Share

Chapter 7 PENEMUAN DION

Akhirnya Dion berhenti di bawah pohon besar samping kolam bebek. Dion menunduk saat melihat ada puntung cerutu mahal. Dahinya mengernyit pasalnya para pekerja tidak ada yang menghisap cerutu Kuba mahal ini. Dion mengambil sapu tangan dari kantong celananya dan memungut puntung cerutu tersebut kemudian membawanya ke rumah utama untuk menemui Fransesco sang tuan rumah.

Tak perlu menunggu lama, Dion bertemu dengan Fransesco di beranda rumah. Fransesco sedang menikmati wine dengan duduk di kursi santai di beranda rumah yang menghadap ke taman samping sendirian.

"Hai ... ada apa? Tumben malam begini kamu ke rumah. Ayu sudah sampai rumah?" tanya Fransesco ramah.

"Saya ada perlu sebentar dengan Tuan dan ya, Ayu baru saja sampai di rumah."

"Kalau begitu mari kita ke ruang kerjaku saja, bagaimana jika kita sembari bermain catur mumpung istriku sudah beristirahat, kau belum lelah bukan?" Fransesco memeluk bahu Dion dan berjalan bersamaan memasuki ruang kerjanya.

Sedangkan Kian masih termenung di dalam ruang kerjanya sepeninggal Mario tadi. Mengingat setiap perkataan yang diucapkan sahabatnya itu.

"Mungkin ini terlalu cepat Bung, tetapi sepertinya hatimu mulai terbuka untuk cinta yang baru. Aku melihat cara pandangmu terhadap gadis Indo itu sungguh berbeda."

"Jangan biarkan rasa bersalah menghantuimu. Sudah suratan takdir harus seperti itu jalannya. Semuanya bukan kesalahanmu."

Kian tersenyum getir, Jatuh cinta lagi bagaimana mungkin? Cintaku hanya untuk Carmen dan bayi kami yang sudah terenggut dalam kecelakaan itu. Aku tak mungkin jatuh cinta lagi. Semua terasa konyol bagi Kian, tetapi desiran sehalus sutra itu mulai menyusup karena gadis muda itu? Berapa usianya? Oh ya, delapan belas tahun. Gadis itu bisa saja baru menamatkan sekolah menengah atasnya.

Ya semua memang semua adalah kesalahanku, seandainya waktu itu aku tak memintanya mengantarkan bekal makan siang, tak mungkin kecelakaan itu terjadi. Sesal teramat sangat masih juga ia rasakan sampai-sampai ia kembali menyalahkan dirinya sendiri, takdir tidak bisa kita cegah bukan. Rasa bersalah seolah merongrong serta menggerogoti relung hatinya. Getir kepiluan hati masih sangat ia rasakan. Kehampaan ditinggalkan wanita terkasih dan calon anak mereka.

Kian menarik nafas panjang dan menghembuskan kembali, ia lakukan hal itu berkali-kali untuk mencoba menetralisir rasa sesak yang menghimpit dadanya.

Kian meraih cangkir kopi yang sudah disiapkan Ayu tadi menyesapnya sampai habis. Kemudian dia melirik tempat kudapan yang isinya sudah disikat habis oleh Mario tadi.

Kian berdecak sebal. Pikirannya kalut ia memerlukan pelepasan. Kemudian ia menghubungi Jhon, untuk apa? Jelas untuk mencarikan dirinya wanita. Kian tak pernah sembarangan mencari wanita harus dipastikan tak memiliki penyakit dan bersih, yang pastinya high class.

Sebelum menikah, ia dikenal playboy dan sekarang sepeninggal Carmen. Dirinya kembali ke sifat asalnya.

"Jhon tolong siapkan aku wanita, ya satu saja. Aku tunggu di apartemenku dalam satu jam." Kian kemudian menutup teleponnya, menyimpan ponselnya di dalam kantong celana jeans-nya. Meraih jaket kulit dan kunci serta dompetnya. Beranjak dari ruang kerjanya ia melangkah menuruni tangga dan bertemu dengan ayah serta Dion di bawah.

"Mau ke mana?" tegur Fransesco.

"Ke apartemen, besok pagi sekali aku langsung ke San Antonio menjemput Rebecca," jelas Kian.

"Baiklah hati-hati Nak," ucap Fransesco lagi.

"Aku pasti berhati-hati Ayah." Setelah berkata demikian Kian menepuk bahu Dion sebagai tanda berpamitan. Kemudian berlalu ke arah garasi mereka.

