Aliando menatap siluet Faqih dari belakang yang berjalan agak sempoyongan. Ia tersenyum menyeringai dan bangkit dari kursinya seraya menatap ke arah Alisa, "Sepertinya obat perangsang itu sudah bekerja di tubuh Faqih. Kamu tunggu saja dia di sini, sebentar lagi dia pasti kembali dari toilet dan mengajakmu ke hotel untuk bercinta. Aku pergi dulu untuk menemui kekasihku, selamat bersenang-senang."
Aliando melambaikan tangannya saat meninggalkan Alisa dan melangkah keluar dari restoran dengan senyuman terbit dari wajahnya. Seolah hari ini merupakan sebuah kemenangan untuknya, karena berhasil menyingkirkan 1 penghalang yang berani mendekati sang kekasih.
"Akhirnya aku bisa membuat pria sialan itu berakhir di tangan Lisa dan begitu Viera melihat video menjijikkan dari Faqih saat bercinta, ia pasti tidak akan mau berteman dengan pria bajingan itu." Aliando masuk ke dalam mobilnya begitu sampai di parkiran. Namun, baru saja ia ingin mengemudikan mobilnya, dering ponselnya terdengar. Refleks ia langsung mengangkat panggilan telepon yang diketahuinya dari papanya.
"Halo Pa, ada apa?"
"Cepat datang ke Mansion, ada sahabat Papa yang ingin bertemu denganmu untuk membicarakan tentang masalah bisnis dan mungkin akan tertarik untu bekerja sama dengan perusahaan kita."
"Apakah harus sekarang Pa? Aku sedang ada urusan dengan kekasihku."
"Harus sekarang dan tidak pakai lama! Cepat pulang! Kamu bisa menemui wanitamu itu setelah menemui sahabat Papa."
"Baiklah ... baiklah, aku pulang sekarang."
Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan meletakkan ponselnya di atas dasboard. Kemudian melajukan mobilnya meninggalkan area restoran untuk segera menuju ke Mansion keluarganya.
Sementara itu, Faqih yang sudah menghubungi para pengawal untuk menjemputnya di restoran. Ia sebelumnya mencuci wajahnya yang sudah berubah merah karena terbakar gairah. Bahkan dirinya sempat meninju cermin yang ada di toilet untuk menyadarkan dirinya agar tidak sampai berbuat gila dengan sembarangan wanita saat dikuasai horny.
Tentu saja suara dari cermin yang pecah berhasil membuat beberapa orang yang mendengarnya menghambur masuk ke dalam toilet pria, karena hanya ada dirinya seorang yang ada di dalam sana. Begitu pula, beberapa pengawalnya sudah datang dan membantu tuan mudanya setelah membebat tangan yang penuh darah itu dengan menyobek kemeja yang dipakainya.
Sedangkan pengawal yang lainnya mengurus kekacauan yang telah dibuat oleh majikannya dengan membayar kerugian.
"Anda tidak apa-apa Tuan muda," tanya pengawal yang sudah selesai membalut tangan majikannya yang berdarah.
"Aku tidak apa-apa, cepat bawa aku ke hotel Sahara. Apakah kalian sudah menjalankan perintahku?" sahut Faqih dengan tatapan mata penuh kilatan amarah.
"Sudah Tuan muda. Tuan Leonard sedang membawa Nona Viera ke hotel Sahara."
"Bagus, sekarang kita pergi dari sini. Oh ya, urus wanita yang memakai gaun kurang bahan berwarna merah di depan. Jebloskan dia ke penjara, karena berani bermain-main denganku, aku ingin dia merasakan kejamnya berada di sel bersama dengan para penjahat," kesal Faqih dengan mengepalkan tangannya.
"Siap Tuan muda."
Mereka semua pun berlalu pergi dari toilet untuk keluar melalui pintu belakang agar tidak menimbulkan banyak perhatian dari para pengunjung restoran.
*******
Aisyah dan Viera terlihat berjalan bersama-sama setelah keluar dari supermarket waralaba untuk membeli perlengkapan mandi yang sudah hampir habis. Keduanya tinggal di sebuah kos-kosan yang berada tak jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja, karena ingin lebih dekat saat berangkat bekerja. Saat keduanya tengah berjalan, tiba-tiba di depannya ada mobil mewah yang berhenti tepat di depannya.
