Share

Kartu As

Author: Butterfly
last update Last Updated: 2025-09-05 09:00:49

Pagi hari Sienna dan Adrian tengah sarapan bersama di kamar, tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras dan seseorang menarik rambut Sienna dan menyeretnya keluar.

Adrian bangkit, rasa penasaran mendorongnya. Ia mengikuti Sienna dan orang itu dari belakang. Saat ia keluar, pemandangan di depannya membuat jantungnya berdebar. Di ruang utama, ada sebuah pesta sedang berlangsung, tapi bukan pesta seperti yang Adrian kenal. Itu adalah pesta s3ks.

Orang-orang mabuk dan telanjang, tergeletak di lantai, berteriak dan tertawa. Bau alkohol, keringat, dan asap rokok membuat Adrian merasa mual. Ia melihat Sienna berdiri di sudut, matanya memandang kosong ke arah orang-orang itu, tanpa emosi.

Adrian mendekatinya, "Sienna," bisiknya, suaranya parau.

Sienna menoleh. "Kau melihatnya?" Dan Adrian pun mengangguk.

"Ini adalah pesta yang hampir sering dilakukan. Pesta yang diadakan oleh atasan untuk para kurir."

"Kau tidak ikut? Aku pikir kau ditarik ke sini untuk melakukannya juga," tanya Adrian.

"Tidak. Aku tidak pernah melakukannya sekali pun," aku Sienna.

"Tidak pernah?" Adrian menatap wajah Sienna dan anehnya ia merasa bahwa Sienna tak berbohong.

Sienna membalas tatapan Adrian. "Kenapa? Kau tidak percaya padaku, Paman? Itu hak mu sih."

"Sebenarnya, aku selalu dipaksa untuk melakukannya juga, akan tetapi semenjak tuan Elias memberikan ku hak untuk menolak, aku tidak pernah lagi dipaksa oleh mereka. Namun, sebagai gantinya mereka memaksa ku untuk selalu menonton apa yang mereka lakukan dan tuan Elias tidak melarang mereka memaksa ku dalam hal ini," jelas Sienna.

Sienna menunduk sejenak. "Bagaimana pun, aku dibeli untuk menjadi kurir narkoba, bukan menjadi budak s3ks."

"Kenapa kau tidak tertarik? Bukankah narkoba dan s3ks adalah hal yang paling disukai pencandu seperti kalian?" tanya Adrian.

"Lebih tepatnya mereka lah pecandu, aku bukan pencandu," ralat Sienna. "Aku selalu melakukan penjualan yang banyak dan sebagai imbalannya aku meminta untuk tidak meminum narkoba dan minuman-minuman keras seperti yang mereka lakukan," ungkap lagi Sienna.

"Memangnya ada pencandu yang wajah dan tubuhnya masih sehat dan terlihat bugar seperti ku? Lihat saja mereka!"

Adrian menemukan fakta baru. Ia mempercayai semua ucapan gadis polos di sampingnya saat ini.

"Aku memang sudah tidak berharga, tapi aku tidak ingin membenci diriku sendiri juga karena tubuhku disentuh oleh orang seperti mereka. Meski aku tahu tidak ada masa depan yang cerah bagiku, tidak ada pernikahan dan hal lainnya. Jika aku diberi kesempatan, tentu aku akan menjalani hidup ku lebih baik, akan tetapi aku tidak diberi pilihan dan sekarang semuanya sudah terlambat."

"Aku tahu, orang seperti ku memang tak pantas berbicara soal kehormatan, tapi, ya, intinya aku tidak seperti mereka."

"Aku berdiri di sini pun karena dipaksa, jika tidak aku pasti akan terluka karena disiksa oleh mereka semua."

Adrian menatap Sienna. Ia salut karena gadis itu bisa bertahan di dunia yang seperti ini.

Meski iba tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Tugasnya adalah menghancurkan organisasi the serpent's coil bukan menyelamatkan seorang gadis yang terjebak di sini.

Suara tawa dan teriakan tiba-tiba berhenti. Semua mata tertuju pada Elias Thorne. Ia tidak menatap kerumunan, melainkan langsung mengarahkan pandangannya pada Adrian dan Sienna. Suasana yang sebelumnya kacau langsung berubah hening, tegang. Elias memberi isyarat agar mereka tidak perlu berhenti dan tetap nikmati kesenangan yang ada.

Elias turun, melangkah dengan santai melewati tubuh-tubuh yang tergeletak di lantai. Ia berhenti tepat di depan Adrian, tatapannya tajam dan menusuk. Ia mengabaikan Sienna sepenuhnya.

"Aku akan mempekerjakan mu," kata Elias, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Tapi ada syaratnya."

