Serta-merta Jelita menginjak kaki Zikri dengan keras, membuat lelaki itu melepaskan ciuman dari bibirnya.
Lalu dengan sekuat tenaga, ia juga langsung mendorong tubuh Zikri hingga lelaki itu jatuh terjengkang di atas lantai."AKU BENCI KAMU!!" Jelita menjerit sambil berurai air mata dan berlari keluar.Zikri sialan!Dia sudah mencuri first kiss yang ingin Jelita berikan pada lelaki yang disukainya. Ia ingin melakukan ciuman pertama dengan Kak Dexter!Tapi si brengsek itu malah mengambil paksa momen yang paling ia tunggu dalam enam belas tahun hidupnya.Ciuman dari seorang pangeran tampan yang baik hati, bukan dari musuh bebuyutan yang menyebalkan!!!Jelita menepis kasar air mata yang luruh dengan punggung tangannya. Ia ingin sekali pergi sejauhnya dari sekolah ini, rasanya ia tidak ingin melihat wajah Zikri untuk selamanya!Tapi... kemana ia harus pergi?Rumah yang ia tahu adalah Panti Asuhan Cinta Kasih. Orang tua yang ia miliki adalah Bu Dira. Namun wanita itu telah mengusir Jelita dari satu-satunya rumah yang ia miliki.Kak Dexter. Ya, ia akan pulang ke apartemen Kak Dexter. Jelita butuh pelukan hangat lelaki itu yang bisa membuatnya tenang.Bruukk!!!"Aaaww!!"Karena pikirannya kusut dan tidak memperhatikan jalan, Jelita malah menabrak seseorang. Tubuh kecilnya pun terjatuh dan kaca matanya terlempar entah kemana.Aargh! Kenapa sial sekali nasibnya hari ini sih?!"Jelita?"Sebuah suara yang familier membuat gadis itu mendongak ke arah sumber suara dengan memicingkan matanya. "Kevin?"Kevin buru-buru menunduk untuk memungut kaca mata Jelita, membersihkannya sedikit dari tanah dan rumput, lalu langsung menyerahkannya kepada gadis itu."Terima kasih," ucap Jelita saat meraih kaca mata dan mengenakannya. Ia pun berdiri dengan bertumpu pada tangan Kevin yang terulur padanya."Kamu nangis?" Kevin terkejut setelah mengamati jejak air mata di pipi Jelita, yang serta-merta membuat tangannya mengepal kuat. Siapa sih yang sudah membuat Jelita menangis dan terlihat kacau seperti ini?"Kenapa?" Dan Kevin pun akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa selain bertanya dengan nada yang dibuat sedatar mungkin.Jelita mendesah pelan. Kepalanya terasa berdenyut dan berat akibat memikirkan nasibnya yang diusir dari panti, bibirnya masih panas dan bengkak akibat ciuman kasar dari Zikri. Dan ia masih jijik saat membayangkan lelaki itu yang memagutnya tanpa permisi."Vin, aku nggak mau sekolah hari ini," ucapnya tiba-tiba dengan ekspresi murung.Dan Kevin paling tahu kalau Jelita menyukai sekolah, buku dan membaca. Jadi jika dia tiba-tiba ingin membolos, pasti sedang ada masalah yang berat melanda Jelita."Yuk bareng. Kamu mau kemana?" tanya Kevin tanpa berpikir.Jelita tersenyum menatap sahabat terbaiknya ini. Kevin memang paling mengerti dirinya. "Ke tempat yang bisa menghilangkan stres. Tapi aku nggak tahu dimana.""Beres. Serahkan saja padaku. Kamu tunggu aku di pertigaan dekat warung, ya. Aku coba bawa motor diem-diem dari parkiran dulu."