Home / Romansa / The Secret Daddy / Menyalurkan hasrat

Share

Menyalurkan hasrat

Author: Dianning
last update Last Updated: 2021-05-21 12:11:19

Senja pun telah beranjak ke peraduannya, dan berganti dengan gemerlap cahaya bintang yang berkilauan. Suasana malam bertabur bintang di hari ini semakin menghiasi gelapnya malam. Setelah sebelumnya menghubungi pria yang sangat tidak disukainya, untuk bertemu di sebuah restoran, kini Aliando sudah duduk di kursi yang terletak di sebelah belakang paling ujung dengan tembok dan dekat dengan pintu keluar. Mempunyai tubuh sixpack dan wajah tampan yang selalu menjadi idaman kaum hawa, membuatnya selalu menjadi pusat perhatian di manapun ia berada.

Pria yang memakai kemeja berwarna putih dengan lengan di lipat sampai siku, tengah menyilangkan kedua kakinya seraya tangannya bersedekap pada dadanya, menunggu sosok yang ditunggunya. Tak lama menunggu, datanglah sosok orang yang dinantikannya.

Pria yang sangat tidak disukainya, yakni yang bernama Faqih Mahendra merupakan pegawai baru di perusahaannya dan dekat dengan kekasih yang sudah lama menjalin hubungan dengannya. Karena ia sangat tidak suka ada seorang pria yang berteman dengan wanita yang sangat dicintainya. Tentu saja ia sangat posesif dan tidak membiarkan ada pria lain dekat dengan wanitanya.

Pria dengan rahang tegas, mata bulat dilengkapi bulu mata lentik serta alis pekat tebal dengan hidung mancung dan bibir tebal yang sangat menggoda kaum hawa. Tak lupa badan tinggi tegapnya membuatnya terlihat gagah meskipun hanya memakai kemeja murahan. Ia adalah Faqih, kaki panjangnya melangkah kedalam restoran dan melihat sekeliling untuk mencari keberadaan sosok yang dicarinya. 

Setelah menemukan Aliando, ia pun menghampirinya dan mencoba mengulurkan tangannya pada kekasih dari wanita yang diincarnya, namun tak mendapatkan sambutan dari pria yang duduk di depannya itu. "Selamat malam Pak Aliando. Apa Anda sudah lama menungguku?" Faqih mendaratkan tubuhnya di kursi dan duduk di depan Aliando.

"Ooh ... kau sudah datang. Mungkin aku baru duduk 5 menit disini, kau sangat tepat waktu sekali. Aku sangat menghargai kedisiplinanmu itu." Aliando mencoba berbasa basi dan berpura-pura tersenyum.

"Sepertinya ada hal serius yang ingin Anda bicarakan denganku Pak Aliando. Sebenarnya ada apa?" tanya Faqih dengan tatapan datarnya seraya mendaratkan tubuhnya di kursi yang berada di sebelah kanan Aliando.

"Ooh ... jangan terburu-buru, lebih baik kita makan saja dulu. Aku sangat lapar karena belum makan malam ini, jadi lebih baik kita makan dulu. Apa kamu tidak keberatan?" sahut Aliando yang mencoba untuk mengulur waktu hingga Alisa datang.

"Baiklah Pak, tentu saja saya tidak keberatan." Faqih masih menanggapi dengan sikapnya yang tenang.

Aliando menggerakkan tangannya ke depan, "Jangan panggil aku Pak kalau tidak sedang berada di kantor, panggil saja aku Al karena sepertinya kita seumuran." Kemudian ia memanggil pelayan dan memulai memesan makanan dan minuman.

Beberapa menit kemudian, pelayan datang dan membawakan pesanan mereka.

"Makanlah, kita bisa makan sambil mengobrol!" Aliando mengarahkan dagunya untuk menunjuk makanan yang sudah terhidang di atas meja.

