Posisi tangan Aliando yang sudah berada tepat di depan wajah Faqih, mendadak bergeming begitu mendengar suara bariton pria yang dianggapnya adalah salah satu saingannya untuk mendapatkan Viera. Kali ini, dia benar-benar sangat tidak menyukai pria yang terlihat sangat tenang tapi berbisa saat mengeluarkan suara.
"Hancurkan saja wajahku sekarang dan akulah yang akan menjadi pemenangnya. Karena pastinya citramu akan semakin buruk di depan Viera," ejek Faqih masih diam tak bergerak dari posisinya.
Tentunya dia sangat mengerti akan karakter dari Aliando yang sangat temperamen dan selalu mengandalkan emosi saat menghadapi apapun. "Kamu bukan tandinganku, Aliando."
Faqih mengarahkan tangannya untuk mendorong dada bidang pria yang dianggapnya sangat kekanak-kanakan dan merapikan kemeja yang sedikit kusut karena ulah Aliando.
Aliando yang langsung terhuyung beberapa langkah ke belakang, kembali digulung amarah hingga membuatnya mengepalkan kedua tangannya, tetapi
Faqih yang baru saja keluar dari lift, melihat siluet dua orang wanita yang tak lain adalah Viera dan Aisyah. Awalnya dia ingin memanggil, tetapi tiba-tiba mengingat pesan Viera. Akhirnya dia tidak ingin membuat wanita yang diincarnya itu merasa tidak nyaman dengan pandangan dari para staf perusahaan.'Apakah Viera sudah memaki pria arogan yang melakukan kebohongan besar dan sangat merugikannya? Sepertinya Viera sudah ilfil pada atasannya yang sangat terobsesi padanya. Akan tetapi, aku merasa dia bukanlah lawan yang sepadan, karena aku akan dengan mudah mendapatkan Viera,' gumam Faqih di dalam hati dan berjalan keluar perusahaan menuju tempat pemberhentian bus.Namun, rasa kecewa dirasakannya saat tidak melihat sosok wanita yang dicarinya. "Kemana mereka? Bukankah tadi baru saja keluar?" Mendaratkan tubuhnya pada bangku panjang yang ada di belakangnya bersama para pegawai perusahaan yang lain.Sebenarnya bisa dilih
Pukul sembilan malam, Aliando baru saja tiba di rumah sakit di mana ayah Viera berada. Perjalanan satu setengah jam naik pesawat dari Jakarta ke Surabaya, belum lagi perjalanan ke kota Viera yang dari Bandar Udara internasional Juanda membutuhkan waktu dua jam ke kota kecil yang ada di Jawa Timur.Bahkan kali ini adalah untuk pertama dia pergi ke Jawa tanpa berpamitan pada keluarganya demi bisa menjadi sosok calon menantu yang baik di mata orang tua Viera.Selama di dalam mobil, tadi dia menghubungi nomor yang diberikan oleh Aisyah dan langsung berbicara dengan ayah Viera. Tentu saja setelah memperkenalkan diri sebagai atasan Viera, dia mengetahui bahwa ayah wanita yang digilainya itu akan dioperasi pukul sepuluh malam dan kedatangannya hari ini benar-benar tidak sia-sia karena bisa menunggu proses operasi bersama ibu Viera sampai selesai.Saat ini, kaki panjang Aliando melangkah menyusuri koridor rumah sakit
Supriyan menatap ke arah sang istri untuk menyerahkan semua keputusan pada wanita yang sudah 30 tahun hidup bersamanya karena merasa hanya seorang ibu yang mengerti pada anak perempuannya. "Menurutmu bagaimana, Bu? Kalian sama-sama wanita dan mungkin bisa mengerti bagaimana perasaan putrimu." Beralih menatap ke arah Aliando yang masih berdiri menjulang di sebelah kirinya. "Aku harap kamu mengerti, Nak Aliando. Bahwa hati tidak bisa dipaksakan." Menatap raut wajah kecewa yang tercipta dari sana. Dengan tidak bertenaga, Aliando mengangguk perlahan. "Iya, Ayah. Aku mengerti dan itulah kenapa aku aku berada di sini tanpa tahu malu merayu kalian di belakang Viera. Maaf." Seulas senyum terpatri dari wajah pria paruh baya itu dan mencoba untuk mencairkan suasana penuh ketegangan yang dirasakan. "Akan tetapi, aku memberikan restuku padamu, Nak Aliando. Bukan karena kamu adalah orang yang berasal dari kelu
Nino yang saat ini berjalan mendekati Viera, tidak lupa untuk membuat wanita tersebut segera ikut dengannya secara sukarela karena sangat menghormatinya. "Tolong ikut saya, Nona. Presdir hari ini benar-benar marah setelah mengetahui cerita sebenarnya dari orang suruhannya."Awalnya, Viera yang merasa sangat kebingungan dengan kedatangan tiba-tiba dari pria dibalik kesuksesan perusahaan, pikirannya kembali dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan dan praduga di kepalanya."Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan Nino? Bukankah ini masih jam kerja? Jika saya pergi bersama Anda, nanti gaji saya dipotong. Saya harus membayar utang pada Aisyah, jadi apakah tidak bisa pergi setelah jam pulang kantor?"Beberapa staf perusahaan yang mendengar perkataan Viera, terlihat menepuk jidatnya masing-masing. Begitu pun dengan sosok pria yang tak lain adalah asisten presiden direktur di perusahaan tersebut. 
