Dexter terbangun dari tidur lelapnya di kamar tamu dengan perasaan bingung.
Sambil mengerjap-kerjapkan matanya yang silau karena lampu kamar yang lupa ia matikan sepanjang malam, otaknya pun mulai berpikir.'Tunggu sebentar, kenapa aku malah tidur dikamar tamu alih-alih di kamarku ya?''Oh iya. Ada Jelita.'Saat ia mengingat satu persatu tentang peristiwa semalam, Dexter pun baru menyadari bahwa ada sesuatu yang terasa mengganjal di pinggangnya.Mata caramel pria itu sontak membelalak kaget, saat melihat tangan satu halus yang memeluk pinggangnya dari belakang.Oh... My... God...Dexter menelan ludah dengan susah payah, ketika akhirnya baru menyadari bahwa bukan hanya ada tangan berkulit putih yang melingkari pinggangnya, namun juga ada tubuh hangat dan lembut yang sedang menempel di punggungnya saat ini.Seketika jantung pria itu mulai berdegup dengan keras dan napasnya mulai memburu.'Shit!! Apa yang Jelita lakukan di sini??'Dexter ingat sekali kalau semalam ia membiarkan Jelita tidur di kamarnya, dan pria itu sendiri memilih untuk tidur di kamar tamu.'Apa jangan-jangan semalam itu Jelita menyelinap dan juga ikut pindah tidur ke kamar tamu??'Dexter merasakan sebutir keringat cemas mulai menitik di keningnya.Pagi hari begini biasanya adalah saat bagian bawah tubuhnya sedang sangat aktif. Gawat, bisa-bisa dia malah melahap pacarnya yang masih kecil ini pagi-pagi!Pria bermanik caramel itu menarik napas dan menghembuskannya dengan perlahan, sebelum ia berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Jelita yang membuat juniornya terasa senat-senut.Dan sukurlah... ia berhasil.Dengan sangat perlahan, Dexter pun turun dari ranjang, berusaha sehalus mungkin agar Jelita tidak terbangun karenanya.Lalu ia berbalik menatap wajah Jelita yang sedang tertidur, dan menyadari betapa polosnya gadis ini.Wajahnya cantik, namun Jelita sepertinya memiliki tingkat insecure yang sangat parah sehingga ia pun seperti tidak menyadarinya.Sebenarnya apa yang terjadi semalam? Apa ia diusir oleh Bu Dira itu? Tapi kenapa? Dan luka-luka di tubuhnya itu... siapa yang melakukannya?"Ampun bu... Lita nggak akan membangkang lagi...," igau Jelita tiba-tiba sambil terisak.Dexter menahan napas. Mata gadis itu masih terpejam rapat, namun tangannya bergerak untuk menutupi kepalanya, seperti orang yang sedang melindungi diri dari pukulan."Ampun... jangan pukul Lita lagi, bu..! Ampuun...!" kali ini igauan pelan Jelita berubah menjadi jeritan pilu penuh kesakitan.Cukup.Hati Dexter sudah terasa remuk mendengar permohonan yang menyayat hati itu. Dia tak sanggup lagi mendengarnya, dan meloncat naik kembali ke atas ranjang untuk merengkuh tubuh mungil dan rapuh itu ke dalam dekapannya.Dexter merasa senang saat Jelita tidak mengigau lagi setelah ia peluk.Terdengar suara dengkuran halus dari bibir penuhnya, sebagai tanda bahwa gadis itu telah kembali terlelap dalam alam mimpi.Inikah alasannya semalam ia meminta untuk dipeluk? Agar terhindar dari mimpi buruk?Dexter memaki dirinya sendiri yang semalam menolak untuk memeluk Jelita. Yang ada dalam pikirannya hanyalah nafsu, padahal yang Jelita butuhkan adalah pertolongannya.'Maafkan aku, Jelita...'