Faqih hanya menganggukkan kepalanya dan mulai menikmati makanannya, meski ia merasa sangat curiga dengan pria di depannya tersebut. Saat tangannya akan menyuapkan makanan yang ke 3 kalinya ke mulutnya, dirinya sangat terkejut mendengar kata-kata dari Aliando. Sehingga membuatnya sedikit tersedak dan langsung mengambil minuman di depannya dan meminumnya hingga habis.

"Sebenarnya apa tujuanmu masuk ke perusahaan Tamtama Group? Aku sudah mengetahui siapa dirimu sebenarnya, kamu adalah Faqih Mahendra yang merupakan pewaris tahta Perusahaan Mahendra Group yang merupakan perusahaan konsultan terbesar di Jakarta." Aliando menatap tajam pria yang berada di depannya dengan tatapan penuh penghakiman seraya menggebrak meja di depannya. Bahkan perbuatannya itu berhasil membuat beberapa pelanggan menoleh ke arahnya.

"Uhuuk ... uhuk ...." Faqih yang sedang mereguk minumannya refleks langsung tersedak dan menatap wajah Aliando yang saat ini terlihat penuh dengan kilatan api amarah.

"Kenapa kau sangat terkejut saat aku panggil nama lengkapmu, Faqih Mahendra? Seorang pewaris dari Mahendra Group yang sangat terkenal di negeri ini sedang menyamar menjadi orang rendahan yang hanya bekerja di perusahaan kecil sebagai staf biasa."

"Apa kata pers nanti saat mengetahui kebenaran itu? Apa kau tidak kuatir bila harga saham perusahaanmu akan anjlok begitu mendengar berita ini? Mungkin akan bertebaran berita dengan tajuk "Penerus Mahendra Group bermain-main dengan bekerja di bagian pemasaran pada perusahaan kecil."

"Ataukah dengan tajuk "Pewaris keluarga Mahendra sedang mengincar kekasih orang lain. Apakah kau ingin berniat main-main denganku?" Aliando menunjukkan emosinya yang sudah naik ke ubun-ubun dengan menggebrak meja di depannya untuk menakuti lawan bicaranya.

Tapi bukannya takut pada kemarahan Aliando, Faqih hanya menanggapinya dengan senyuman dan mencoba bersikap setenang mungkin tanpa harus merasa terintimidasi dengan kemarahan Aliando.

Faqih berdehem dan mengeluarkan suaranya yang datar. "Sepertinya kau sangat penasaran denganku, hingga membuatmu menyelidiki latar belakang keluargaku? Apa dengan kehadiranku, membuatmu merasa terancam?" ucap Faqih tersenyum mengejek kepada Aliando.

Bunyi gemeratak gigi Aliando terdengar sangat keras menunjukkan bahwa saat ini ia benar-benar ingin menghabisi pria yang terlihat sama sekali tidak takut padanya. "Kau pikir aku takut kepadamu karena kau adalah pewaris tunggal Mahendra Group? Kau belum tahu siapa aku sebenarnya. Jadi kau jangan menganggapku remeh, karena aku akan menghabisimu kalau sampai kau berniat macam-macam pada kekasihku!"

"Ciiih ...." Faqih tersenyum menyeringai. Kemudian ia bersedekap dada seraya melanjutkan perkataannya. "Kau menganggap Viera seorang kekasih? Bagaimana dengan dia sendiri? Apa kau memahami perasaannya? Apa kau mengerti apa kemauannya?"

"Kau hanya menjadikan dia layaknya boneka yang harus selalu menuruti kemauanmu saja tanpa memikirkan apa yang diinginkannya. Apakah kau pernah bertanya padanya bagaimana perasaannya? Apa yang diinginkannya? Kau hanya menjadikan Viera sebagai pemuas obsesi gilamu itu, kau hanya menanamkan ketakutan pada wanita yang kau bilang sangat kau cintai itu. Apa kau sadar kau hanya menyiksa wanita itu dengan mengikatnya di sampingmu?" ucap Faqih dengan senyuman mengejek.