Aliando yang saat ini tengah makan disuapi oleh salah satu wanita yang merupakan sahabat baiknya semasa kuliah, menolehkan kepala saat mendengar pintu diketuk dan beberapa detik kemudian terbuka. Dia yang sedang makan pun akhirnya tersedak makanan di dalam mulutnya karena sangat terkejut melihat sosok wanita yang sangat dicintainya itu tiba-tiba datang.Sementara dia dari tadi tengah asyik berbincang dengan para sahabatnya semasa kuliah dan tak ketinggalan ada dua mantan kekasihnya yang masih belum bisa move on darinya. "Viera? Kamu datang? Dari mana kamu tahu aku ada di sini?"Viera yang dari tadi mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan terbaik di rumah sakit itu, merasa menyesal saat datang yang tidak tepat. Berada di antara para anak-anak orang kaya yang semakin menjelaskan derajatnya."Maaf, lebih baik kalian lanjutkan saja. Aku akan datang lain kali." Berbalik badan karena merasa sangat malu dengan penampilan
Viera benar-benar menjadi orang lain ketika bersikap sangat manis pada pria dengan mata berkilat yang tengah menatapnya saat dia sibuk menyuapi. Meskipun jauh di dasar hatinya, dia merasa sakit hati atas penghinaan luar biasa dari pria yang tak lain merupakan salah satu pengusaha sukses di Jakarta, yaitu ayah dari pria di depannya.Pria yang dianggapnya sangat sombong dan angkuh itu menyadarkan dirinya hanyalah butiran debu tak terlihat. Mungkin hanya dianggap menjadi kotoran di sepatu mahal mengkilat para konglomerat.Sementara itu, hal yang berbeda dirasakan oleh Aliando saat ini. Dia tentunya merasa sangat senang saat melihat Viera terlihat sangat jauh berbeda dan baik padanya. Kecelakaan yang terjadi padanya malah membawa sebuah berkah tersendiri baginya karena pada akhirnya wanita yang sangat digilainya itu kini mulai membuka hati padanya dengan sikap manisnya. Berbeda dari sebelumnya yang selalu bersikap kasar dan judes."Terima kasih sudah mau
Satu bulan setelah kejadian nahas pemerkosaan yang dialami oleh Viera dan menyebabkannya bersembunyi di area perkebunan teh karena ditolong oleh pria yang menabraknya. Dia benar-benar merasa trauma dan selalu berada di dalam mes yang dihuni oleh para pekerja. Awalnya, pria yang menabraknya itu menyuruhnya untuk tinggal di rumahnya, tetapi dia tidak ingin semakin merepotkan orang lain.Sebenarnya dia ingin langsung bekerja di perkebunan teh milik pria itu, tetapi tidak diizinkan karena disuruh beristirahat untuk memulihkan kondisinya. Apalagi dia baru saja mengalami trauma yang membuatnya merasa takut bersosialisasi dengan lawan jenis. Untungnya di perkebunan teh tersebut mayoritas dihuni oleh wanita, sehingga membuatnya merasa lebih tenang. Hanya ada lima pria paruh baya yang berada di sana dan sudah bekerja selama puluhan tahun.Saat Viera selesai makan, dia berniat untuk mencuci piring bekas makanan yang dikirim oleh asisten rumah tangga p
Viera yang tidak ingin ada polisi campur tangan mengenai kehidupannya, pada akhirnya memilih untuk menceritakan hal buruk yang menimpa dan membuat hidupnya hancur. Dengan menceritakan semuanya, dia berharap pasangan suami istri yang sangat baik itu mau bermurah hati untuk menampungnya sementara waktu karena belum siap untuk kembali ke kampung halamannya. Orang tuanya akan menanggung malu jika sampai para tetangga mengetahui bahwa dirinya hamil karena diperkosa oleh dua pria bajingan. Saat dia menceritakan semuanya, air mata tidak berhenti tumpah ruah dari bola matanya karena malam laknat yang membuatnya kehilangan harga diri itu sungguh sangat memilukan dan terasa sesak di dada. Sementara pasangan suami istri tersebut yang mendengar cerita dari wanita yang baru saja mengakui bernama Viera, semakin membuat mereka merasa iba pada nasib wanita malang tersebut. Wanita paruh baya