***"Kevin, you are the best bestie ever!" seru Jelita girang saat mereka tiba di pantai. Jelita benar-benar tidak menyangka kalau sahabatnya itu membawa mereka ke sana.Kevin tersenyum melihat wajah Jelita yang kini terlihat berseri-seri. Haha. Sebegitu cepatnya mood gadis itu berubah. Kevin memang selalu tahu apa yang bisa membuat Jelita bahagia.Jelita berteriak dan menjauh saat Kevin menyiram tubuhnya dengan air asin pantai. Lalu ia pun balas dendam dengan menerjang tubuh Kevin hingga mereka berdua jatuh bergulingan di pasir pantai yang basah sambil tertawa lepas, tak peduli dengan seragam sekolah mereka yang jadi basah dan kotor.Kevin bangkit untuk duduk bersila di atas pasir, sementara Jelita masih belum bergerak dari posisinya yang rebahan. Sejenak mereka sama-sama terdiam, menikmati suara debur ombak yang menenangkan dan air laut yang sesekali datang menyapa tubuh mereka."Aku diusir dari panti sama Bu Dira, Vin," ucap Jelita tiba-tiba.Matanya masih tak lepas memandangi laut, sementara Kevin yang terkejut sontak menatap Jelita lekat-lekat, namun tak ada satu pun kata yang keluar dari mulutnya.Kevin menunggu Jelita yang akan bercerita.Karena Jelita sama sekali tak berkata apa pun setelah ia menunggu selama lima menit, akhirnya Kevin pun tak tahan untuk bertanya. "Terus, kamu tinggal dimana sekarang?"Jelita menggigit bibirnya. Apa ia ceritakan saja semua soal Kak Dexter pada Kevin?Memang selama ini tak pernah ada yang ia sembunyikan dari sahabatnya itu. Sampai-sampai jadwal PMS Jelita saja Kevin hapal.Yap, se-cringe itu memang persahabatan mereka. Namun hanyan Kevin satu-satunya lelaki yang membuat Jelita nyaman.Uhm, tapi sekarang Kevin bukan satu-satunya lagi sih. Kan ada Kak Dexter dengan pelukannya yang hangat itu juga membuat Jelita nyaman.Jelita menggaruk dagunya yang tidak gatal dan memutuskan untuk menceritakan saja soal pacarnya kepada Devin.Namun belum sempat Jelita membuka mulut, tiba-tiba terdengar suara menggelegar yang membuat mereka sangat kaget."JELITA!!"Sontak kedua murid SMA itu pun menoleh pada suara bentakan yang menyebut nama Jelita."Kak Dexter?" ucap Jelita sambil membelalak tak percaya dengan penglihatannya. Kenapa dia bisa ada di sini?Dexter mengatupkan rahangnya, menatap tajam pada Kevin yang terlihat bingung. Pria itu berjalan mendekati Jelita lalu menarik tangannya untuk berdiri."Kenapa kamu ada di sini? Nggak sekolah?"Jelita tampak takut melihat sorot mata Dexter yang dingin terarah padanya. Gawat. Kak Dexter pasti sangat marah! "A-aku...""Maaf, Om siapa ya?" Kevin yang sudah ikut berdiri menatap Dexter dengan pandangan tidak suka yang kentara. Apalagi setelah melihat lelaki dewasa di depannya ini dengan seenaknya memegang tangan Jelita.'Cih. Dia memanggilku "Om"?'Dexter tersenyum samar, lalu mengalihkan tatapannya pada Jelita. "Sayang, apa kamu tidak ingin memperkenalkan aku?" Tanya Dexter yang sengaja memanggil Jelita dengan sebutan mesra untuk membuat lelaki itu kaget.Jelita tersentak saat mendengar kata "Sayang" dari mulut Dexter. Seketika ia pun menggigit bibirnya malu, dan menatap Kevin yang terlihat shock."Uhm... Kevin, kenalkan... ini Kak Dexter. Pacarku," ucap Jelita. "Kak Dexter, ini Kevin. Sahabatku sejak SMP." Dan akhirnya tak ada yang bisa Jelita lakukan selain memperkenalkan dua orang lelaki yang saling melemparkan tatapan tajam itu.Dexter memeluk bahu Jelita dengan posesif. "Halo, Kevin. Tolong lain kali jangan mengajaknya membolos. Kalian seharusnya berada di sekolah untuk belajar.""Aku yang mengajaknya bolos Kak, bukan Kevin," sanggah Jelita. Namun beberapa saat kemudian dia menyesal karena melihat Dexter yang