"Itu bukan urusanmu, dan kau tidak perlu ikut campur mengenai hubunganku dengan kekasihku, kau hanya perlu menjauhinya, Faqih! Jangan sampai kesabaranku habis dan memutuskan untuk menghabisimu saat ini juga!" Aliando dengan berapi-api menanggapi ucapan Faqih. Bahkan amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun. Jika ia tidak mengingat rencananya, mungkin ia sudah menghabisi pria yang sudah tertarik pada kekasihnya itu.

Dan disaat perseteruan mereka semakin panas, datang sosok Alisa, wanita yang dibayar Aliando untuk menjebak Faqih. Alisa melangkah dengan gayanya yang elegan dan seksi dengan memakai baju berwarna merah yang menampilkan lekukan tubuhnya yang terlihat seperti gitar spanyol. Bahkan 2 benda padat yang membusung di dadanya bisa terlihat jelas dan sangat menggoda para kaum Adam untuk bisa meremasnya.

"Hai Aliando, kebetulan sekali kita bisa bertemu disini. Aku tadinya merasa sangat kesepian karena akan makan sendirian di sini, syukurlah aku bertemu denganmu. Bolehkah aku bergabung disini?" Tanpa menunggu persetujuan dari lawan bicaranya, Alisa langsung duduk diantara Aliando dan Faqih.

Kemudian Aliando berpura-pura menampilkan raut wajah terkejut pada Alisa, "Kebetulan sekali kita bisa bertemu disini Alisa. Duduk saja, lagipula kami tidak merasa terganggu."

Alisa menoleh ke arah pria tampan disebelahnya itu, seolah terkesima dengan pesona laki-laki yang mempunyai wajah sangat tampan dengan rahang tegas dan sedikit bulu-bulu halus di area sekitar dagunya, serta badan yang terlihat sixpack dan sangat indah dipandang mata.

"Pria ini benar-benar sangat tampan dan maskulin. Mimpi apa aku semalam hingga bisa menghabiskan malam ini bersama dengan pria luar biasa sepertinya. Dia pasti sangat kuat saat berada di atas ranjang, karena tubuhnya sangat bagus dan juga seksi," gumam Alisa seraya tidak berkedip menatap wajah tampan pria di sebelahnya.

Alisa mencoba bersikap manis dengan menampilkan senyuman yang mempesona. "Perkenalkan, saya Alisa." Alisa mengulurkan tangan untuk menjabat tangan pria di sebelahnya.

Faqih hanya bersikap biasa tanpa sedikit pun merasa terpesona dengan sosok Alisa, karena selama ini ia dikelilingi oleh wanita-wanita munafik seperti Alisa yang membuatnya muak dengan kelakuan wanita di sampingnya itu. Dengan malas dia menjabat tangan wanita bertubuh seksi itu tanpa menyebutkan namanya.

"Memuakkan sekali, ternyata Aliando mempunyai teman yang terlihat seperti seorang pelacur. Bahkan pakaian kurang bahan yang dipakainya itu sudah jelas mencerminkan kepribadian buruknya yang suka mengobral tubuhnya. Entah sudah berapa banyak pria yang menjamah tubuhnya yang sangat menjijikkan itu," gumam Faqih.

"Senang bertemu denganmu." Alisa mengerlingkan matanya ke arah Faqih, berharap laki-laki itu terpesona dengan tingkahnya. Alisa mulai bergerak mendekat ke arah Faqih dan mencoba meraba punggung tangan pria itu, berusaha membangkitkan gairah pria yang diketahuinya telah meminum obat perangsang yang ditaruh di minumannya.

Karena Alisa lah yang telah memasukkan obat itu saat pelayan sedang berjalan mengantarkan makanan serta minuman kepada mereka.

Faqih mengibaskan tangan Alisa yang dianggapnya sangat lancang menyentuhnya. "Jangan menyentuhku!" hardik Faqih dengan tatapan mata penuh kilatan amarah dan menatap tidak suka pada wanita yang dianggapnya murahan itu. Namun, baru menutup mulutnya, ia merasakan tubuhnya terasa panas, wajahnya pun telah berubah merah.

