Share

7. She Is Mine

Serta-merta Jelita menginjak kaki Zikri dengan keras, membuat lelaki itu melepaskan ciuman dari bibirnya.

Lalu dengan sekuat tenaga, ia juga langsung mendorong tubuh Zikri hingga lelaki itu jatuh terjengkang di atas lantai.

"AKU BENCI KAMU!!" Jelita menjerit sambil berurai air mata dan berlari keluar.

Zikri sialan!

Dia sudah mencuri first kiss yang ingin Jelita berikan pada lelaki yang disukainya. Ia ingin melakukan ciuman pertama dengan Kak Dexter!

Tapi si brengsek itu malah mengambil paksa momen yang paling ia tunggu dalam enam belas tahun hidupnya.

Ciuman dari seorang pangeran tampan yang baik hati, bukan dari musuh bebuyutan yang menyebalkan!!!

Jelita menepis kasar air mata yang luruh dengan punggung tangannya. Ia ingin sekali pergi sejauhnya dari sekolah ini, rasanya ia tidak ingin melihat wajah Zikri untuk selamanya!

Tapi... kemana ia harus pergi?

Rumah yang ia tahu adalah Panti Asuhan Cinta Kasih. Orang tua yang ia miliki adalah Bu Dira. Namun wanita itu telah mengusir Jelita dari satu-satunya rumah yang ia miliki.

Kak Dexter. Ya, ia akan pulang ke apartemen Kak Dexter. Jelita butuh pelukan hangat lelaki itu yang bisa membuatnya tenang.

Bruukk!!!

"Aaaww!!"

Karena pikirannya kusut dan tidak memperhatikan jalan, Jelita malah menabrak seseorang. Tubuh kecilnya pun terjatuh dan kaca matanya terlempar entah kemana.

Aargh! Kenapa sial sekali nasibnya hari ini sih?!

"Jelita?"

Sebuah suara yang familier membuat gadis itu mendongak ke arah sumber suara dengan memicingkan matanya. "Kevin?"

Kevin buru-buru menunduk untuk memungut kaca mata Jelita, membersihkannya sedikit dari tanah dan rumput, lalu langsung menyerahkannya kepada gadis itu.

"Terima kasih," ucap Jelita saat meraih kaca mata dan mengenakannya. Ia pun berdiri dengan bertumpu pada tangan Kevin yang terulur padanya.

"Kamu nangis?" Kevin terkejut setelah mengamati jejak air mata di pipi Jelita, yang serta-merta membuat tangannya mengepal kuat. Siapa sih yang sudah membuat Jelita menangis dan terlihat kacau seperti ini?

"Kenapa?" Dan Kevin pun akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa selain bertanya dengan nada yang dibuat sedatar mungkin.

Jelita mendesah pelan. Kepalanya terasa berdenyut dan berat akibat memikirkan nasibnya yang diusir dari panti, bibirnya masih panas dan bengkak akibat ciuman kasar dari Zikri. Dan ia masih jijik saat membayangkan lelaki itu yang memagutnya tanpa permisi.

"Vin, aku nggak mau sekolah hari ini," ucapnya tiba-tiba dengan ekspresi murung.

Dan Kevin paling tahu kalau Jelita menyukai sekolah, buku dan membaca. Jadi jika dia tiba-tiba ingin membolos, pasti sedang ada masalah yang berat melanda Jelita.

"Yuk bareng. Kamu mau kemana?" tanya Kevin tanpa berpikir.

Jelita tersenyum menatap sahabat terbaiknya ini. Kevin memang paling mengerti dirinya. "Ke tempat yang bisa menghilangkan stres. Tapi aku nggak tahu dimana."

"Beres. Serahkan saja padaku. Kamu tunggu aku di pertigaan dekat warung, ya. Aku coba bawa motor diem-diem dari parkiran dulu."

***

"Kevin, you are the best bestie ever!" seru Jelita girang saat mereka tiba di pantai. Jelita benar-benar tidak menyangka kalau sahabatnya itu membawa mereka ke sana.

Kevin tersenyum melihat wajah Jelita yang kini terlihat berseri-seri. Haha. Sebegitu cepatnya mood gadis itu berubah. Kevin memang selalu tahu apa yang bisa membuat Jelita bahagia.

Jelita berteriak dan menjauh saat Kevin menyiram tubuhnya dengan air asin pantai. Lalu ia pun balas dendam dengan menerjang tubuh Kevin hingga mereka berdua jatuh bergulingan di pasir pantai yang basah sambil tertawa lepas, tak peduli dengan seragam sekolah mereka yang jadi basah dan kotor.

Kevin bangkit untuk duduk bersila di atas pasir, sementara Jelita masih belum bergerak dari posisinya yang rebahan. Sejenak mereka sama-sama terdiam, menikmati suara debur ombak yang menenangkan dan air laut yang sesekali datang menyapa tubuh mereka.

"Aku diusir dari panti sama Bu Dira, Vin," ucap Jelita tiba-tiba.

Matanya masih tak lepas memandangi laut, sementara Kevin yang terkejut sontak menatap Jelita lekat-lekat, namun tak ada satu pun kata yang keluar dari mulutnya.

Kevin menunggu Jelita yang akan bercerita.

Karena Jelita sama sekali tak berkata apa pun setelah ia menunggu selama lima menit, akhirnya Kevin pun tak tahan untuk bertanya. "Terus, kamu tinggal dimana sekarang?"

