Beranda / Romansa / The Sugar Baby of Uncle Blue / Bab 94: Tidak Ingin Hamil 3

Share

Bab 94: Tidak Ingin Hamil 3

Penulis: Miss.EA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-27 20:48:23

Di dalam, suasana begitu ramai, tetapi tetap tertata dengan elegan. Lantai berkilau dengan marmer mengilap, sementara deretan toko-toko mewah berjajar dengan tampilan etalase yang memukau. Amara tampak kagum melihat dekorasi Natal yang mulai dipasang di berbagai sudut mal.

“Daddy, lihat! Ada pohon Natal besar sekali!” seru gadis kecil itu sambil menunjuk ke arah atrium utama, di mana pohon Natal raksasa berdiri dengan ornamen emas dan lampu berkelap-kelip.

Blue tersenyum. “Iya, cantik sekali? Nanti kita foto di sana kalau Amara mau.”

Amara mengangguk penuh semangat. “Mau, Daddy! Kita foto bertiga, ya!”

Blue balas mengangguk sambil melirik Emely. “Tentu, Sayang. Mommy setuju, kan?”

Emely tersenyum kecil. “Tentu saja. Foto bersama pasti menyenangkan,” jawabnya.

Mereka terus berjalan, mengelilingi berbagai toko. Amara terlihat kegirangan ketika mereka masuk ke sebuah toko mainan besar. Dia berlari kecil ke rak boneka, memperhatikan satu per satu boneka yang dipajang.

“Mommy, ini lucu sek
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marisal Sherllyta
kamu licik sekali heh......bilang nya beli pil kontrasepsi taunya penyubur.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 157: Blue Harus Bertanggung Jawab 2

    Disisi lain, Emely tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan ayahnya. Ia mengangkat kepalanya lebih tinggi, mencoba menahan air matanya. “Aku tidak pernah mengabaikan pendidikanku, Dad. Semua kegiatan kampusku berjalan normal seperti biasa,” balasnya. Erlan mengeluarkan dengusan kasar. “Dan kau pikir Dad akan percaya begitu saja?!” bentaknya, suaranya naik satu oktaf, membuat suasana ruangan kembali tegang. “Bisakah kau berbicara tanpa membentak?” Gabriel segera menyela, namun suaranya tetap tenang. Erlan mendengus keras, menatap kakaknya dengan penuh emosi. “Kau berharap aku bisa tetap tenang setelah semua yang Blue lakukan pada putriku?!” suaranya menggema di ruangan. “Kau tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya berada di posisiku, Gabriel! Jadi sebaiknya kau diam saja!” “Erlan?” Gamal tiba-tiba bersuara. Ia kurang setuju dengan sikap Tidak sopan putranya. Gabriel menatap Erlan sorot mata tajam. “Aku bukan musuhmu, Erlan,” katanya dengan nada datar. “Aku adalah kak

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 156: Blue Harus Bertanggung Jawab 1

    ***Melihat putrinya hanya diam dengan raut wajah ragu, membuat Erlan semakin emosi. Suaranya menggelegar memenuhi ruangan. “Mengapa kau diam saja?! Jawab pertanyaan Grandmamu, Emely!” bentaknya keras, membuat Emely terlonjak kaget.“Erlan?!” Megan menegur tajam, ekspresinya mencerminkan keberatan atas sikap kasar putranya.Di tengah ketegangan yang semakin memuncak, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dari arah pintu depan. Tak lama, seorang pria melangkah masuk ke ruang keluarga dengan santai. “Suaramu terdengar sampai di pintu gerbang, Erlan. Apakah kau benar-benar tidak bisa bicara lebih pelan?” ujar pria itu dengan nada tenang namun tegas, tatapannya langsung mengarah pada sang adik.Erlan tersentak mendengar suara itu. Ia menoleh cepat, memiringkan tubuh untuk melihat sosok yang baru saja masuk. Wajahnya berubah, keningnya berkerut dalam ketika mengenali pria tersebut. “Gabriel?” gumamnya pelan.Gabriel, kakak laki-laki Erlan, berdiri tegap dengan wajah yang sama teg

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 155: Penjelasan dan Kejujuran 2