"Ada apa dengan tubuhku? Kenapa rasanya seperti terbakar? Sepertinya ada yang tidak beres dengan tubuhku. Apakah Aliando sengaja memasukkan obat perangsang di dalam minumanku? Berengsek! Aku harus bersikap biasa dan jangan sampai membuatnya merasa curiga," gumam Faqih di dalam hati.

Faqih yang merasakan hasratnya sudah mulai menguasai dirinya, refleks bangkit dari kursi dan menatap ke arah Aliando dan Alisa. "Aku permisi sebentar pergi ke toilet." Tanpa menunggu jawaban dari 2 orang di depannya, ia berlalu pergi untuk menuju ke toilet dan berjalan sedikit terhuyung. Faqih mencoba mengendalikan dirinya yang sudah mulai horny.

Begitu ia tiba di toilet, Faqih mengambil ponselnya dan menghubungi orang kepercayaannya. Begitu sambungan telepon tersambung, ia langsung mengeluarkan titahnya.

"Bawa Viera ke Sahara hotel sekarang juga! Aku harus menyalurkan hasratku padanya, karena aku tidak ingin wanita selain dia."

TBC ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Secret Daddy   Kamulah takdirku

    Aliando tadi menyuruh orang tua Viera untuk beristirahat di apartemennya dengan menyuruh asistennya menjemput calon mertuanya. Ia sudah menganggap orang tua Viera adalah mertuanya karena merasa yakin akan menikahi wanita yang selama 5 tahun ini sangat berarti di hatinya.Ia yang mengerti akan amnesia seperti dialami olehnya dulu, yaitu tidak sepenuhnya hilang ingatan, tetapi hanya ingatan beberapa tahun saja yang hilang. Jadi, ia ingin mengeceknya sendiri dengan menunggu hingga Viera tersadar. Dengan menyakini bahwa wanita itu mungkin hanya melupakan sesuatu yang menyakitkan, yaitu melupakan kejadian di mana ia memperkosa Viera.Beberapa jam berlalu, Aliando bahkan sudah tertidur di kursi yang berada di sebelah ranjang pesakitan Viera. Ia menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik tersebut. Berharap akan mengetahui jika Viera sadar dari biusnya.Pukul dua dini hari, Viera perlahan membuka mata dan mengamati sua

  • The Secret Daddy   Lamaran

    Supriyan dan Siti Aminah, serta Aliando seketika menolehkan kepala untuk melihat ke arah sosok sumber suara. Tentu saja mereka bisa melihat raut wajah penuh kemarahan dari sosok wanita paruh baya dengan wajah sangat sembab dan sudah dipastikan dari tadi tidak berhenti menangis meratapi nasib sang putra yang sedang berjuang menghadapi masa kritisnya.Supriyan yang seketika mengepalkan kedua tangannya, sudah tidak bisa menahan diri lagi karena ia tidak terima dituduh hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya memikirkan nasib cucunya, sehingga memutuskan untuk mengatakan semua kebenaran pada Aliando. Ia kini sudah menepis tuduhan dari wanita yang menjadi besannya tersebut."Jangan asal menuduh, Nyonya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagi kami untuk mencari pengganti menantu di saat seperti ini. Kami hanya memikirkan keadaan putri dan cucu yang sangat malang. Apakah itu salah? Apakah salah jika seorang ayah meng