Sienna memandang Adrian, matanya dipenuhi dengan kekhawatiran. Ia tahu syarat itu pasti tidak akan mudah. Ia menebak mungkin saja Adrian akan dibeli hingga dia menjadi sepenuhnya hak milik organisasi sama seperti dirinya.

"Jual satu kilogram narkoba dalam waktu dua hari," lanjut Elias. "Jika kau berhasil, kau akan menjadi bagian dari kami. Jika ada masalah atau terlibat dengan polisi maka kau dilarang untuk mengungkapkan tentang organisasi ini dan jika kau berani mengungkapkan maka..." Elias tidak menyelesaikan kalimatnya. Adrian tahu apa artinya. Itu berarti kematian.

"Itu tidak mungkin!" Sienna berseru. "Tidak ada yang bisa mendapatkan pelanggan sebanyak itu dalam dua hari. Akan sangat sulit mendapatkan pelanggan yang membeli banyak dari kurir seperti kami. Dia orang baru dan belum punya koneksi. Berikanlah dia keringanan, Tuan!" mohon Sienna.

Elias tidak mengindahkan protes Sienna. Ia hanya tersenyum tipis. "Jika tidak siap, maka jangan pernah kembali. Organisasi kami tidak mempekerjakan pengecut yang tidak berguna."

Adrian tidak ragu. Ia menatap Elias, matanya dipenuhi dengan tekad. "Aku akan melakukannya," katanya.

Elias mengangguk puas. Ia memberikan sebuah tas hitam pada Adrian. Adrian membukanya dan di dalamnya ada sebuah bungkusan plastik yang berisi bubuk putih, dan beberapa paket kecil. Itu adalah 1kg narkoba.

"Sampai jumpa," kata Elias, lalu ia pergi, meninggalkan Adrian dan Sienna di tengah kekacauan.

"Aku bisa membantumu," bisik Sienna. "Aku tahu beberapa tempat."

Elias yang sedang berjalan pergi, mendengar perkataan Sienna. Ia menoleh, matanya menatap Sienna dengan tajam. "Dia harus melakukannya sendiri, Sienna," kata Elias lembut sambil tersenyum lebar. Meski begitu Sienna pasti tahu bahwa itu adalah peringatan darinya. "Biarkan dia membuktikan dirinya. Jika dia tidak bisa, maka dia tidak pantas menjadi bagian dari kita."

"Kau pergilah berjualan sendiri," perintah Elias.

"Baik, Tuan!" Sienna mengangguk patuh.

Meskipun Elias melarang, pada akhirnya Adrian dan Sienna tetap pergi bersama. Mereka berjalan keluar dari markas, menyusuri gang yang sempit.

"Bagaimana jika kita berpisah saja?" tanya Adrian. "Aku akan pergi mencari pelanggan di sisi utara dan kau bisa pergi ke selatan. Kita akan bertemu di sini dalam dua hari."

"Bagaimana pun seperti yang kau katakan, tidak mudah mencari pelanggan yang banyak, apalagi hanya dua hari waktu yang diberikan."

Sienna setuju. Ia tahu bahwa itu adalah cara terbaik untuk mereka. "Kau hati-hatilah, Paman."

Adrian mengangguk. "Kau juga hati-hati, Nak."

Mereka pun berpisah. Sienna pergi ke arah selatan, sementara Adrian pergi ke arah utara. Namun, Adrian tidak benar-benar pergi ke utara. Ia pergi ke markasnya. Ia harus melaporkan semua yang terjadi, termasuk fakta bahwa ia bertemu dengan Sienna.

Setibanya di markas AEGIS, Adrian langsung saja menanggalkan identitasnya sebagai Lucas. Ia melepas topeng lateks yang menempel ketat di wajahnya dan melemparkan jaket lusuhnya ke lantai. Rasa gatal dan bau apek yang mengganggu langsung tergantikan oleh udara yang bersih dan sejuk. Dengan langkah tergesa-gesa, ia langsung menuju dapur dan meminta makan.

"Berikan aku makan."

"Makanan yang layak untuk dimakan. Tolong!"

Komandan Alex yang berada di ruang kontrol melihat kedatangan Adrian melalui kamera pengawas. Tanpa ragu, ia menyuruh salah satu staf untuk menyiapkan makanan panas.

Adrian makan dengan lahap, sementara itu Alex duduk di seberangnya, memperhatikan dan menunggu Adrian dengan sabar.

Setelah makan, Adrian tidak langsung melapor. Ia menghabiskan waktu di kamar mandi, membersihkan setiap sudut tubuhnya, membiarkan air hangat membasuh debu dan kotoran yang menempel.