"Astaghfirullah, kenapa mereka tiba-tiba berhenti di depan kita?" ujar Viera yang merasa sangat kesal saat jalannya dihalangi oleh mobil berwarna hitam tersebut.
"Iya, mentang-mentang kaya. Sehingga bisa berbuat seenaknya sendiri," kesal Aisyah yang menatap keheranan saat melihat beberapa pria berbadan gempal yang memakai baju hitam-hitam turun dari mobil dan berjalan semakin mendekat. "Kenapa mereka seolah mendekati kita ya, Viera?"
"Mungkin mereka mau bertanya pada kita," jawab Viera yang mencoba untuk bersikap tenang. Meski sebenarnya perasaannya saat ini merasa deg-degan dihampiri para pria gempal yang berwajah sangar.
"Maaf, apakah Anda adalah Nona Viera?" tanya pria berbadan tinggi besar yang tak lain adalah asisten pribadi Faqih Mahendra yang bernama Leonard.
"Iya, kamu siapa?" Viera mengerutkan keningnya karena merasa heran bagaimana bisa orang-orang di depannya itu bisa mengetahui namanya. Bahkan ia sudah menggenggam erat tangan sahabatnya untuk menenangkan dirinya yang ketakutan.
Leo langsung memberikan kode pada 2 pengawal di sebelahnya untuk segera membawa wanita yang diinginkan oleh atasannya.
"Lebih baik Nona bekerja sama agar tidak terjadi pertumpahan darah di sini," ucap Leo yang meraih pistol di balik saku jasnya dan mengarahkannya pada wanita yang berada di sebelah Viera.
Sontak saja wajah pucat tampak jelas di wajah Aisyah begitu pistol itu mengarah ke perutnya. Bahkan di tempat umum yang ramai di sekitarnya, ia bisa ditodong pistol dan tidak ada orang yang memperdulikannya, karena semua orang pun merasa takut dan tidak ingin mati konyol.
"Tuan, jangan bunuh saya. Bahkan saya belum menikah. Dan saya masih ingin berbakti kepada orang tua untuk membantu biaya sekolah adik saya," ucap Aisyah yang beralih menatap ke arah sahabatnya. "Viera, tolong bilang pada mereka agar tidak menembakku."
"Sebenarnya siapa kalian? Jangan pernah sakiti sahabatku, atau aku akan berteriak untuk meminta tolong," ancam Viera yang mencoba untuk mengancam dan bernegosiasi.
"Nanti Anda juga akan tahu sendiri siapa kami setelah bertemu dengan Tuan muda kami. Lebih baik Anda ikut dengan tenang, agar sahabat Anda selamat. Karena jika Nona berani berteriak, bisa dipastikan darah akan memenuhi tubuh dari wanita ini!" ancam Leo dengan tatapan tajam.
"Astaghfirullah, baiklah ... baiklah. Aku akan ikut bersama kalian, asal jangan menyakiti sahabatku!" sarkas Viera dengan perasaan yang tidak menentu. Antara gugup, takut, dan bingung. Semuanya bercampur menjadi 1 karena masih tidak mengerti dengan apa yang akan dialaminya.
"Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka bisa mengetahui namaku dan kenapa mereka membawaku? Apakah hari ini adalah akhir hidupku? Jika benar begitu, ampuni dosaku ya Allah," gumam Viera seraya berjalan menuju ke arah mobil meninggalkan sahabatnya.
"Viera, jaga dirimu," teriak Aisyah yang masih merasa shock dan ketakutan karena pria di depannya masih mengarahkan pistol di perutnya. "Astaga, pria ini sangat tampan, tapi ternyata dia pembunuh berdarah dingin," gumam Aisyah.
"Sekarang pergilah," hardik Leo yang sudah mengarahkan tangannya pada Aisyah agar segera pergi dari tempat itu. Kemudian ia berjalan masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi bagian depan. Sedangkan wanita yang diinginkan oleh bosnya duduk di belakang dan terlihat sangat ketakutan. Karena ia bisa melihatnya dari spion mobil.
