan sendiri? Apa perlu saya mengingatkannya.”

Tiara mengerutkan keningnya, mencerna yang dikatakan sosok itu. Ciptaan sendiri?

Sosok itu menjentikkan jarinya. Keluar lingkaran hitam di belakangnya dengan angin penghisap yang cukup kencang. Kertas-kertas yang berada di meja kerja dan barang-barang ringan di sekitar kamar Tiara tersedot ke dalam lingkaran hitam itu.

“Ap-apa yang lo lakuian?” Tiara panik dan tidak percaya dengan apa ia lihat. Lubang cacing? Itu mustahil. Ia pikir wormhole hanya ada di cerita scinefiction.

Tiara tiba-tiba terpaku dan tenggelam dalam lamunannya. Sampai kemudian pekikkannya keluar saat merasakan tarikan di tangannya dan ikut terhisap masuk ke dalam lingkaran hitam itu.

“KYAAA!!!”

Yang dirasakan Tiara hanyalah tarikkan seakan terbawa arus. Matanya yang terbuka penuh, seakan terpejam dengan kegelap yang sangat pekat. Tiba-tiba Tiara merasakan pinggangnya terbelit sesuatu yang kuat. Tiara berusaha memutar-mutar tubuhnya memberontak, karena yang membelit pinggangnya terasa seperti lengan kekar seseorang.

“Tenanglah, Nona. Saya tidak akan menyakitimu. Hanya saja, jatuhnya akan sedikit kasar,” bisik seseorang yang mungkin adalah sosok itu.

Tiara tetap merasa tidak tenang dalam hatinya. Bagaimana bisa ia tengah dipeluk seseorang dengan keadaan yang sangat gelap dan ia tidak tahu apa niat sosok ini sebenarnya. Namun, situasi ini membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan malah mengeratkan pelukannya pada tubuh besar sosok itu. Karena, beberapa detik berikutnya tarikkan tubuhnya semakin terasa kencang, seperti rollcoster yang jatuh dari ketinggian tertinggi dengan kecepatan maksimum.

“KYAAA!!!”

***

Drtt ... drtt ....

Bayu sibuk dengan tumpukan laporan hanya melirik ponselnya tertera nama Tiara, ia hanya mendiaminya saja. Tidak lama getar ponselnya berhenti saat panggilan yang baru saja terhubung sebentar, dan itu membuatnya heran.

“Apa dia salah pencet?” Bayu berusaha mengacuhkannya seperti biasa. Tiara selalu memiliki banyak waktu luang untuk mengganggunya.

Tapi teringat dengan sikap Tiara yang aneh belakangan ini membuatnya sedikit tidak tenang. Dia mengurungkan niat untuk menghubungi Tiara kembali. “Pasti nanti dia kegeeran.”

Bayu kemudian mencari kontak seseorang yang mungkin tahu keadaan Tiara. Lalu dia pencet nomor untuk melakukan panggilan telepon.

“Hallo, Bay. Ada apa?”

“Tiara sama lo?”

“Tumben nanyain dia, kenapa? Lo kangen?”

“Gue lagi nggak bercanda, Ham. Tadi dia nelpon gue, pas mau gue angkat ponselnya mati.”

“Kayaknya salah pencet. Tadi gue sama dia abis makan malam sih, kayaknya dia udah sampai rumah.”

“Ok, seenggaknya dia nggak buat masalah.”

“Gue yang pesan taksinya untuk mengantar pulang kok. Lo tenang aja.”

“Ok, Thank’s, Ham.”

Merasa tidak puas, Bayu mengirim Tiara pesan.

To Tiara

>> Gue lagi banyak tugas, kalau tidak penting tolong jangan menelpon lagi.

“Kalau benar ada masalah pasti dia menelpon kembali.” Tanpa sadar Bayu menunggu ponselnya kembali berdering.