Setelah Adrian kembali, ia sudah sepenuhnya menjadi dirinya sendiri. Ia duduk di hadapan Komandan Alex yang kini membawa buku catatan dan pena.

Adrian mulai berbicara, suaranya tenang dan jelas, menceritakan semua yang ia dapatkan dari Sienna. Alex mencatat setiap kata.

Adrian menceritakan tentang bagaimana The Serpent's Coil beroperasi seperti perusahaan dan tentang orang yang bekerja seperti bayangan, yang tidak diketahui identitasnya. Adrian juga menceritakan tentang bagaimana mereka tidak hanya menjual narkoba, tetapi juga senjata dan barang ilegal lainnya. Dan yang paling penting, Adrian menceritakan tentang gudang rahasia mereka. Tak lupa ia menceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan semua informasi itu dan termasuk siapa Sienna juga.

Alex terkejut. "Kau yakin tentang ini?" tanyanya.

"Aku yakin," jawab Adrian. "Sepertinya Sienna gadis polos yang jujur. Ia percaya bahwa aku pria baik."

Alex mengangguk, ia tahu bahwa Adrian tidak akan berbohong.

Setelah Adrian menyelesaikan laporannya, Komandan Alex terdiam sejenak. Matanya menyipit, menganalisis informasi baru tentang Sienna. "Sienna," gumamnya pelan. "Untuk saat ini kita jadikan dia sebagai kartu As kita."

"Apalagi mendengar dari cerita mu dia kurir kesayangan. Kau harus lebih dekat dengannya," lanjut Alex. "Dapatkan kepercayaannya. Dia adalah kunci kita untuk masuk ke dalam. Dia mungkin tahu semuanya, dari cara kerja mereka hingga lokasi gudang rahasia mereka."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Serpent's Embrace   Bebas? Belum Saatnya

    Sekoci penyelamat kecil itu melaju di tengah kegelapan selama hampir satu jam, menghindari lampu sorot kapal patroli yang mulai beraksi setelah sinyal flare gun Petrov. Mereka berlayar menjauh dari area pelabuhan, menuju garis pantai yang dipenuhi hutan bakau.Dimitri memegang kemudi, wajahnya tegang tetapi lega. Sienna diam, matanya memindai garis pantai. Adrian, bersandar di lambung sekoci, menekan bahunya yang terluka, menahan rasa sakit dan menatap Zara yang terus memberikan arahan dari jauh."Titik ekstrak kedua," bisik Zara. "Gubuk nelayan tua, tepat di selatan Mercusuar Hijau. Tim medis dan transportasi sudah menunggu."Lima belas menit kemudian, mereka tiba di pantai tersembunyi. Tiga sosok muncul dari bayangan—dua pria berpakaian serba hitam dan seorang wanita dengan rompi medis. Itu adalah Tim Delta, unit pendukung logistik AEGIS."Adrian. Dimitri. Selamat datang," sapa wanita medis itu dengan suara yang tenang dan berwibawa, langsung menilai luka Adrian. Ia tak menyapa Sien

  • The Serpent's Embrace   Rintangan

    Bau kotoran, air limbah, dan karat tebal memenuhi saluran beton tempat mereka meluncur. Adrian bergerak di belakang, antara Dimitri di depan yang memimpin, dan Sienna yang di tengah. Bahunya terasa perih, tetapi adrenalin membuat rasa sakit itu menjadi detail yang jauh.Mereka bergerak melawan arus air yang deras, yang menyamarkan suara langkah mereka. Pengejaran di dalam saluran pembuangan adalah taktik yang putus asa, tetapi Adrian tahu ini adalah satu-satunya rute yang tidak dipatroli oleh Petrov."Zara, beri kami gambaran keamanan. Seberapa cepat mereka menyusul?" bisik Adrian, suaranya teredam oleh gema saluran."Mereka masih lambat. Petrov mengerahkan tim besar ke Sayap Timur, memblokir lorong atas. Tapi mereka baru saja membuka lubang inspeksi darurat di sekitar Gudang Utama. Mereka mengirim tim pencari ke bawah. Aku perkirakan lima menit sebelum mereka mencegat jalurmu," lapor Zara. Suaranya terdengar cemas di eardphone.Dimitri dengan sigap menunjuk ke sebuah belokan tajam di