    Emely menelan ludah dengan susah payah. Ia berusaha keras untuk mengumpulkan keberanian. Perlahan, ia mengangkat wajahnya, kedua matanya yang berkaca-kaca bertemu dengan tatapan tajam ayahnya. Namun, sebelum ia sempat berbicara, Megan tiba-tiba menyela.“Sejak kapan kamu tinggal bersama Blue, Sayang?” tanya Megan lembut. Nada suaranya penuh kasih sayang, berbeda jauh dengan nada konfrontasi Erlan. Namun pertanyaan itu membuat Erlan mendengus kesal, memperlihatkan ketidaksukaannya pada sikap ibunya yang dianggap terlalu memanjakan Emely, bahkan dalam situasi seperti ini.Emely mengalihkan pandangannya dari sang ayah ke arah neneknya. Ia menatap Megan sejenak, sebelum akhirnya menjawab dengan suara pelan, “Hampir sebulan, Grandma.”Deg!“Lihat?! Kalian dengar itu? Hampir sebulan! SEBULAN!” Erlan tiba-tiba meledak, emosinya tak lagi bisa ia kendalikan. Suaranya yang menggelegar memenuhi ruangan, membuat suasana semakin tegang.Namun, Gamal, yang sejak tadi hanya mengamati dengan tenang,

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 154: Penjelasan dan Kejujuran 1

    ***Kedatangan Gamal dan Megan dari Wellington ke Italia bukan sekadar kunjungan biasa ke kediaman putra dan menantu mereka. Mereka memiliki alasan yang lebih serius, yaitu untuk menyelidiki kepergian Erlan secara diam-diam ke New York beberapa hari sebelumnya.Sumber informasi Megan adalah cucunya sendiri, Early—adik dari Emely. Sebelum ayahnya berangkat, Early secara tidak sengaja mendengar obrolan telepon Erlan yang menyebutkan bahwa ia akan segera pergi ke New York. Mendengar hal itu, Early langsung menghubungi sang Grandma untuk menyampaikan kabar tersebut.Tidak heran mengapa Early bersikap demikian. Hubungannya dengan Megan memang sangat dekat, dan mereka sering kompak dalam menghadapi sifat keras kepala Erlan. Apalagi ketika Megan mendengar rencana Erlan yang ingin memperkenalkan Emely kepada seorang pria asal Korea, darahnya langsung naik. Ia tidak menyangka putra bungsunya itu akan mewarisi sifat otoriter dan keras kepala kakeknya, Jordhan Blaxton.Tanpa menunda waktu, Megan

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 153: Kejutan

    *** Setelah menghabiskan beberapa menit dari bandara, akhirnya Erlan dan Emely tiba di kediaman mereka. Mobil sedan hitam itu meluncur dengan mulus, memasuki halaman rumah yang luas dengan gaya arsitektur klasik nan elegan. Di sisi lain, Lucia yang menyadari suara mobil mendekat segera melangkah keluar menuju teras depan rumah. Senyum cerah mengembang di wajah cantiknya yang masih memancarkan pesona meskipun usianya tak lagi muda. Wanita itu berdiri dengan penuh antusias, menatap mobil sedan yang kini berhenti tepat di depan teras. Sudah dua hari sejak suaminya pergi keluar kota—itulah yang diketahui Lucia. Ia bahkan tidak menyangka Erlan akan pulang lebih cepat. Dalam pikirannya, Erlan baru akan tiba keesokan hari. Namun, kejutan ini justru membuatnya bahagia. Lucia memang tidak pernah nyaman berlama-lama berjauhan dari suaminya. Lucia menatap mobil itu, matanya tak sedikit pun beralih, menunggu pintu terbuka. Tak lama kemudian, pintu mobil terbuka dan keluarlah sosok Erlan.

