Brenda Scooty, bergegas kembali ke apartemennya dan menggenakan bajunya yang menggoda, gaun terbaru yang ia beli di New York seminggu yang lalu. Ia memutuskan acara kencannya bersama dengan Jhon dan memilih untuk menemani Kian di apatemennya. Jhon tidak bisa melarang Brenda jika wanita itu sudah berkedendak. Ia hanya bisa mengingatkan wanita itu akan batas yang selalu ditekankan oleh Kian. Cinta memang bisa membuat siapapun buta akan kenyataan, bucin parah ini mah!
Keesokan harinya, tidur lelap Kian terganggu karena dering suara ponsel yang masih tertinggal di ruang tamu apartemen.Kian bangkit dan melerai pelukan Brenda di tubuhnya. Ia segera bangkit dan berjalan keluar meraih ponsel di saku jaketnya. Kian memeriksa identitas siapa gerangan yang meneleponnya sepagi ini.
Ayu di antarkan oleh Dony Gonzales dengan mengendarai sepeda motor saat berpapasan dengan mobil yang di kendarai oleh Kian.Kian menatap Ayu tajam dan tampak dingin. Dony dengan santun membunyikan klaksonnya sebagai sapaan, "Pagi Tuan muda."
Ayu seketika berusaha melepaskan diri dari rengkuhan tubuh Kian. Kian melepaskannya kemudian menegakkan tubuhnya, meraih siku tangan kiri Ayu membimbingnya ke luar pantry."Jika bersama denganmu lebih lama lagi, aku bisa memakanmu di sini," kata Kian bertepatan dengan seseorang pegawai yang akan masuk ke pantry, untungnya perkataan pemuda itu hanya bisa di dengarkan oleh Ayu.
Ayu terbelalak dan gugup merasa tidak enak hati dengan Stefany karena dia yang memberikan seragam tersebut. Ayu menatap wajah sang nyonya rumah. Tetapi dilihatnya Stefany hanya tersenyum simpul dan menganggukkan kepala."Tapi Tuan baju ini nyonya yang memberikan,” jawab Ayu."Jangan panggil aku, Tuan. Panggil saja namaku Diego seperti yang lainnya."Saat Ayu terlihat membuka mulut ingin men
Kian, Dion dan Fransesco kembali menuju ruang keluarga. Mereka bertiga duduk di sofa dalam ruang kerja Fransesco. Fransesco membuka laci meja kerjanya dan memberikan bungkusan puntung rokok tersebut kepada Kian."Berikan ini kepada Shane," perintah Fransesco. Shane Dario adalah salah satu sepupu Kian."Kenapa Ayah tidak bilang di telepon tadi malam?" tanya Kian.
Ayu merasa tubuhnya sudah kepayahan dari tadi mengikuti kedua kakak beradik tersebut keliling mall. Walaupun mereka laki-laki ternyata senang sekali berbelanja dan harga belajaannya melebihi penghasilan Ayu selama satu tahun. Walau begitu Ayu juga merasa bahagia, ia juga ditraktir makan steak yang besarnya dua kali lipat yang biasanya ada di cafe steak lengganan teman-temannya. Diego beranggapan ia harus makan berat karena mall ini sangat luas dan jelas Ayu memerlukan banyak tenaga untuk mengitari semuanya."Tommy sudah ya belanjanya? Paka
Kian kembali menggenggam tangan Ayu erat-erat, sebagai bukti bahwa dirinya tidak menyukai dengan kata 'saya' yang ucapkan oleh Ayu. Ayu kembali pada sikap formalnya.Ayu sendiri memang merasa harus kembali bersikap begitu terhadap Kian. Ia tidak ingin disebut sebagai orang yang suka memanfaatkan keadaan. Dan yang pasti dirinya tidak ingin disebut sebagai wanita penggoda.
Tommy mengulurkan tangannya menggenggam sebelah tangan Ayu lembut, meyakinkan Ayu jika dirinya pun senang akan bersekolah bersama Ayu.Hal itu tak luput juga dari perhatian Kian. Hatinya semakin jengkel dibuatnya. Kian mendengus.