***Suara desisan dari dapur membangunkan Dexter, yang langsung melirik ke arah jam dinding. Ternyata sudah jam enam pagi.Sambil menguap, ia menatap sisi samping tempat tidurnya dengan mata yang masih menyipit karena mengantuk. Kosong, tak ada siapa pun di sana. Kemana Jelita?Suara desisan di dapur pun kembali terdengar lagi. Apa itu Jelita yang sedang memasak?Lelaki itu buru-buru bangun untuk memastikan keberadaan pacar kecilnya, dan tersenyum saat menemukan seorang gadis dengan seragam SMU yang sedang sibuk di depan kompor, sedang berdiri membelakanginya.Dexter pun mengendus udara. Hm... aroma nasi goreng yang lezat, membuat perutnya memberontak minta diisi."Aaaaa!!" Jelita menjerit kaget saat mendapati Dexter yang tiba-tiba mengecup singkat bahunya. Lelaki itu melemparkan cengiran jahil dan menatapnya dari belakang."Kak Dexter!" rengek Jelita kesal.Tangannya gemetaran dan wajahnya merona saat pacarnya yang tampan itu dengan santainya malah mengecup pipinya. Desir-desir aneh pun kembali hadir di dada dan perutnya."Masak nasi goreng?" Dexter sudah duduk di kursi meja makan tepat di belakang Jelita. "Emang bisa?" ledeknya pura-pura mencemooh."Bisa, dong!" sahut Jelita cemberut. "Aku kan suka gantian masak sama Bu Dira di panti."Seketika keheningan pun hadir diantara mereka saat Jelita tanpa sadar membahas Bu Dira.Rasanya Dexter tidak dapat menahan geram karena wanita itu telah membuat Jelita terluka pada fisik dan batinnya, sementara yang Jelita pikirkan adalah rasa rindu pada celoteh serta tingkah adik-adiknya di panti setiap pagi."Udah jadi, belum?" ucap Dexter, berusaha memecahkan keheningan yang menggelisahkan di antara mereka."Mmm... udah." Jelita mengambil piring dari rak dan mengisinya dengan nasi goreng buatannya. Lalu ia mengambil sendok dan garpu, dan menambahkan irisan telur, timun serta tomat.Jelita membawa piring itu ke meja makan lalu menaruhnya di hadapan Dexter."Silahkan. Nasi goreng spesial buat Kakak yang paling tampan sedunia," goda Jelita dengan senyum manisnya yang menawan.Dexter gemas sekali melihatnya. Pacar kecilnya ini rupanya sudah bisa menggoda balik dirinya dengan ucapan manis yang membuat Dexter ingin melumat bibir yang merekah itu.'Ah, sabar Dexter. Dia masih kecil.'Sambil menghela napas dan mengutuk diri sendiri karena bisa-bisanya menyukai anak kecil, ia meraih sendok dan mulai menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.Seketika matanya membulat menatap Jelita yang senyam-senyum padanya. Wow. Ternyata lezat juga."Nggak nyangka kamu bisa masak seenak ini," ucap Dexter sambil kembali menyuap nasi ke dalam mulut dengan semangat.Jelita terkekeh. Ia juga mengambil sepiring nasi goreng dan ikut menyantapnya bersama Dexter di meja makan."Ini ucapan terima kasih karena Kakak sudah membiarkanku memelukmu semalam, hehe. Terima kasih, Kak Dexter pacarku yang baik hati," ucapnya sambil nyengir.Dexter pun tersedak ketika teringat kembali pada semalam. Ia buru-buru mengambil segelas air yang sudah disiapkan oleh Jelita dan meneguknya."Hei, tapi jangan jadi kebiasaan!" protesnya setelah tenggorokannya terasa lebih baik. "Awas kalau main peluk-peluk tanpa ijin lagi!"'Apa kamu nggak tahu, kalau semalam itu sebenarnya aku sudah nggak tahan ingin segera memakanmu, Jelita?'Jelita hanya mencebik mendengar perkataan Dexter. Ia merasa aneh dengan lelaki itu. Bukankah mereka pacaran? Tapi kenapa dia tidak suka jika Jelita memeluknya?Lagipula, Jelita memeluk bukan karena genit atau apa... dia hanya merasa tidak tenang saat semalam Dexter meninggalkannya di kamar seorang diri.Berulang kali mimpi buruk terus menghantui tidurnya. Hingga akhirnya Jelita pun tak tahan dan berjalan keluar menuju kamar Dexter, lalu merebahkan diri di samping tempat tidur lelaki itu serta memeluk tubuh kokoh dengan aromanya yang sangat maskulin itu.Entah kenapa, setelahnya Jelita pun segera merasakam ketenangan. Lalu sambil tersenyum, gadis itu pun memejamkan matanya dan lelap tanpa dihantui mimpi buruk lagi."Maaf... aku janji nggak akan peluk Kakak lagi," ucapnya