melotot padanya."Tidak. Aku yang mengajak Jelita untuk bolos. Aku hanya ingin menghiburnya saja," tukas Kevin santai, namun tak pelak membuat Dexter muak karena menyadari kalau Jelita dan si brengsek ini saling melindungi.Dexter mendengus. "Baiklah. Kalau begitu ayo kita kembali ke sekolah," cetusnya sambil menarik tangan Jelita ke arah parkiran mobil."Kak... tunggu! Aku tidak ingin ke sekolah hari ini!" jerit Jelita sambil berusaha menahan Dexter yang terus menarik tubuhnya.Ia tidak mau bertemu Zikri yang menyebalkan itu!"Lepaskan Jelita!" Kevin menahan tangan Dexter yang masih menarik Jelita. "Om nggak denger? Dia bilang nggak mau ke sekolah!"Dexter menepis tangan Kevin dan menatapnya penuh permusuhan. "Kamu itu cuma temannya, jadi jangan sok menggurui! She is mine, not yours!" bentak Dexter jengkel. "Jangan ikut campur!"Kevin pun meradang. Emosinya begitu terpancing mendengar ucapan kepemilikan Dexter kepada Jelita, hingga membuatnya melayangkan pukulan ke wajah lelaki yang mengaku-ngaku kekasih sahabatnya itu.Namun Dexter yang lebih dewasa dan familier dengan perkelahian pun dapat mengelak dengan mudahnya, lalu membalas dengan hantaman keras ke dagu Kevin yang membuat sahabat Jelita itu tersungkur di atas pasir pantai."HENTIKAN!!" jerit Jelita saat Dexter menarik kerah baju seragam Kevin, bermaksud untuk memukulnya sekali lagi.Dexter yang terlalu kuat dengan tubuh tinggi serta otot-ototnya itu sama sekali bukan tandingan bagi Kevin!Dexter berdecih dan melempar kerah baju Kevin yang tadi dia cengkram, membuat sahabat Jelita itu kembali terjatuh ke pasir lembab."Sekarang siapa yang akan kamu pilih, Jelita? Pacar, atau sahabat?" gertak Dexter dengan mata caramelnya yang berkilat-kilat."Pikirkan baik-baik, karena tidak akan ada kesempatan kedua untuk berpikir ulang," ucapnya sambil beranjak pergi.Meninggalkan Jelita yang menatap punggungnya dengan penuh arti.***Jelita benar-benar pusing. Rasanya seperti masalah datang bertubi-tubi padanya. Belum selesai masalah Bu Dira yang mengusirnya dari Panti, Zikri yang menciumnya tanpa permisi, ditambah lagi sekarang pacar dan sahabatnya yang saling berseteru."Kamu nggak ngejar pacarmu yang tua itu?" sindir Kevin saat Jelita belum juga beranjak menyusul Dexter, gadis itu malah mengobati luka-luka di wajah Kevin akibat pukulan Dexter. Tadi ia berlari ke apotik terdekat untuk membeli obat-obatan, plester dan kapas. Mana mungkin ia setega itu membiarkan sahabatnya?Jelita mendengus kesal. "Kak Dexter nggak tua! Masih dua puluh satu tahun, kok!" sergahnya sambil menekan keras luka di bibir Kevin dengan sengaja."Aawww! Sakit, Nyet!!" gerutu Kevin sambil memelototi Jelita."Bodo!" balas Jelita sambil menjulurkan lidah. Siapa suruh menghina Kak Dexter! Kevin berdecih sebal. "Ngapain sih kamu pacaran sama Om-om? Kayak nggak ada cowok lain aja!" Jelita yang telah selesai mengobati luka di wajah Kevin pun