Jelita menggigit bibirnya. Apa ia ceritakan saja semua soal Kak Dexter pada Kevin?

Memang selama ini tak pernah ada yang ia sembunyikan dari sahabatnya itu. Sampai-sampai jadwal PMS Jelita saja Kevin hapal.

Yap, se-cringe itu memang persahabatan mereka. Namun hanyan Kevin satu-satunya lelaki yang membuat Jelita nyaman.

Uhm, tapi sekarang Kevin bukan satu-satunya lagi sih. Kan ada Kak Dexter dengan pelukannya yang hangat itu juga membuat Jelita nyaman.

Jelita menggaruk dagunya yang tidak gatal dan memutuskan untuk menceritakan saja soal pacarnya kepada Devin.

Namun belum sempat Jelita membuka mulut, tiba-tiba terdengar suara menggelegar yang membuat mereka sangat kaget.

"JELITA!!"

Sontak kedua murid SMA itu pun menoleh pada suara bentakan yang menyebut nama Jelita.

"Kak Dexter?" ucap Jelita sambil membelalak tak percaya dengan penglihatannya. Kenapa dia bisa ada di sini?

Dexter mengatupkan rahangnya, menatap tajam pada Kevin yang terlihat bingung. Pria itu berjalan mendekati Jelita lalu menarik tangannya untuk berdiri.

"Kenapa kamu ada di sini? Nggak sekolah?"

Jelita tampak takut melihat sorot mata Dexter yang dingin terarah padanya. Gawat. Kak Dexter pasti sangat marah! "A-aku..."

"Maaf, Om siapa ya?" Kevin yang sudah ikut berdiri menatap Dexter dengan pandangan tidak suka yang kentara. Apalagi setelah melihat lelaki dewasa di depannya ini dengan seenaknya memegang tangan Jelita.

'Cih. Dia memanggilku "Om"?'

Dexter tersenyum samar, lalu mengalihkan tatapannya pada Jelita. "Sayang, apa kamu tidak ingin memperkenalkan aku?" Tanya Dexter yang sengaja memanggil Jelita dengan sebutan mesra untuk membuat lelaki itu kaget.

Jelita tersentak saat mendengar kata "Sayang" dari mulut Dexter. Seketika ia pun menggigit bibirnya malu, dan menatap Kevin yang terlihat shock.

"Uhm... Kevin, kenalkan... ini Kak Dexter. Pacarku," ucap Jelita. "Kak Dexter, ini Kevin. Sahabatku sejak SMP." Dan akhirnya tak ada yang bisa Jelita lakukan selain memperkenalkan dua orang lelaki yang saling melemparkan tatapan tajam itu.

Dexter memeluk bahu Jelita dengan posesif. "Halo, Kevin. Tolong lain kali jangan mengajaknya membolos. Kalian seharusnya berada di sekolah untuk belajar."

"Aku yang mengajaknya bolos Kak, bukan Kevin," sanggah Jelita. Namun beberapa saat kemudian dia menyesal karena melihat Dexter yang melotot padanya.

"Tidak. Aku yang mengajak Jelita untuk bolos. Aku hanya ingin menghiburnya saja," tukas Kevin santai, namun tak pelak membuat Dexter muak karena menyadari kalau Jelita dan si brengsek ini saling melindungi.

Dexter mendengus. "Baiklah. Kalau begitu ayo kita kembali ke sekolah," cetusnya sambil menarik tangan Jelita ke arah parkiran mobil.

"Kak... tunggu! Aku tidak ingin ke sekolah hari ini!" jerit Jelita sambil berusaha menahan Dexter yang terus menarik tubuhnya.

Ia tidak mau bertemu Zikri yang menyebalkan itu!

"Lepaskan Jelita!" Kevin menahan tangan Dexter yang masih menarik Jelita. "Om nggak denger? Dia bilang nggak mau ke sekolah!"

Dexter menepis tangan Kevin dan menatapnya penuh permusuhan. "Kamu itu cuma temannya, jadi jangan sok menggurui! She is mine, not yours!" bentak Dexter jengkel. "Jangan ikut campur!"

Kevin pun meradang. Emosinya begitu terpancing mendengar ucapan kepemilikan Dexter kepada Jelita, hingga membuatnya melayangkan pukulan ke wajah lelaki yang mengaku-ngaku kekasih sahabatnya itu.

Namun Dexter yang lebih dewasa dan familier dengan perkelahian pun dapat mengelak dengan mudahnya, lalu membalas dengan hantaman keras ke dagu Kevin yang membuat sahabat Jelita itu tersungkur di atas pasir pantai.

"HENTIKAN!!" jerit Jelita saat Dexter menarik kerah baju seragam Kevin, bermaksud untuk memukulnya sekali lagi.

Dexter yang terlalu kuat dengan tubuh tinggi serta otot-ototnya itu sama sekali bukan tandingan bagi Kevin!

Dexter berdecih dan melempar kerah baju Kevin yang tadi dia cengkram, membuat sahabat Jelita itu kembali terjatuh ke pasir lembab.

"Sekarang siapa yang akan kamu pilih, Jelita? Pacar, atau sahabat?" gertak Dexter dengan mata caramelnya yang berkilat-kilat.

"Pikirkan baik-baik, karena tidak akan ada kesempatan kedua untuk berpikir ulang," ucapnya sambil beranjak pergi.

Meninggalkan Jelita yang menatap punggungnya dengan penuh arti.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status