Sudah 15 menit lewat tapi tidak ada tanda-tanda balasan dari Tiara. “Ya ... pasti dia baik-baik saja,” gumamnya. Karena seusil apapun Tiara, dia pasti akan menurut jika diperingatkan satu kali.

Bayu akhirnya kembali mengerjakan semua laporan yang sudah dikejar deadline itu, tidak lupa kali ini mematikan ponselnya agar tidak ada gangguan lagi.

***

Tiara membuka matanya perlahan karena merasa perutnya seperti diinjak-injak sesuatu. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sembari mengumpulkan kesadaran dan ingatannya, namun ia merasa terusik dan kegelian di perutnya. Saat ia menurunkan pandangan ....

“KYAAA!”

Tiara meloncat terkejut, ia melihat makhluk bola kecil berbulu berwarna kuning di atas perutnya.

Makhluk bola kuning itu pun terbang menjauhi Tiara karena terkejut. Matanya berubah menjadi merah darah dan asap mengebul keluar dari tubuhnya. “Nona, keterlaluan! Jika saya tidak siaga, mungkin saya sudah terlempar, huh!” teriak makhluk bola kuning itu diakhiri dengusan.

“Bo-bola bisa bicara? Lo-lo setan atau dedemit dari mana? Si- siluman macam apa lo?!” Tiara menunjuk-nunjuk makhluk bola kuning yang sedang terbang itu, sekaligus menjaga jarak aman kalau tiba-tiba diserang.

“Enak saja saya disamakan dengan setan, dedemit, siluman, dan makhluk rendahan lainnya itu! Saya ini makhluk terhormat. Saya diciptakan langsung dari hasil eksperimen Yang Mulia Raja Astro Climton. Saya ini Omili yang imut!”

“Omili?” Tiara merasa tidak asing dengan nama itu. “Tunggu! Tadi lo juga bilang apa? Astro Climton?” Ya, sekarang Tiara ingat. Nama-nama yang disebutkan itu adalah tokoh karakter antagonis di novelnya.

Tiara memperhatikan wujud makhluk bola kuning itu dengan seksama, memang benar. Tubuh berbentuk bola berwarna kuning berbulu lebat, dua mata bulat yang jernih seperti boneka, sayap kelelawar kecil di punggung makhluk itu, kedua tangan dan kakinya pun hanya seutas tali goni cokelat. Sama dengan deskripsi tokoh pendukung antagonis di novelnya.

Makhluk imut yang merupakan hewan peliharaan yang tidak cocok dengan sosok jahat dan kejam seperti Astro. Makhluk yang lucu, imut, dan menggemaskan yang disebut sebagai hasil eksperimen gagal suku Iblis.

“Tidak perlu berpikir terlalu banyak, Nona. Berpikirlah untuk mengubah alur cerita kami. Itu tujuan saya membawa Nona kemari.” Suara itu tiba-tiba bersumber dari pintu yang memang sudah terbuka.

Muncul sosok pria berpakaian hanfu hitam dengan sulaman naga berwarna merah. Pria itu memiliki kulit putih pucat, sangat kontras dengan warna rambut, alis, dan bulu matanya yang berwarna hitam pekat. Matanya merah menyala dengan sorotan yang tajam, namun kosong. Raut wajah yang dingin tanpa ekspresi itu, memberikan kesan kaku di wajahnya yang terbilang cantik.

“Lo! Lo siapa lagi? Dan ini dimana? Kemana orang yang bawa gue kesini?” Tiara sudah tidak tahu bagaimana ekspresinya saat ini, tapi ia jadi semakin takut dan ingin menangis. “Kalian culik gue buat apa? Gue nggak punya apa-apa. Royalti baru ditransfer setelah 6 bulan, please jangan bunuh gue ....” Merapatkan kedua tangannya, ia memohon diberi belas kasih.

“Baiklah, saya tidak akan menyakiti ataupun membunuh Nona. Namun, Bisakah Nona turun dari sana?” tanya pria itu memandangi Tiara sedang berdiri di atas kasur dengan bantal di tangannya dijadikan sebagai perisai.