"Aku nggak bisa janji nggak akan melakukan hal selain pelukan, Jelita. Jadi gimana? Masih mau aku peluk nanti malam?"***Ucapan Dexter yang membingungkan itu masih terngiang jelas dalam pikiran Jelita yang sedang berbaring di tempat tidur. Seketika ia pun bergidik saat membayangkannya. 'Kak Dexter tak bisa janji untuk tidak melakukan hal selain pelukan?Tapi... Apakah Kak Dexter pernah melakukan "hal itu" sebelumnya?''Yah, kalau dipikir-pikir usia Kak Dexter kan sudah termasuk dewasa, dua puluh satu tahun. Lagipula dia laki-laki yang sangat tampan, dari keluarga Green yang sangat terkenal dan juga kaya-raya. Pasti yang mau menjadi pacarnya juga banyak banget.'Jelita menggigit bibirnya. Di satu sisi ia ingin sekali tidur dalam dekapan Kak Dexter seperti semalam. Rasanya sangat nyaman dan tenang saat ada tubuh hangat yang seakan melindungimu, karena Jelita hampir tidak pernah mendapatkan pelukan selama ia di Panti Asuhan. Kadang-kadang saja Bu Dira memeluknya jika Jelita sedang men
~BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA~Setelah mimpi buruknya yang semakin hari semakin mengerikan dan selalu membuatnya terbangun serta gemetar ketakutan, Jelita pun akhirnya bisa bernapas lega ketika melihat Dexter yang sudah nyenyak tertidur di kamarnya.'YES!!! Sekarang aku bisa memeluk Kak Dexter tanpa dia tahu,' pekik gembira Jelita dalam hati. Tanpa menunggu lebih lama, ia pun langsung terlelap saat tangannya telah mendekap tubuh atletis lelaki itu.Tapi... ada yang aneh.Jelita merasa sesuatu yang basah dan hangat melumat kuat bibirnya. Sakit. Perih. Dan karena dua hal itu Jelita pun akhirnya terbangun, dan membelalakkan mata saat ia menatap wajah Dexter yang begitu dekat dengan wajahnya, dengan bibir yang memagut keras bibirnya.Jelita ingin berteriak, namun suaranya bungkam oleh kecupan Dexter yang bergerak liar di bibirnya. Jelita takut sekali, tapi ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk mendorong tubuh pacarnya itu. Jelita pun akhirnya memberontak, menggerak-gerakkan kepalanya untuk
"Saya Dexter Green, wali murid dari Jelita Kanaya." Dexter memperkenalkan diri pada Kepala Sekolah Jelita, yang langsung melotot menatap sosok rupawan dan famous di Indonesia itu. Siapa sih yang tidak kenal dengan Dexter Green? Wajahnya terlalu sering terpampang di televisi!"S-selamat datang, Tuan Dexter. Saya Riana, Kepala Sekolah Brentwood Highschool. Ini Pak Hendrik wali kelas Jelita, dan ini Bu Lena guru BP," sahutnya sambil memperkenalkan diri serta dua orang guru di situ. Lidah Riana mendadak kelu mendapati anak dari orang terkaya nomor satu di Indonesia berdiri langsung di depan matanya sendiri."Jadi, Anda adalah Kakak Asuh dari Jelita Kanaya?" Dexter mengangguk, lalu matanya menatap ke arah Jelita yang duduk di depan para guru dan Kepsek. Wajahnya terlihat pucat, mungkin karena kaget melihat Dexter yang tiba-tiba berada di sekolahnya. Tadi Jelita memang diam-diam mengadu kepada lelaki itu melalui pesan whatsapp tentang situasi di sekolahnya, dan meminta nasihat apa yang
Jelita terbangun dan mengerjap-kerjapkan matanya karena mendengar suara bisik-bisik pelan di dekat ranjang besar tempatnya tidur. "Sudah bangun?"Gadis itu menoleh ke sumber suara yang menegurnya lembut, suara Dexter. Namun matanya pun membelalak kaget saat melihat sosok wanita elegan berambut pirang yang sedang duduk di sofa di samping Dexter. Wanita itu menatap wajahnya lekat-lekat."Aaaaaaaarrgghh!!" jerit Jelita sambil kembali menarik selimut menutupi wajahnya. 'Si-siapa itu?? Siapa wanita berambut pirang yang duduk di sebelah Dexter??''Tunggu sebentar. Sepertinya aku mengenal wajahnya...'Jelita meneguk ludahnya dengan susah payah. Wanita cantik berambut pirang dengan warna lmata caramel itu adalah Heaven Green, ibu dari Dexter!!Jelita menatap tubuh polosnya yang tertutup selimut, dan mengerang dalam hati.'Ya Tuhan. Kenapa aku harus bertemu wanita itu di posisi seperti ini?? Aaarghhh... rasanya ia ingin sekali menghilang ditelan bumi!!!'"Mom, please... kasihan Jelita. Dia p
