Pagi hari Sienna dan Adrian tengah sarapan bersama di kamar, tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras dan seseorang menarik rambut Sienna dan menyeretnya keluar.
Adrian bangkit, rasa penasaran mendorongnya. Ia mengikuti Sienna dan orang itu dari belakang. Saat ia keluar, pemandangan di depannya membuat jantungnya berdebar. Di ruang utama, ada sebuah pesta sedang berlangsung, tapi bukan pesta seperti yang Adrian kenal. Itu adalah pesta s3ks. Orang-orang mabuk dan telanjang, tergeletak di lantai, berteriak dan tertawa. Bau alkohol, keringat, dan asap rokok membuat Adrian merasa mual. Ia melihat Sienna berdiri di sudut, matanya memandang kosong ke arah orang-orang itu, tanpa emosi. Adrian mendekatinya, "Sienna," bisiknya, suaranya parau. Sienna menoleh. "Kau melihatnya?" Dan Adrian pun mengangguk. "Ini adalah pesta yang hampir sering dilakukan. Pesta yang diadakan oleh atasan untuk para kurir." "Kau tidak ikut? Aku pikir kau ditarik ke sini untuk melakukannya juga," tanya Adrian. "Tidak. Aku tidak pernah melakukannya sekali pun," aku Sienna. "Tidak pernah?" Adrian menatap wajah Sienna dan anehnya ia merasa bahwa Sienna tak berbohong. Sienna membalas tatapan Adrian. "Kenapa? Kau tidak percaya padaku, Paman? Itu hak mu sih." "Sebenarnya, aku selalu dipaksa untuk melakukannya juga, akan tetapi semenjak tuan Elias memberikan ku hak untuk menolak, aku tidak pernah lagi dipaksa oleh mereka. Namun, sebagai gantinya mereka memaksa ku untuk selalu menonton apa yang mereka lakukan dan tuan Elias tidak melarang mereka memaksa ku dalam hal ini," jelas Sienna. Sienna menunduk sejenak. "Bagaimana pun, aku dibeli untuk menjadi kurir narkoba, bukan menjadi budak s3ks." "Kenapa kau tidak tertarik? Bukankah narkoba dan s3ks adalah hal yang paling disukai pencandu seperti kalian?" tanya Adrian. "Lebih tepatnya mereka lah pecandu, aku bukan pencandu," ralat Sienna. "Aku selalu melakukan penjualan yang banyak dan sebagai imbalannya aku meminta untuk tidak meminum narkoba dan minuman-minuman keras seperti yang mereka lakukan," ungkap lagi Sienna. "Memangnya ada pencandu yang wajah dan tubuhnya masih sehat dan terlihat bugar seperti ku? Lihat saja mereka!" Adrian menemukan fakta baru. Ia mempercayai semua ucapan gadis polos di sampingnya saat ini. "Aku memang sudah tidak berharga, tapi aku tidak ingin membenci diriku sendiri juga karena tubuhku disentuh oleh orang seperti mereka. Meski aku tahu tidak ada masa depan yang cerah bagiku, tidak ada pernikahan dan hal lainnya. Jika aku diberi kesempatan, tentu aku akan menjalani hidup ku lebih baik, akan tetapi aku tidak diberi pilihan dan sekarang semuanya sudah terlambat." "Aku tahu, orang seperti ku memang tak pantas berbicara soal kehormatan, tapi, ya, intinya aku tidak seperti mereka." "Aku berdiri di sini pun karena dipaksa, jika tidak aku pasti akan terluka karena disiksa oleh mereka semua." Adrian menatap Sienna. Ia salut karena gadis itu bisa bertahan di dunia yang seperti ini. Meski iba tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Tugasnya adalah menghancurkan organisasi the serpent's coil bukan menyelamatkan seorang gadis yang terjebak di sini. Suara tawa dan teriakan tiba-tiba berhenti. Semua mata tertuju pada Elias Thorne. Ia tidak menatap kerumunan, melainkan langsung mengarahkan pandangannya pada Adrian dan Sienna. Suasana yang sebelumnya kacau langsung berubah hening, tegang. Elias memberi isyarat agar mereka tidak perlu berhenti dan tetap nikmati kesenangan yang ada. Elias turun, melangkah dengan santai melewati tubuh-tubuh yang tergeletak di lantai. Ia berhenti tepat di depan Adrian, tatapannya tajam dan menusuk. Ia mengabaikan Sienna sepenuhnya. "Aku akan mempekerjakan mu," kata