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 152: Lebih Baik Segera Dilamar 3

    Zara menghela napas pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri agar bisa memberikan kenyamanan pada cucunya. Perlahan, ia melepaskan pelukan itu, menciptakan jarak kecil di antara mereka. Zara mengangkat kedua tangannya untuk menangkup wajah mungil Amara, menatap langsung ke matanya yang sembab dan merah.“Amara tidak boleh bersedih. Mommy hanya pergi sebentar,” ucap Zara dengan lembut. Ia melirik Gina yang duduk di dekatnya. “Benar begitu, kan, Nanny?” lanjutnya, meminta dukungan.Gina tersenyum kecil dan mengangguk pelan, menatap Amara dengan penuh kasih. “Iya, betul sekali, Sayang,” jawab Gina lembut. “Amara dengar apa yang Grandma bilang? Mommy hanya pergi sebentar saja. Beberapa hari, bukan selamanya seperti yang Amara pikirkan. Mommy pasti kembali.”Amara menatap Gina dengan mata berkaca-kaca, kemudian kembali mengalihkan pandangan ke neneknya. “Tapi… tapi kenapa, Grandma? Aku tidak bisa telepon Mommy. Ponselnya… tidak aktif,” ujarnya terbata-bata, i

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 151: Lebih Baik Segera Dilamar 2

    Zara memperhatikan wajah lebam putranya dengan cermat. Matanya menyipit, menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Pun begitu dengan Ronan dan Talia. Keduanya sama-sama menatap Blue dengan penasaran, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Apa yang terjadi padamu, Blue?” tanya Zara akhirnya.Blue hanya menarik napas panjang, menundukkan kepala sejenak. Ia tahu pertanyaan ini tak terhindarkan, dan kali ini ia tak bisa menghindar. Semua tatapan kini tertuju padanya, menanti jawabannya.“Kamu bertengkar dengan Emely, Nak?” tanya Zara lembut, penuh kehati-hatian.Blue menggeleng pelan, menundukkan pandangannya. “Tidak, Mom,” jawabnya singkat. “Lalu kenapa dia pergi? Mommy kaget sekali ketika tadi Amara menelepon sambil menangis. Apa yang sebenarnya terjadi, Blue?” tanya Zara lagi.Blue menarik napas panjang. Setelah beberapa saat hening, ia akhirnya menjawab dengan suara pelan, “Dia dijemput oleh ayahnya.”Ronan, yang sedari

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 150: Lebih Baik Segera Dilamar 1

    ***“Sayang, yuk, makan dulu. Sedikit saja, please?” Bujuk Gina. Namun, Amara tetap menggeleng keras, isak tangisnya makin menjadi. “Aku nggak mau makan! Aku mau Mommy, Nanny!” suaranya pecah, napasnya tersendat-sendat diantara tangisnya. Tangan mungilnya mengusap wajah, menghapus air mata yang terus mengalir di pipinya.Gina menatap Amara dengan iba. Hatinya tersayat melihat gadis kecil itu menangis begitu keras sejak pulang sekolah. Masih jelas dalam ingatan Gina, saat Blue menjemput Amara di sekolah, gadis kecil itu sudah mulai bertanya, “Kenapa bukan Mommy yang jemput?” Namun, Blue hanya diam, tak memberikan jawaban apa pun.Sesampainya di rumah, Amara langsung sibuk mencari Emely. Ia berlarian ke setiap ruangan, memeriksa kamar tidur, dapur, hingga halaman belakang. Namun, sosok ibunya tetap tak ditemukan. Ketika akhirnya Amara kembali ke ruang tengah dengan wajah penuh harapan, Blue terpaksa berbohong, mengatakan bahwa Emely sedang per

  • The Sugar Baby of Uncle Blue   Bab 149: Emely Pergi 3

    Tamparan itu menggema di seluruh ruangan. Namun bukan pipi Emely yang menerima tamparan itu. Dalam hitungan detik, Blue tiba tepat waktu. Ia menarik Emely ke dalam pelukannya, menjadikan tubuhnya sebagai perisai. Tamparan keras Erlan menghantam pipi Blue, meninggalkan bekas merah yang langsung memanas.Suasana membeku sejenak.Napas Emely terengah. Matanya yang membesar menatap Ayahnya dengan syok dan ketakutan. Sepanjang hidupnya selama 21 tahun, ini adalah kali pertama ia melihat Ayahnya mencoba melayangkan tangan padanya. Namun, kenyataan bahwa Blue yang menerima tamparan itu justru membuat hatinya semakin hancur.Emely menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan isak tangis yang semakin keras. Tubuhnya bergetar hebat, air matanya terus mengalir tanpa henti. Pemandangan di hadapannya membuat hatinya terasa seperti diiris.Namun, Erlan tetap berdiri tegap. Tatapannya dingin dan penuh amarah. Tidak ada sedikitpun penyesalan di wajahnya. Bahka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status