pelan sambil meminum air dalam gelas bening."Oh iya Kak... Nanti siang aku kerja di toko sekaligus bawa barang-barang ya. Sementara ini aku akan tinggal di rumah Kak Tania dulu," tukasnya sambil menyendokkan nasi goreng ke dalam mulut dan mengunyahnya perlahan.Mendadak Dexter membanting sendok dan garpunya di atas piring, menimbulkan suara yang cukup keras dan membuat Jelita kaget."Semalam mau ke rumah Kevin, dan sekarang ke rumah Tania! Sebenarnya bagi kamu, aku ini apa?" cetus Dexter gusar.Kemarahan Dexter yang tiba-tiba itu membuat Jelita kaget dan ketakutan. "M-Maaf Kak... Kak Dexter jangan marah... aku cuma... nggak mau merepotkan Kak Dexter lagi..." mata Jelita mulai berkaca-kaca karena takut pada sorot mata Dexter yang terasa menusuk hingga ke relung jiwa.Lelaki itu mendengus keras. "Tidak. Kamu tidak boleh ke rumah Kevin, Tania, atau siapa pun selama belum bisa kembali ke Panti. Kamu cuma boleh tinggal di sini, bersamaku," tukasnya berapi-api."T-tapi Kak...""Nggak ada tapi-tapian! Pokoknya nggak boleh! From now on, this is your home, Jelita. I AM YOUR HOME ," putusnya tegas dengan sorot mata caramel yang menatap tajam pada Jelita.***Jelita merasa tidak berkutik. Setelah tadi ia dipaksa untuk tetap tinggal di apartemen Dexter, kini pacarnya itu juga memaksa untuk mengantar Jelita ke sekolah.Bukannya tidak suka, hanya saja gadis itu benar-benar jengah melihat tatapan aneh teman sekolahnya yang melihat Jelita turun dari mobil mewah Maserati milik Dexter.Jelita yang miskin dan yatim piatu, bagaimana bisa pagi ini diantar oleh mobil sport mewah ke sekolah?Ia malu sekali, dan akhirnya hanya bisa menundukkan wajahnya saat mendapatkan lirikan tajam dari mereka yang seakan menghakimi sebelum bertanya. Memberikan label sebelum berpositive thinking."Jadi sekarang kamu jadi sugarbaby ya?"Jelita mengernyit, menatap seorang anak lelaki berseragam sekolah yang sama dengan dirinya. Zikri, si pembuat onar yang sedang berdiri di depan Jelita sembari melipat kedua tangan di dadanya."Kenapa nggak bilang kalau kamu butuh uang, Jelita? Aku bisa kok ngasih kamu lebih daripada om-om itu," ucap Zikri lagi, yang kali ini benar-benar membuat Jelita mendelik kaget."Zik, mulut kamu dijaga, ya! Aku bukan sugarbaby dan nggak ada om-om sama sekali!" tukas Jelita kesal. Dengan wajah gusar, Jelita pun melangkahkan kakinya dengan menghentak melewati Zikri.Tiba-tiba Jelita merasakan cengkeraman kuat di lengannya, dan tiba-tiba saja ia pun diseret ke dalam ruang kelas 10 yang masih sepi!"Zikri! Lepasin aku!" sentak Jelita geram. Apa-apaan sih lelaki itu, seenaknya saja menyeret-nyeret ke dalam ruangan yang bukan kelas mereka?Namun Jelita pun terkesiap dengan mata yang lebar membelalak, saat Zikri mencengkram kuat tengkuknya dan mendaratkan ciuman dengan paksa di bibirnya.***Serta-merta Jelita menginjak kaki Zikri dengan keras, membuat lelaki itu melepaskan ciuman dari bibirnya.Lalu dengan sekuat tenaga, ia juga langsung mendorong tubuh Zikri hingga lelaki itu jatuh terjengkang di atas lantai."AKU BENCI KAMU!!" Jelita menjerit sambil berurai air mata dan berlari keluar. Zikri sialan! Dia sudah mencuri first kiss yang ingin Jelita berikan pada lelaki yang disukainya. Ia ingin melakukan ciuman pertama dengan Kak Dexter!Tapi si brengsek itu malah mengambil paksa momen yang paling ia tunggu dalam enam belas tahun hidupnya. Ciuman dari seorang pangeran tampan yang baik hati, bukan dari musuh bebuyutan yang menyebalkan!!!Jelita menepis kasar air mata yang luruh dengan punggung tangannya. Ia ingin sekali pergi sejauhnya dari sekolah ini, rasanya ia tidak ingin melihat wajah Zikri untuk selamanya! Tapi... kemana ia harus pergi?Rumah yang ia tahu adalah Panti Asuhan Cinta Kasih. Orang tua yang ia miliki adalah Bu Dira. Namun wanita itu telah mengusir Jeli