Sekarang Dion dan Fransesco duduk di sofa ruang kerja Fransesco saling berhadapan, Dion sedang mengatur papan catur untuk mereka.

Sembari mereka mengatur permainan, Fransesco bertanya alasan apa Dion menemuinya malam begini. "Jadi apa yang ingin kau sampaikan padaku?" Tanyanya tanpa basa basi.

Dion meraih sapu tangan yang berisi puntung cerutu tersebut dan menyerahkannya kepada Fransesco.

Dahi Fransesco mengernyit dalam, mencoba mengingat-ingat siapa yang menghisap puntung cerutu merk tersebut. Dirinya dan anak-anak lelakinya juga suka menghisap tapi merk yang berbeda dan yang pasti lebih mahal. Kecuali Tommy bocah itu terlalu bersih, minum alkohol pun tidak.

Fransesco bangkit berdiri kemudian mengambil selembar plastik dan menaruh puntung tersebut ke dalamnya serta menyimpannya di laci meja kerjanya.

"Aku akan titipkan pada Kian besok, agak di periksa milik siapakah ini. Dari mana kamu mendapatkan itu ?"

"Tadi saya menemukannya di bawah pohon besar di samping kolam bebek. Setelah mengantar Ayu pulang, dia tadi bilang seperti ada langkah orang yang mengawasinya."

"Hmmm siapa kira-kira yang memiliki akses masuk ke taman samping milik Stefany?" gumam Fransesco yang sudah duduk kembali di depan Dion seraya menopang dagunya sembari berpikir keras, menduga-duga apa gerangan yang yang terjadi. Apakah ada penyusup lagi? Sepertinya pengamanan harus di perketat.

"Sepertinya pagar pembatas harus lebih di pertegas dan cctv perlu di tambah. Aku juga akan memasang cctv di setiap rumah karyawan di sayap kiri,"  timpal  Fransesco lagi.

Knop pintu di buka oleh Stefany yang terbangun dan mendapati suaminya tak ada di sampingnya. Stefany melongokkan kepala mungilnya ke dalam. Dan mendapati Fransesco bersama dengan Dion.

"Sayang kamu masih di sini? Ayo tidur ingat kesehatanmu. Jangan kau siksa anak muda ini bermain catur denganmu, kau tak pernah menang melawannya. Dia terlalu tangguh." Sembari berkata demikian Stefany menghenyakkan tubuhnya di pangkuan suaminya.

Fransesco menaikkan sebelah alisnya, menatap sayang sang istri.

"Kau meremehkan aku, Sayang? Walau usiaku sudah di kepala enam tetapi staminaku masih luar biasa bukan?"

"Iya cintaku, maka dari itu lebih baik kita istirahat sekarang," rayu Stefany manja.

Fransesco mengalihkan pandangannya ke arah Dion. "Kau tahu anak muda jika pemilik hatiku sudah bertitah. Pria gagah perkasa sepertiku harus menuruti kemauannya." Fransesco terkekeh geli.

Dion ikut tertawa, ia tahu benar pasangan yang ada didepannya ini adalah salah satu couple goal sejati, selain orang tuanya tentu saja. Selalu bersama saling mengaitkan dalan suka dan duka. Memulai dari titik nol sampai bisa seperti sekarang ini. Stefany yang berdarah Irlandia mau bersanding dengan Fransesco yang memiliki darah Hispanik. Padahal usia mereka pun terpaut sepuluh tahun. Cinta sejati memang tidak memandang semua hal itu, yang terpenting mereka bisa saling mengisi dan melengkapi. Berjuang bersama saling mendukung dan menguatkan. Dion ingin bisa memiliki kehidupan rumah tangga seperti para pasangan idolanya, semoga saja segera sang gadis pujaannya mau menerima dirinya.

Dion mengedarkan pandangannya di beranda samping rumah utama, ia penasaran siapa yang sebetulnya pemilik cerutu tersebut. Ia tahu dengan pasti di komplek tempat orangtuanya tinggal tidak ada satu pun orang yang menyesap cerutu, bahkan dirinya dan sang ayah juga tidak. Dion mengernyitkan dahinya dan merasa was-was dengan saudaranya Ayu. Sebaiknya ia akan meminta sang bunda agar tidak memberikan Ayu pekerjaan pada malam hari. Siapa tahu seseorang tersebut mengincar Ayu. Tidak dipungkiri keberadaan Ayu saat ini membawa angina segar pada pria lajang di ranch tersebut.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Bagus ceritanya.. Semangat yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status