Elias, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Tapi ada syaratnya." Sienna memandang Adrian, matanya dipenuhi dengan kekhawatiran. Ia tahu syarat itu pasti tidak akan mudah. Ia menebak mungkin saja Adrian akan dibeli hingga dia menjadi sepenuhnya hak milik organisasi sama seperti dirinya. "Jual satu kilogram narkoba dalam waktu dua hari," lanjut Elias. "Jika kau berhasil, kau akan menjadi bagian dari kami. Jika ada masalah atau terlibat dengan polisi maka kau dilarang untuk mengungkapkan tentang organisasi ini dan jika kau berani mengungkapkan maka..." Elias tidak menyelesaikan kalimatnya. Adrian tahu apa artinya. Itu berarti kematian. "Itu tidak mungkin!" Sienna berseru. "Tidak ada yang bisa mendapatkan pelanggan sebanyak itu dalam dua hari. Akan sangat sulit mendapatkan pelanggan yang membeli banyak dari kurir seperti kami. Dia orang baru dan belum punya koneksi. Berikanlah dia keringanan, Tuan!" mohon Sienna. Elias tidak mengindahkan protes Sienna. Ia hanya tersenyum tipis. "Jika tidak siap, maka jangan pernah kembali. Organisasi kami tidak mempekerjakan pengecut yang tidak berguna." Adrian tidak ragu. Ia menatap Elias, matanya dipenuhi dengan tekad. "Aku akan melakukannya," katanya. Elias mengangguk puas. Ia memberikan sebuah tas hitam pada Adrian. Adrian membukanya dan di dalamnya ada sebuah bungkusan plastik yang berisi bubuk putih, dan beberapa paket kecil. Itu adalah 1kg narkoba. "Sampai jumpa," kata Elias, lalu ia pergi, meninggalkan Adrian dan Sienna di tengah kekacauan. "Aku bisa membantumu," bisik Sienna. "Aku tahu beberapa tempat." Elias yang sedang berjalan pergi, mendengar perkataan Sienna. Ia menoleh, matanya menatap Sienna dengan tajam. "Dia harus melakukannya sendiri, Sienna," kata Elias lembut sambil tersenyum lebar. Meski begitu Sienna pasti tahu bahwa itu adalah peringatan darinya. "Biarkan dia membuktikan dirinya. Jika dia tidak bisa, maka dia tidak pantas menjadi bagian dari kita." "Kau pergilah berjualan sendiri," perintah Elias. "Baik, Tuan!" Sienna mengangguk patuh. Meskipun Elias melarang, pada akhirnya Adrian dan Sienna tetap pergi bersama. Mereka berjalan keluar dari markas, menyusuri gang yang sempit. "Bagaimana jika kita berpisah saja?" tanya Adrian. "Aku akan pergi mencari pelanggan di sisi utara dan kau bisa pergi ke selatan. Kita akan bertemu di sini dalam dua hari." "Bagaimana pun seperti yang kau katakan, tidak mudah mencari pelanggan yang banyak, apalagi hanya dua hari waktu yang diberikan." Sienna setuju. Ia tahu bahwa itu adalah cara terbaik untuk mereka. "Kau hati-hatilah, Paman." Adrian mengangguk. "Kau juga hati-hati, Nak." Mereka pun berpisah. Sienna pergi ke arah selatan, sementara Adrian pergi ke arah utara. Namun, Adrian tidak benar-benar pergi ke utara. Ia pergi ke markasnya. Ia harus melaporkan semua yang terjadi, termasuk fakta bahwa ia bertemu dengan Sienna. Setibanya di markas AEGIS, Adrian langsung saja menanggalkan identitasnya sebagai Lucas. Ia melepas topeng lateks yang menempel ketat di wajahnya dan melemparkan jaket lusuhnya ke lantai. Rasa gatal dan bau apek yang mengganggu langsung tergantikan oleh udara yang bersih dan sejuk. Dengan langkah tergesa-gesa, ia langsung menuju dapur dan meminta makan. "Berikan aku makan." "Makanan yang layak untuk dimakan. Tolong!" Komandan Alex yang berada di ruang kontrol melihat kedatangan Adrian melalui kamera pengawas. Tanpa ragu, ia menyuruh salah satu staf untuk menyiapkan makanan panas. Adrian makan dengan lahap, sementara itu Alex duduk di seberangnya, memperhatikan dan menunggu Adrian dengan sabar. Setelah makan, Adrian tidak langsung melapor. Ia menghabiskan waktu di kamar mandi, membersihkan setiap sudut tubuhnya, membiarkan air hangat membasuh debu