  • The Secret Daddy   Ledakan kesedihan

    Begitu mendengar cerita dari ayah Viera, Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan buru-buru bangkit dari ranjang king size yang menjadi saksi bisu kesedihannya hari ini. Setelah pulang dari rumah sakit, ia berdiam diri di apartemen untuk menenggelamkan dirinya dengan kesedihan. Ia sengaja tidak pulang ke rumah karena tidak ingin orang tuanya melihat dirinya yang berada di titik paling terendah dalam hidupnya.Ia yang dari tadi belum mengganti pakaiannya, memudahkannya untuk langsung pergi ke rumah sakit. Begitu mengambil kunci mobil miliknya, Aliando berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa ia sadari, kakinya menabrak sudut lemari dan tidak dipedulikannya. Meskipun sebenarnya rasa sakit itu sangat terasa, tidak membuatnya ingin memeriksa kakinya karena ia fokus berjalan keluar dari apartemen.Begitu berada di luar pintu, ia berlari menuju ke arah lift dengan senyuman tidak berhenti terukir di bibirnya. Bahkan degup jantungnya

  • The Secret Daddy   Kenyataan yang sebenarnya

    Pasangan suami istri yang tidak lain adalah orang tua Viera, merasa sangat shock dan sedih saat mendengar semua penjelasan panjang lebar dari dokter. Seolah saat ini dunia mereka seketika runtuh saat mengetahui bahwa putri satu-satunya mengalami amnesia dan kelumpuhan.Wajah keduanya terlihat sangat pucat saat melihat nasib malang cucunya yang mungkin dilupakan oleh sang ibu. Begitu melihat para perawat yang membawa putri dan menantunya keluar dari ruangan operasi menuju ke ruangan kamar, mereka berjalan mengikuti di belakang dengan perasaan yang tidak menentu.Tidak lupa bulir kesedihan menghiasi wajah mereka yang mewakili perasaan yang hancur. Hal itu semakin bertambah besar saat mendengar suara cucunya yang memanggil-manggil sang ibu."Mama ... Mama," ucap Rafa beberapa kali dengan melambai-lambai pada sang mama. Merasa panggilannya diabaikan dan juga sang mama tidak kunjung membuka mata, membuatnya menceb

  • The Secret Daddy   Kabar buruk

    Ani Mahendra melanjutkan perkataannya untuk mengungkapkan apa yang ditakutkannya saat ini. "Maaf, aku hanyalah seorang ibu yang takut kehilangan putra satu-satunya. Meskipun aku tahu bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi tidak bisa menghilangkan pikiran burukku yang menganggap bahwa semua ini terjadi karena Viera. Kalian boleh membenci dan marah padaku, tetapi satu-satunya yang kupikirkan hanyalah putraku."Supriyan yang merasa mendapatkan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa hari ini, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Lakukan apapun sesuka Anda, Nyonya Mahendra. Namun, jangan pernah sekali-kali menyebut bahwa putri kami adalah wanita pembawa sial karena di dunia ini, semua manusia mendapatkan rahmat dari Tuhan secara adil.""Jadi, tidak ada anak yang dilahirkan pembawa sial. Saya sangat berterima kasih atas semua penghinaan ini karena mengetahui sifat Anda sebenarnya yang seperti tidak mengakui kebesaran dari T

  • The Secret Daddy   Sampai di sini

    Setelah selesai melakukan transfusi darah, Aliando sudah berjalan keluar dari ruang operasi. Sebenarnya, ia sangat ingin menunggu sampai proses operasi selesai. Namun, ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi memikirkan Viera. Ia memutuskan untuk melupakan wanita yang sangat berarti penting untuknya tersebut.Dengan langkah kaki panjangnya, ia berjalan menghampiri orang tua Viera yang sedang duduk di kursi. "Ayah, Ibu, saya pamit pulang dulu. Sepertinya proses operasi berjalanlancar dan Alhamdulilah Faqih pun bangkit dari kematian. Semua ini terjadi karena Allah telah memberikan mu'jizat untuk Viera dan Faqih."Supriyan kini bangkit dari posisinya dan langsung menepuk bahu kokoh pria yang lebih tinggi darinya tersebut. "Terima kasih, Nak Aliando. Semoga Viera segera sembuh dan bisa mengucapkan terima kasih padamu.""Apa kau tidak ingin menunggu hingga proses operasi selesai, Nak Aliando?" t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status