Jelita benar-benar pusing. Rasanya seperti masalah datang bertubi-tubi padanya. Belum selesai masalah Bu Dira yang mengusirnya dari Panti, Zikri yang menciumnya tanpa permisi, ditambah lagi sekarang pacar dan sahabatnya yang saling berseteru."Kamu nggak ngejar pacarmu yang tua itu?" sindir Kevin saat Jelita belum juga beranjak menyusul Dexter, gadis itu malah mengobati luka-luka di wajah Kevin akibat pukulan Dexter. Tadi ia berlari ke apotik terdekat untuk membeli obat-obatan, plester dan kapas. Mana mungkin ia setega itu membiarkan sahabatnya?Jelita mendengus kesal. "Kak Dexter nggak tua! Masih dua puluh satu tahun, kok!" sergahnya sambil menekan keras luka di bibir Kevin dengan sengaja."Aawww! Sakit, Nyet!!" gerutu Kevin sambil memelototi Jelita."Bodo!" balas Jelita sambil menjulurkan lidah. Siapa suruh menghina Kak Dexter! Kevin berdecih sebal. "Ngapain sih kamu pacaran sama Om-om? Kayak nggak ada cowok lain aja!" Jelita yang telah selesai mengobati luka di wajah Kevin pun
"Aku nggak bisa janji nggak akan melakukan hal selain pelukan, Jelita. Jadi gimana? Masih mau aku peluk nanti malam?"***Ucapan Dexter yang membingungkan itu masih terngiang jelas dalam pikiran Jelita yang sedang berbaring di tempat tidur. Seketika ia pun bergidik saat membayangkannya. 'Kak Dexter tak bisa janji untuk tidak melakukan hal selain pelukan?Tapi... Apakah Kak Dexter pernah melakukan "hal itu" sebelumnya?''Yah, kalau dipikir-pikir usia Kak Dexter kan sudah termasuk dewasa, dua puluh satu tahun. Lagipula dia laki-laki yang sangat tampan, dari keluarga Green yang sangat terkenal dan juga kaya-raya. Pasti yang mau menjadi pacarnya juga banyak banget.'Jelita menggigit bibirnya. Di satu sisi ia ingin sekali tidur dalam dekapan Kak Dexter seperti semalam. Rasanya sangat nyaman dan tenang saat ada tubuh hangat yang seakan melindungimu, karena Jelita hampir tidak pernah mendapatkan pelukan selama ia di Panti Asuhan. Kadang-kadang saja Bu Dira memeluknya jika Jelita sedang men
~BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA~Setelah mimpi buruknya yang semakin hari semakin mengerikan dan selalu membuatnya terbangun serta gemetar ketakutan, Jelita pun akhirnya bisa bernapas lega ketika melihat Dexter yang sudah nyenyak tertidur di kamarnya.'YES!!! Sekarang aku bisa memeluk Kak Dexter tanpa dia tahu,' pekik gembira Jelita dalam hati. Tanpa menunggu lebih lama, ia pun langsung terlelap saat tangannya telah mendekap tubuh atletis lelaki itu.Tapi... ada yang aneh.Jelita merasa sesuatu yang basah dan hangat melumat kuat bibirnya. Sakit. Perih. Dan karena dua hal itu Jelita pun akhirnya terbangun, dan membelalakkan mata saat ia menatap wajah Dexter yang begitu dekat dengan wajahnya, dengan bibir yang memagut keras bibirnya.Jelita ingin berteriak, namun suaranya bungkam oleh kecupan Dexter yang bergerak liar di bibirnya. Jelita takut sekali, tapi ia tetap berusaha sekuat tenaga untuk mendorong tubuh pacarnya itu. Jelita pun akhirnya memberontak, menggerak-gerakkan kepalanya untuk