Selama dalam perjalanan, Viera tidak berhenti merapal doa di dalam hati untuk keselamatan dirinya. Dan menyerahkan hidup dan matinya pada Tuhan.
15 menit kemudian, mobil mewah tersebut sudah masuk ke area hotel Sahara. Leo turun dari mobil dan membuka pintu belakang untuk menyuruh Viera turun dari sana. "Cepat turun Nona, karena Tuan muda kami sudah menunggu Anda di dalam!"
Dengan terpaksa Viera menuruti perintah dari pria yang sama sekali tidak dikenalnya. "Sebenarnya siapa Tuan muda kalian!" teriak Viera dengan sangat kesal.
"Nanti Nona juga akan tahu," jawab Leo dengan wajah datarnya. Dan menghela wanita tersebut agar segera berjalan masuk ke area hotel.
"Kenapa kalian membawaku ke hotel? Apa Tuan muda kalian adalah pria mesum," sarkas Viera dengan kesalnya. Namun, tidak ada yang menjawab umpatannya. Sehingga ia sekarang ini semakin merasa deg-degan dan amat ketakutan. "Siapa Tuan muda yang mereka maksud? Apakah aku akan diperkosa? Tidak-tidak, aku harus mencoba kabur atau menghabisi Tuan muda yang mereka maksud," gumam Viera.
Beberapa saat kemudian, Leo dan Viera beserta 2 pengawal sudah tiba di ruangan kamar dengan nomor 2705. Leo mulai mengetuk pintu kamar hotel presidential suite room tersebut. Dan tak lama berselang, pintu terbuka dari dalam. "Silahkan masuk Nona!"
"Aku masuk ke dalam kamar ini? Apa kalian pikir aku adalah wanita nakal yang melayani para pria hidung belang?" teriak Viera yang mencoba mencari pertolongan. Berharap ada orang baik yang mau menolongnya seperti cerita-cerita di novel yang pernah ia baca.
Namun, tiba-tiba tangannya ditarik dari dalam dan membuatnya sudah berada di dalam ruangan kamar. Bahkan tubuhnya sudah terpental ke arah dada bidang seorang pria yang terlihat bertelanjang dada. Awalnya ia yang memejamkan kedua matanya karena jatuh terhempas di dada bidang itu, bahkan jantungnya berdegup sangat kencang karena merasa sangat takut. Akan tetapi, ia mencoba untuk menetralkan perasaannya untuk melihat siapa dalang dibalik semua hal buruk yang menimpanya.
Viera membuka matanya dan mendongak untuk bisa menatap wajah pria yang sudah mengunci posisinya dengan cara melingkarkan tangan di pinggangnya. Jantungnya seolah berhenti seketika saat melihat siapa pria yang terlihat merah padam wajahnya dan menatapnya seolah seperti hendak memangsanya.
"Faqih? Kamu ...." Viera tidak bisa melanjutkan perkataannya karena bibirnya sudah dibungkam oleh bibir pria yang sudah menciumnya dengan sangat brutal.
Viera tentu saja sangat terkejut dengan perbuatan Faqih yang sangat kasar, berbeda jauh dengan yang selama ini diketahuinya. Karena yang selama ini terlihat adalah pria itu mempunyai sifat yang penyayang dan lembut saat berada di dekatnya.
Viera mencoba menghindar dan mendorong dada bidang Faqih. "Apa yang kamu lakukan? Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Faqih?" Viera mencoba melepaskan cengkraman pria yang sudah mendorongnya ke atas ranjang dan menindihnya, serta mencium lehernya. Namun, tenaganya kalah jauh dari laki-laki yang sudah merobek pakaiannya.
"Aku butuh sex, dan aku hanya menginginkan tubuhmu," ucap Faqih yang sudah berada di atas tubuh wanita yang selama ini diincarnya.
Mendadak raut wajah Viera langsung berubah pucat begitu mendengar kalimat terakhir dari pria yang kembali membungkam mulutnya dan merasakan tangan Faqih sudah bergerilya di tubuhnya.
TBC ...