dan kotoran yang menempel. Setelah Adrian kembali, ia sudah sepenuhnya menjadi dirinya sendiri. Ia duduk di hadapan Komandan Alex yang kini membawa buku catatan dan pena. Adrian mulai berbicara, suaranya tenang dan jelas, menceritakan semua yang ia dapatkan dari Sienna. Alex mencatat setiap kata. Adrian menceritakan tentang bagaimana The Serpent's Coil beroperasi seperti perusahaan dan tentang orang yang bekerja seperti bayangan, yang tidak diketahui identitasnya. Adrian juga menceritakan tentang bagaimana mereka tidak hanya menjual narkoba, tetapi juga senjata dan barang ilegal lainnya. Dan yang paling penting, Adrian menceritakan tentang gudang rahasia mereka. Tak lupa ia menceritakan bagaimana ia bisa mendapatkan semua informasi itu dan termasuk siapa Sienna juga. Alex terkejut. "Kau yakin tentang ini?" tanyanya. "Aku yakin," jawab Adrian. "Sepertinya Sienna gadis polos yang jujur. Ia percaya bahwa aku pria baik." Alex mengangguk, ia tahu bahwa Adrian tidak akan berbohong. Setelah Adrian menyelesaikan laporannya, Komandan Alex terdiam sejenak. Matanya menyipit, menganalisis informasi baru tentang Sienna. "Sienna," gumamnya pelan. "Untuk saat ini kita jadikan dia sebagai kartu As kita." "Apalagi mendengar dari cerita mu dia kurir kesayangan. Kau harus lebih dekat dengannya," lanjut Alex. "Dapatkan kepercayaannya. Dia adalah kunci kita untuk masuk ke dalam. Dia mungkin tahu semuanya, dari cara kerja mereka hingga lokasi gudang rahasia mereka."Saat semua orang tidur, Adrian keluar, langkah kakinya tidak terdengar di antara dengkuran orang-orang yang mabuk. Ia mendengar suara bisikan dari balik pintu ruangan Elias, dan ia berhenti. Ia berdiri di tembok, di sisi pintu, berusaha mendengar apa yang sedang dibicarakan, barangkali itu hal penting yang harus ia ketahui. "Kau yakin tentang ini?" tanya suara yang Adrian kenal, itu adalah suara Elias. "Bagaimana jika kita salah?" "Tidak," jawab suara lain. "Aku tahu bahwa ada penyusup di markas kita. Aku akan menemukannya." "Aku mengerti. Jadi, pesta nanti adalah jebakan. Pemimpin membuat kompetisi ini agar penyusup itu menjual banyak narkoba demi mendapat jabatan baru sehingga bisa menyusup lebih dalam ke The Serpent's Coil. Begitu?" "Benar. Jangan lupa bawa semua anak buah mu ke pesta." "Tentu," sahut Elias. Adrian terkejut. Sial. Tangannya mengepal. Ia telah memakan jebakan musuh. Sebelum ketahuan, Adrian segera pergi dari kamar Elias ini. Pagi harinya, Adrian langsu
Sore hari, Adrian kembali ke markas the serpent's coil setelah menyimpan uang Sienna di apartemennya. Di sana jauh lebih aman dan tidak akan ada yang mencuri lagi. "Lucas, ayo kita makan di luar!" ajak Sienna, tanpa embel-embel paman lagi. Adrian pun mengangguk. "Um, aku tidak suka memanggil mu paman. Tidak papa jika aku hanya memanggil nama mu?" tanya Sienna di perjalanan. "Tentu. Kau boleh memanggilku siapa pun." Mereka berhenti di sebuah restoran kecil yang sepi, terletak di ujung gang. Restoran itu sederhana dengan beberapa meja dan kursi kayu. Tidak ada pelanggan lain dan Sienna terlihat lega. "Kau yakin di sini?" tanya Adrian. Sienna mengangguk. "Ya," jawabnya, suaranya pelan. "Aku sering makan di sini. Meski tempatnya biasa-biasa saja, tapi aku jamin makanannya enak kok. Kalau di tempat yang lebih mewah dari ini, belum tentu mereka mau menerima kita yang memakai pakaian lusuh seperti ini." Setelah memesan, mereka duduk di sebuah meja kecil, dan Sienna melihat ke luar je