"Saya Dexter Green, wali murid dari Jelita Kanaya." Dexter memperkenalkan diri pada Kepala Sekolah Jelita, yang langsung melotot menatap sosok rupawan dan famous di Indonesia itu. Siapa sih yang tidak kenal dengan Dexter Green? Wajahnya terlalu sering terpampang di televisi!"S-selamat datang, Tuan Dexter. Saya Riana, Kepala Sekolah Brentwood Highschool. Ini Pak Hendrik wali kelas Jelita, dan ini Bu Lena guru BP," sahutnya sambil memperkenalkan diri serta dua orang guru di situ. Lidah Riana mendadak kelu mendapati anak dari orang terkaya nomor satu di Indonesia berdiri langsung di depan matanya sendiri."Jadi, Anda adalah Kakak Asuh dari Jelita Kanaya?" Dexter mengangguk, lalu matanya menatap ke arah Jelita yang duduk di depan para guru dan Kepsek. Wajahnya terlihat pucat, mungkin karena kaget melihat Dexter yang tiba-tiba berada di sekolahnya. Tadi Jelita memang diam-diam mengadu kepada lelaki itu melalui pesan whatsapp tentang situasi di sekolahnya, dan meminta nasihat apa yang
Jelita terbangun dan mengerjap-kerjapkan matanya karena mendengar suara bisik-bisik pelan di dekat ranjang besar tempatnya tidur. "Sudah bangun?"Gadis itu menoleh ke sumber suara yang menegurnya lembut, suara Dexter. Namun matanya pun membelalak kaget saat melihat sosok wanita elegan berambut pirang yang sedang duduk di sofa di samping Dexter. Wanita itu menatap wajahnya lekat-lekat."Aaaaaaaarrgghh!!" jerit Jelita sambil kembali menarik selimut menutupi wajahnya. 'Si-siapa itu?? Siapa wanita berambut pirang yang duduk di sebelah Dexter??''Tunggu sebentar. Sepertinya aku mengenal wajahnya...'Jelita meneguk ludahnya dengan susah payah. Wanita cantik berambut pirang dengan warna lmata caramel itu adalah Heaven Green, ibu dari Dexter!!Jelita menatap tubuh polosnya yang tertutup selimut, dan mengerang dalam hati.'Ya Tuhan. Kenapa aku harus bertemu wanita itu di posisi seperti ini?? Aaarghhh... rasanya ia ingin sekali menghilang ditelan bumi!!!'"Mom, please... kasihan Jelita. Dia p
Ketika Jelita mengira ia bisa selamat dari Zikri dan kelakuannya yang absurd itu, masalah baru pun datang. Bu Siska menugaskan siswanya membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang, untuk mengerjakan tugas Sosiologi dan untuk presentasi di depan kelas.Karena tidak ada yang mau menjadikan Jelita teman kelompok, maka mau tidak mau terpaksa ia pun menerima ajakan Zikri untuk bekerja sama, meskipun sebenarnya sangat enggan."Papaku punya cafe di daerah Kemang, kita kerjakan tugasnya di sana saja," Zikri mengusulkan pada Jelita yang sedang membereskan perlengkapan sekolahnya. Waktu sekolah telah usai dan para siswa berlarian keluar kelas untuk pulang.Jelita mendelik. "Mana ada ngerjain tugas di cafe? Nggak ah. Kita ke perpus aja," tolaknya sambil menarik risleting tas ranselnya. "Jangan di perpus, kita ke toko buku saja. Beli semua buku yang diperlukan, lalu mengerjakan tugas untuk presentasinya di coffeeshop di lantai dua." Jelita hendak memprotes, tapi Zikri keburu menarik tangan
"Manisnya."Heaven tidak bisa tidak mengakui hal itu saat menatap kedatangan Jelita dan Dexter yang baru saja turun dari mobil.Gadis belia itu masih mengenakan seragam SMA dan Heaven juga baru mengetahui ternyata ia memakai kaca mata berbingkai hitam yang membuatnya makin terlihat polos dan menggemaskan. Pantas saja anaknya sampai tergila-gila seperti itu. Namun wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang sudah menginjak empat puluhan itu merasa was-was. Jelita masih terlalu belia. Ia masih sekolah! Apalagi Dexter bercerita bahwa dia yatim piatu yang bahkan dibuang dari panti asuhannya sendiri. Heaven sudah mewanti-wanti anaknya agar selalu berlaku lembut pada Jelita, karena ia sudah banyak menderita. Jangan sampai Dexter menambah panjang penderitaan gadis yatim-piatu yang pasti membutuhkan kasih sayang itu.Dan entah kenapa, Heaven menyukai gadis itu sejak pertama kali melihatnya tertidur di kamar Dexter. Wajahnya yang polos dan sikapnya yang malu-malu membuat wan