Karena sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, Faqih mulai meraup bibir merah merekah Viera, menyesap sari kemanisannya dan melesakkan lidahnya untuk mengabsen setiap sudut rongga dalam mulut wanita di bawahnya yang masih mencoba untuk menghindar dan menolak. Dan penolakan dari Viera malah semakin membuatnya terbakar gairah yang membara.Seolah penolakan itu semakin membuatnya merasa sangat tertantang untuk menaklukkan wanita yang asyik bergerak seperti cacing kepanasan saat menolak perbuatannya.Tidak berhenti melumat bibir Viera, tangan Faqih sudah bergerilya, karena kedua tangannya sudah masuk ke balik kaos casual wanita yang masih berusaha menolak perbuatannya. Bahkan ia sudah mulai meremas dua benda padat yang membusung di depannya dengan liar, dan berpindah tempat untuk memilinnya.Otak Fasya yang menolak perbuatan gila Faqih, seolah berbanding terbalik dengan respon dari tubuhnya. Tubuhnya seketika mengg
Viera benar-benar merasa sangat shock begitu mendengar perkataan dari pria yang sudah 6 bulan menjadi kekasihnya, mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. "Apa maksudmu Al? Jangan bilang kalau kamu mau ...." Ia tidak bisa melanjutkan kalimat menakutkan itu dari bibirnya karena sudah sangat ketakutan.Aliando yang tengah memasang sabuk pengaman di tubuhnya, melirik sekilas ke arah wanita yang membuatnya merasa sangat frustasi. Karena wanita yang sangat dicintainya malah berakhir di tangan pria yang sangat dibencinya. Sehingga ia yang dikuasai amarah, sama sekali tidak memperdulikan kenyataan pahit bahwa calon istrinya sudah tidak suci lagi akibat perbuatannya."Ya, malam ini kamu juga harus melayaniku. Sama seperti kamu melayani bajingan itu," sarkas Aliando dengan wajah penuh kilatan amarah. Kembali fokus menatap ke arah depan setelah menyalakan mesin mobil dan mengemudikannya meninggalkan area kos Viera.Re
Viera mencoba memberontak saat Aliando sudah brutal menciumnya dan menindih tubuhnya yang tadi jatuh terhempas di ranjang king size sangat empuk tersebut setelah didorong dengan kasar oleh pria yang tak lain adalah kekasihnya sendiri. Ia sama sekali tidak membalas ataupun menikmati ciuman kasar dari Aliando, karena ia fokus ingin melepaskan diri dari cengkeraman pria yang terlihat sangat buas, seolah ingin memangsanya habis-habisan."Ya Allah, selamatkan hambamu ini dari pria yang sudah dikuasai oleh amarah nafsu syetan ini. Aliando benar-benar sudah berubah, dulu dia tidak pernah kasar padaku. Akan tetapi, kenapa sekarang dia jadi begini?" gumam Viera yang masih berusaha memberontak saat otaknya mulai bisa menangkap bahaya yang mengancamnya ketika kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan satu persatu oleh pria yang masih tidak melepaskan bibirnya.Namun, saat ia memegangi kemejanya, rasa perih dirasakan pada bibirnya ketika Aliando menggigit bibir
Viera yang awalnya sangat kuat, mencoba melawan pria yang sudah menguasai tubuhnya. Namun, lama-kelamaan ia sudah kehabisan tenaga, karena kekuatannya tidak sebanding dengan tubuh kekar yang sudah bergerak sangat liar di atasnya.Bulir bening air mata sudah menganak sungai di wajah pucatnya saat mendapat perlakuan beringas dari pria yang sudah 1 tahun menjadi kekasihnya tersebut. Ketidakberdayaan yang dirasakan, membuat ia hanya bisa pasrah saat sebuah kehancuran datang bertubi-tubi padanya hari ini.Seharusnya ia menyerahkan kesuciannya pada pria yang nantinya akan menjadi suaminya, tetapi sama sekali tidak pernah menyangka jika harga diri yang selama ini dijaga sudah hilang dan hancur dalam semalam. Tidak ada lagi yang bisa ia banggakan di dalam dirinya, sehingga ia berniat untuk mengakhiri hidupnya saat pria yang terlihat menatapnya dengan kilatan penuh hasrat menggelora itu sudah menegang saat mencapai klimaks dan melenguh panjang