Ketika Jelita mengira ia bisa selamat dari Zikri dan kelakuannya yang absurd itu, masalah baru pun datang. Bu Siska menugaskan siswanya membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang, untuk mengerjakan tugas Sosiologi dan untuk presentasi di depan kelas.Karena tidak ada yang mau menjadikan Jelita teman kelompok, maka mau tidak mau terpaksa ia pun menerima ajakan Zikri untuk bekerja sama, meskipun sebenarnya sangat enggan."Papaku punya cafe di daerah Kemang, kita kerjakan tugasnya di sana saja," Zikri mengusulkan pada Jelita yang sedang membereskan perlengkapan sekolahnya. Waktu sekolah telah usai dan para siswa berlarian keluar kelas untuk pulang.Jelita mendelik. "Mana ada ngerjain tugas di cafe? Nggak ah. Kita ke perpus aja," tolaknya sambil menarik risleting tas ranselnya. "Jangan di perpus, kita ke toko buku saja. Beli semua buku yang diperlukan, lalu mengerjakan tugas untuk presentasinya di coffeeshop di lantai dua." Jelita hendak memprotes, tapi Zikri keburu menarik tangan
"Manisnya."Heaven tidak bisa tidak mengakui hal itu saat menatap kedatangan Jelita dan Dexter yang baru saja turun dari mobil.Gadis belia itu masih mengenakan seragam SMA dan Heaven juga baru mengetahui ternyata ia memakai kaca mata berbingkai hitam yang membuatnya makin terlihat polos dan menggemaskan. Pantas saja anaknya sampai tergila-gila seperti itu. Namun wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang sudah menginjak empat puluhan itu merasa was-was. Jelita masih terlalu belia. Ia masih sekolah! Apalagi Dexter bercerita bahwa dia yatim piatu yang bahkan dibuang dari panti asuhannya sendiri. Heaven sudah mewanti-wanti anaknya agar selalu berlaku lembut pada Jelita, karena ia sudah banyak menderita. Jangan sampai Dexter menambah panjang penderitaan gadis yatim-piatu yang pasti membutuhkan kasih sayang itu.Dan entah kenapa, Heaven menyukai gadis itu sejak pertama kali melihatnya tertidur di kamar Dexter. Wajahnya yang polos dan sikapnya yang malu-malu membuat wan
*Happy reading*---Jelita sangat bahagia. Rasanya hatinya ingin meledak menjadi serpihan-serpihan yang berkerlap-kerlip dan bercahaya di udara. Ia masih tak percaya bahwa seorang Dexter Green ternyata akan bertunangan dengannya! Dirinya yang hanya seorang yatim piatu, yang bahkan telah dibuang oleh pengurus panti asuhannya sendiri, yang memiliki rasa insecure parah karena merasa tidak dicintai dan diinginkan oleh siapa pun. Namun sekarang ada seseorang yang seluarbiasa itu yang menginginkannya!Kebahagiaan yang dirasakan Jelita terasa tumpah-ruah, terlalu besar untuk ia tanggung sendiri. Sehingga akhirnya ia pun memutuskan untuk berbagi kebahagiaan ini dengan Kevin dan Kak Tania. Jelita memutuskan untuk lebih dulu menelepon Kak Tania. Ia sudah tak sabar untuk bercerita!"Halo, Kak. Ini Jelita. Apa kabar?""Jelita! Ya ampun, apa kabarmu? Aku baik-baik saja, cuma agak kesal aja karena sudah beberapa hari ini nggak punya teman ngobrol sejak kamu cuti kerja.""Jangan ngambek gitu do