Share

17. Exhausted Day

Dion langsung merebahkan badannya di atas kasur setelah mencapai kamarnya. Walaupun dia belum membersihkan diri, untuk sekarang dia lebih butuh istirahat daripada berada di kamar mandi mewah. Hanya untuk lima menit saja, dia terlalu lelah untuk berjalan setelah tungkai kakinya terus menerus terangkat hanya berdiri dengan pointe shoes dan area betisnya juga.

Kepalanya terus berputar seperti ada bintang berkelip di depan matanya. Dia tahu itu hanya sekedar ilusi semata dan kembali memejam mata untuk mengarungi samudra mimpi yang telah menunggu sejak lima menit yang lalu. Karena, demi apapun yang ada di semesta, dia tidak pernah selelah ini, dia sanggup mengoreksi puluhan buku dengan tulisan berantakan dan masih bisa berjalan kaki setelahnya.

Marahi jiwanya yang kurang suka bergerak.

“Leyna.”

Dia ingin mengerang kesal karena seseorang mengusik jam tidurnya, dengan mata yang sayu dia melihat Quinza berdiri di samping kasurnya dengan berkacak pinggang.

“Kalau mau tidur, mandi dulu, Leyna. Daddy bisa marah jika melihat kau seperti ini.” Si bungsu semakin berdecak kesal. Dia tidak bisa membiarkan ayahnya masuk dan memergoki kakaknya dalam kondisi semengenaskan ini. Dia tahu kalau sang kakak malas, bisa-bisa anak kedua itu dikirim untuk belajar ilmu kedokteran seperti si sulung.

Quinza bergedik memikirkan kondisi tersebut. Dia menggoyangkan lengan atas sang kakak, “Mandi dulu, Leyna. Daddy akan segera ke sini, aku dengar dia akan membahas sesuatu denganmu. Lebih baik, kau segera merapikan diri sebelum Daddy mengirimmu belajar kedokteran.”

Dion sontak melebarkan matanya dan segera bangkit, “Itu … darimana kau tahu?”

“Tidak sengaja terdengar,” kata Quinza dengan bahunya yang mengangkat acuh. Dia menepuk pundak kakaknya untuk menyalurkan energi, kondisinya mengenaskan seperti bisa melemah kapanpun.

“Leyna, perlukah aku meminta bantuan untuk membersihkan tubuhmu? Sebagai jaga-jaga kalau kau … kau bisa jadi tumbang di dalam kamar mandi.”

Dion menggeleng sebagai jawaban, lelahnya menguap ketika mendengar kalimat keluar dari bibir Quinza, “Aku bisa sendiri. Lebih baik sekarang kau belajar dengan baik, aku akan siap dengan cepat.”

Sang adik mengangguk dan keluar dari kamar pribadi Nona Muda tersebut, tentu saja tidak mungkin dia merealisasikan perkataannya sendiri. Itu hanya cara supaya seorang Leyna Olivia bisa terbangun dan bergegas mandi. Matanya melirik ke bawah, ada Chayton dengan istrinya baru pulang dengan sekretaris mengikuti mereka dari belakang.

Dia memang merasa aneh dengan sikap kakaknya itu, tidak pernah dia melihat kakak perempuannya selelah itu sampai ingin untuk segera tidur tanpa membersihkan tubuh. Kakaknya satu itu walaupun sedikit ceroboh dan asal bicara sesuai dengan pikirannya, dia cukup mementingka kebersihan tubuh. Selalu melakukan perawatan sebisanya. Bahkan tak jarang Quinza juga diajak.

_The Stranger’s Lust_

Dion memakai piyama yang berbentuk seperti kemeja dengan kerah dan kancing, setidaknya setelah menelisik lebih dalam dia mendapatkan setelan yang bercelana walaupun hanya sebuah pakaian tidur. Tetapi lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Di tangannya telah ada sebuah buku yang ditemui di tas sling bag warna peach ditata di dalam walk in closet dan pena di tangan satunya. Dia tidak bisa menemui Leyna hari ini untuk berbicara lebih panjang, sudah hampir jam tujuh, dia akan segera tidur setelah urusan mendadak hari ini selesai. Mengambil posisi duduk di depan meja rias karena tidak ada tempat lain baginya untuk menulis.

Memantaskan tekadnya, dia menuliskan banyak hal yang terjadi hari ini.

05 Februari 2030

Burk’s Falls, Ontario

Leyna Olivia, kalau kau membaca ini berarti hanya ada dua kemungkinan yang terjadi, kau telah kembali ke ragamu atau aku memilih memberikannya padamu. Tapi, bukan itu yang terjadi sekarang ini, aku takut akan melupakan semuanya atau paling parahnya kita kembali ke tubuh masing-masing, akan sukar untuk bertemu.

Sesuai dengan ceritamu, aku membantu di butik Nyonya Aubrey pagi ini, bajunya bagus tetapi aku tidak punya selera tinggi. Beruntung Beliau tidak banyak bertanya dan menaruh curiga setidaknya untuk sekarang. Butik selama aku berada di sana tidak terlalu ramai tidak sepi juga. Nyonya Aubrey sangat pinta berbisnis. Kurasa kau bisa menuruni kemampuannya.

Siangnya aku ke studio sesuai hari, semuanya masih sama. Nona Dorine menyapa dengan hangat, tampaknya kau memang dekat dengannya. Patricia temanmu itu akan segera menikah walaupun aku tidak tahu dengan siapa namanya, dia melamarnya kemarin malam dan undangan akan datang sebentar lagi tidak sampai setahun. Aku sudah mewakilkanmu mengucap selamat untuknya. Dia tipikal teman yang cukup baik untukmu.

Miss Jessica juga mau-mau saja untuk direkam hari ini. Aku tidak mengerti alasannya tetapi katanya karena dia sudah memutuskan kalau kau akan membawa lagu dari tahun 1890-an maka dia membiarkanku merekam sebagai bahan referensimu di rumah.

Apa kau pernah mendengar lagu The Sleeping Beauty?

Aku mencarinya sekilas, sebisa yang kudapat dari ponselmu, itu adalah lagu klasik di tahun 1890 itu juga. Bahasa orisinal adalah Bahasa Rusia. Komposernya adalah Pyotr Ilyich Tchaikovsky. Aku tidak bisa mencari lebih jauh lagi karena aku terlalu lelah, tiga jam betis ini terus menopang. Terlalu banyak aturan dalam sekali jalan untuk membuat satu postur yang sempurna.

Tapi, semuanya sebanding dengan hasil yang dikeluarkan walaupun seluruh kakiku terasa pegal berdiri di atas pointe shoes. Kau hebat bisa melakukannya selama ini.

Lalu, kata Quinza, Tuan Chayton akan mendiskusikan sesuatu. Aku akan memberitahumu lagi. Hanya sampai sini karena sudah memasuki jam makan malam.

Sincerely,

Dion Addison

Dion tersenyum melihat tulisan tangannya, menutupnya dan meletakkannya kembali di posisi semula. Lalu turun untuk makan malam sekaligus menuntaskan tugas akhir hari ini dan segera mengarungi alam mimpi.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status