Suasana hening di presidential suite room sebuah hotel mewah, sangat hening. Seolah menegaskan bahwa penghuni ruangan kamar hotel tersebut sedang larut dalam alam bawah sadarnya. Hingga 2 jam kemudian, tepatnya pukul 23.15 WIB, sebuah pergerakan dari seorang pria yang mempunyai badan sixpack terlihat menggerakkan tangannya untuk mengusap ranjang, seperti tengah mencari keberadaan seseorang yang tadinya ada di sampingnya.Pria yang tak lain adalah Faqih itu refleks langsung membuka kelopak matanya untuk memastikan ketakutannya."Viera ...." Faqih yang baru saja mengumpulkan kesadarannya, mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tentu saja saat ini, ia tengah mencari sosok wanita yang baru diperkosanya akibat dari obat perangsang yang diberikan oleh Aliando dan Alisa. Sehingga ia sampai melupakan semua norma-norma dan melakukan perbuatan terlarang demi bisa menyalurkan hasratnya yang sudah membakar habis dirinya.Tub
Viera mengerjapkan kedua matanya saat perlahan membuka mata dan mengamati suasana di sekitar yang terlihat sangat asing. Yakni, ruangan tertutup yang di sebelah kanannya ada korden berwarna putih dan ia bisa melihat beberapa alat medis di sekitarnya. Sementara tangannya sudah dipasang infus.Ia berusaha mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya dan mulai mengingat hal buruk yang dialaminya. Terakhir adalah saat ia menutup wajahnya ketika melihat mobil melaju ke arahnya. Hingga rasa syok dirasakannya ketika selesai mengingat hal yang yang baru saja diingatnya tersebut. Mendadak kepalanya merasa pusing dan membuatnya merintih kesakitan. Sehingga saat ini ia memegangi kepalanya yang sudah terbalut perban."Aarrh ... pusing," lirih Viera yang sudah tertahan dengan mengerjapkan mata dan sudut bibir terangkat ke atas."Kamu sudah sadar."Viera memicingkan kedua matanya saat meli
Aliando dan Fatih kini berada di depan kontrakan wanita yang sama-sama mereka puja. Tentu saja untuk mencari tahu apakah Viera sudah kembali ke kontrakan atau belum. Dengan sama-sama mengetuk pintu berwarna kecoklatan di depannya, mereka menunggu beberapa saat. Hingga pintu terbuka, dilihatnya sosok wanita yang saat ini tengah memakai piyama tidur berwarna merah.Aisyah yang dari tadi tidak bisa tidur memikirkan keadaan sahabatnya, hanya sibuk mondar-mandir di dalam kamar. Begitu indera pendengarannya menangkap suara pintu yang diketuk, buru-buru ia keluar kamar dan menuju ke arah depan dengan berpikir bahwa yang datang adalah Viera.“Itu pasti Viera.”Namun, begitu melihat yang ada di depan pintu adalah dua pria tampan yang diketahuinya sama-sama menncintai sahabatnya, membuat ia merasa kebingungan untuk menghadapi atasannya yang tak lain adalah Aliando dan rekan kerjanya Faqih.“Viera belum juga kembali. Apakah kalian berdua mencarinya
Setelah pria yang dianggap dewa penolongnya pergi, kini Viera tengah mengamati sekeliling ruangan. Merasa sangat sesak begitu berada di ruangan tersebut sendiri, tanpa bisa ditahannya lagi, bulir bening sudah menganak sungai di wajah pucatnya. Tidak hanya itu, suara tangisan menyayat hati memenuhi ruangan di tengah keheningan malam. Entah sudah berapa menit ia menangis tersedu-sedu, hingga suaranya yang lirih mulai terdengar."Kenapa semua ini terjadi padaku, Tuhan. Kenapa hidupku hancur dalam semalam di tangan dua pria yang sama-sama tidak mempunyai hati itu? Kenapa takdir sekejam ini padaku? Kenapa aku bertemu dengan mereka?"Viera yang saat ini menyembunyikan wajahnya di bawah bantal, semakin menangis tersedu-sedu saat merasa hancur berkeping-keping dan tidak mempunyai masa depan saat tidak ada lagi yang bisa dibanggakan.Sesaat ia mengingat akan pertemuan pertamanya dengan Aliando di perusahaan dan juga awal mu