"Bagaimana jika sebagai imbalannya kita membeli gadis itu dari mereka?" tanya Adrian. Alex menentang. "Tidak. Itu sama saja seperti kau membunuh dirimu sendiri, Adrian. Rencana kita akan gagal. Kita harus tetap pada rencana awal. Kau harus menjadi bagian dari mereka dan gadis bernama Sienna itu akan membantumu." Adrian terdiam. Ia tahu Alex benar. "Kau jangan pernah melibatkan perasaan dalam misi mu, Adrian. Kau masih ingat itu? Jika kau terjerat dalam sebuah hubungan asmara maka misi kita akan hancur dan sia-sia." Adrian menghela napas pelan. "Siapa juga yang melibatkan perasaan? Sienna hanyalah gadis muda yang polos. Aku hanya merasa kasian, bukan karena suka atau hal lainnya," sangkalnya. Alex pun terdiam, mengerti dengan maksud Adrian. "Bagaimana dengan 1 kg narkoba itu?" tanya Adrian. "Aku hanya punya dua hari." Alex tersenyum tipis. "Jangan khawatirkan itu," katanya. "Kami akan mengurusnya." Dengan misi 1 kg narkoba yang kini berada di bawah kendali Komandan Alex
Pagi hari Sienna dan Adrian tengah sarapan bersama di kamar, tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras dan seseorang menarik rambut Sienna dan menyeretnya keluar. Adrian bangkit, rasa penasaran mendorongnya. Ia mengikuti Sienna dan orang itu dari belakang. Saat ia keluar, pemandangan di depannya membuat jantungnya berdebar. Di ruang utama, ada sebuah pesta sedang berlangsung, tapi bukan pesta seperti yang Adrian kenal. Itu adalah pesta s3ks. Orang-orang mabuk dan telanjang, tergeletak di lantai, berteriak dan tertawa. Bau alkohol, keringat, dan asap rokok membuat Adrian merasa mual. Ia melihat Sienna berdiri di sudut, matanya memandang kosong ke arah orang-orang itu, tanpa emosi. Adrian mendekatinya, "Sienna," bisiknya, suaranya parau. Sienna menoleh. "Kau melihatnya?" Dan Adrian pun mengangguk. "Ini adalah pesta yang hampir sering dilakukan. Pesta yang diadakan oleh atasan untuk para kurir." "Kau tidak ikut? Aku pikir kau ditarik ke sini untuk melakukannya juga," tanya
Adrian terkekeh sambil memegangi dadanya yang bekas di pukul Sienna. "Bagaimana pun, Nak, kau jangan terlalu baik dan mudah percaya pada orang lain," katanya. "Aku tahu," jawab Sienna. "Aku yakin aku lebih banyak bertemu dengan orang asing daripada kau, Paman. Tapi, hatiku entah kenapa sangat yakin bahwa kau adalah pria yang baik." "Hatiku yang menuntun aku supaya lebih dekat denganmu," bisik Sienna. "Pada yang lain, aku selalu menghindar. Sebenarnya, hanya kau satu-satunya orang yang berani aku ajak bicara. Biasanya aku hanya diam." Adrian memandang Sienna yang tengah berbicara itu. "Aku senang karena punya teman berbicara," kata Sienna, matanya dipenuhi dengan kebahagiaan. "Tapi mungkin kau bisa sedikit mencukur janggut mu agar tidak terlihat begitu menyedihkan." Adrian hanya membalas dengan senyum tipis. Jam pun mulai menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Di kamar sempit ini, keheningan terasa begitu pekat, hanya sesekali diselingi suara napas mereka yang teratur. Mata Adrian t
Sienna membawa Adrian ke sebuah gedung tua yang tampak tidak terpakai dan membukakan sebuah pintu kecil.Pintu kecil itu terbuka dan Adrian mengikuti Sienna masuk ke dalam. Pemandangan di dalamnya menghantamnya seperti gelombang kejut. Bau alkohol yang tajam dan asap rokok tebal memenuhi udara. Beberapa orang tergeletak di lantai, tak sadarkan diri, sementara yang lain tertawa histeris di pojokan. Ini bukanlah markas, melainkan kandang binatang. Namun, meski di luar tampak seperti bangunan tua, tapi di dalam bangunannya terlihat jauh lebih bagus.Tiba-tiba, tawa dan obrolan mereka berhenti. Semua mata tertuju pada Sienna dan Adrian. Sienna tidak punya waktu untuk menjelaskan. Beberapa orang menghampiri, bukan untuk menyerang Adrian, melainkan untuk melampiaskan kemarahan mereka pada Sienna.Salah satu dari mereka menarik rambut Sienna, membuatnya terhuyung dan jatuh ke lantai. Yang lain mulai memukuli dan menendangnya. Sienna hanya melindungi kepalanya, tidak mengeluarkan suara."Sial