Tiara yang sadar dengan perilaku tidak sopannya ingin cepat turun dari atas kasur. Tiba-tiba uluran tangan dari pria itu berada di depannya. Tanpa pikir panjang ia menerima bantuan itu sambil menunduk malu, bisa-bisanya ia masih bersikap konyol di tempat asing seperti ini, untung tidak langsung dibunuh.

Tiara dituntun untuk duduk di pinggir ranjang, lalu pria itu memberikan gelas yang berisi teh yang sangat harum.

Tiara menerima teh itu dengan sopan dan langsung meminumnya. “Jadi ... lo siapa?” tanya Tiara langsung pada intinya.

Pria itu terkekeh, “Nona, benar-benar tidak ingat? Bahkan dengan wujud saya yang seperti ini?” Perlakuan pria itu tidak menunjukkan maksud jahat, tapi bicaranya terkesan menyeramkan. “Saya Astro Climton yang membawa Nona kemari dengan wujud iblis. Nona lah yang menciptakan saya dan semua ini.” Pria yang mengaku Astro itu merentangkan tangannya lebar ke atas, menunjukkan semua yang ada di sekitar mereka. “Ini istana saya. Nona sendiri yang membuatnya dengan deskripsi di dalam novel, apa Nona tidak ingat?”

Tiara mengedarkan pandangannya dan memperhatikan detail ruangannya saat ini. Dan benar saja, yang Tiara tahu ini adalah kamar Astro. Sayap burung merak yang terpajang cantik di kepala ranjang, tirai hitam yang mengelilingi tiang di setiap sudut ranjang pembaringan.

Tiba-tiba Tiara tersenyum menyadari sesuatu. “Lo pasti fans gue, kan? Lo orang yang suka cosplay-cosplay gitu.” Tiara berdiri dan memeriksa setiap pajangan yang ada di ruangan itu, ia berpikir mungkin ada benda yang sedang merekam mereka. “Kameranya dimana? Lo tahu identitas gue pasti ingin pansos (Panjat Sosial), kan?” tuduh Tiara, karena hanya alasan itu yang masuk akal menurutnya.

Melihat pintu besar yang Tiara pikir adalah pintu keluar. Ia langsung berlari dan membuka pintu itu, ini bisa menjadi kesempatannya untuk kabur. Ternyata pintu itu bukanlah pintu keluar, melainkan pintu yang menghubungkannya ke balkon. Tiara terpaku melihat pemandangan di luar adalah hamparan bebatuan hitam dengan langit yang dipenuhi awan mendung beserta petir. Bangunan yang sempat ia pikir adalah sebuah gedung studio, ternyata berupa kastil besar.

Kepala Tiara menjadi pusing, semakin ia berpikir dengan logis, semakin tidak masuk akal. Semua deskripsi yang Tiara tuangkan di dalam novelnya sama persis dengan yang ia lihat sekarang dan tidak mungkin hanya sekedar cosplay.

“I-ini ... mustahil.” Kaki Tiara lamas membuatnya terduduk dengan pikiran yang kosong.

Tiara monoleh ke belakang menatap dua makhluk yang mengaku sabagai tokoh karakter dari novelnya dan mereka pemeran antagonis. 'Ending-nya Astro di pernjara dan Omili mati akibat ledakan kekuatan Astro. Kenapa mereka ada di sini? Apa mereka ingin balas dendam?' pikirnya dengan tangan gemetar.

“Ka-kalian benar-benar Astro dan Omili?” Masih dengan rasa takutnya, Tiara berusaha berdiri dan tetap tenang. Ini bukan saatnya ia terlihat lemah, karena ia harus bertahan hidup untuk kembali ke dunianya. “Anggap saja gue percaya dengan semua ini, apa yang harus gue lakukan untuk membantu kalian?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status