  • The Serpent's Embrace   Misi Berhasil

    Terowongan utilitas itu sempit, berbau debu lama dan kehangatan kabel listrik. Adrian merangkak, menggunakan peta termal di jam tangannya untuk menavigasi. Ia berada tepat di bawah lantai Kantor Eksekutif—area paling dijaga di seluruh markas.Di atasnya, ia bisa mendengar resonansi langkah kaki yang berat, jauh lebih dekat dari sebelumnya. Mereka pasti menyadari sensor gerak di Sayap Timur baru saja di-reboot."Adrian, ada tiga penjaga bersenjata yang baru masuk ke lorong Sayap Timur. Mereka mencari keanehan," bisik Zara melalui eardphone.""Aku di bawah mereka. Kirimkan aku blueprint ruangan. Tunjukkan area kurungan Sienna," balas Adrian.Dalam sekejap, tampilan di jam tangan Adrian berubah, blueprint kantor mewah itu muncul, memperlihatkan meja besar, rak buku, dan sebuah pintu baja tersembunyi di balik lukisan."Dia di ruangan rahasia itu, di balik lukisan," kata Adrian, mengonfirmasi dugaannya. "Dimitri, siap-siap. Setelah aku masuk, aku butuh jalur keluar yang bersih."Adrian mer

  • The Serpent's Embrace   Mulai Misi Penyelamatan

    Di ruang bawah tanah yang dirancang khusus oleh markas AEGIS. Dindingnya dipenuhi peta digital dan peralatan militer yang sunyi.Adrian memasuki ruangan. Di sana, sudah menunggunya dua sosok. Dimitri, si pria berpostur tegap. Wajahnya selalu dingin dan dia selalu memegang tablet yang memantau keamanan jaringan.Dan Zara. Mata-mata yang lebih muda, ramping, dengan tatapan mata yang tajam dan tenang. Spesialisasinya dalam menyusup ke sistem digital dari jarak jauh.Mereka berdua mengenakan seragam taktis hitam tanpa tanda pengenal, menunjukkan bahwa misi ini tidak resmi."Adrian" sapa Dimitri dengan anggukan singkat, suaranya berat. "Alex bilang kau butuh kami. Dan ini harus 'senyap seperti kejatuhan bulu'.""Justru tidak," potong Adrian, berjalan langsung ke dinding yang menampilkan proyeksi satelit Markas Petrov. "Misi ini tidak akan senyap. Ini akan menjadi pengalihan besar untuk menyamarkan ekstrak kecil. Petrov sudah menunggu serangan senyap."Adrian menunjuk peta The Serpent's Coi

  • The Serpent's Embrace   Pertaruhan

    Adrian melompat keluar dari lubang got di area pasar ikan yang sepi, dua blok jauhnya dari Markas The Serpent's Coil. Ia telah menghabiskan dua puluh menit mengerikan merangkak melalui ventilasi kotor dan saluran pembuangan, menghindari senter dan teriakan anjing penjaga. Seragam "Toni" kini basah, robek, dan berbau amis. Ia bergerak cepat melintasi kota, menghindari semua jalan raya utama. Satu jam kemudian, ia tiba di Markas AEGIS. Adrian menerobos pintu baja ruang kontrol utama. Di dalamnya, suasana terasa tenang, kontras dengan neraka yang baru saja ia lewati. Layar-layar monitor yang memantau pergerakan jaringan global bersinar remang-remang. Di balik konsol utama, duduk Alex. Pria itu dengan tatapan mata yang tajam dan wajah tanpa emosi yang dingin, khas seorang perencana perang yang sempurna. "Kau berdarah," adalah sapaan pertama Alex, tanpa menoleh, matanya masih terpaku pada data feed yang ia analisis. "Itu hanya goresan," balas Adrian, suaranya serak dan menahan emosi.

  • The Serpent's Embrace   Dingdong! Permainan mu Berakhir

    Tangan Adrian masih mencengkeram erat USB drive, jantungnya berdebar kencang seirama langkah cepat kakinya menuruni tangga mezzanine. Ia meninggalkan kegelapan total di ruang server dan meninggalkan dua penjaga yang masih meraba-raba mencari senter.Ia harus keluar dari gedung melalui ventilasi sisi barat yang telah ia identifikasi.Ia melompat dari tiga anak tangga terakhir, mendarat dengan lutut ditekuk. Di bawah, Gudang Utama masih diselimuti remang-remang lampu darurat.Adrian berlari di antara rak-rak, menghindari jalur tripwire yang ia netralkan sesaat tadi. Ia hanya butuh tiga puluh detik lagi untuk mencapai saluran ventilasi.Tiba-tiba, ponselnya bergetar di saku dalam jaket samaran Toni.Adrian mendesah frustrasi. Ia mengabaikannya.Lima detik kemudian, ponsel itu bergetar lagi. Dan lagi. Dan lagi. Panggilan beruntun yang tidak masuk akal.Nama itu muncul di layar kecilnya, menyala seperti suar. SIENNA.Rasa dingin yang lebih tajam daripada udara gudang menjalar di punggung A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status