Share

Chapter 11(emosi)

Rendra berjalan sambil merangkul sayang bahu Ory. Dia melihat sepertinya Ory masih shock atas tuduhan Celine yang mengatakan bahwa dia sudah menjadi cabe nya Bima. Sementara Rendra sendiri juga tengah pusing akan permintaan absurd mamanya. Bayangkan saja mamanya memintanya untuk segera menikahi Ory setelah Dewa resmi melakukan pembatalan pernikahan mereka berdua. Ingatannya kembali pada kejadian dua hari lalu di rumah mamanya.

Flashback On

"Rendra kamu tau kan, sampai usiamu sedewasa ini mama tidak pernah meminta apapun dari kamu? Nah untuk kali ini aja mama memohon pada mu, untuk mengabulkan satu saja permintaan Mama. Rupanya di tua bangka itu sudah merubah surat wasiatnya tanpa setahu mama. Dia sudah mengalihkan semua harta dan asset-asset berharganya hanya untuk si berandal cilik itu. Dan mama tidak rela si Dewa yang bakal mendapat durian runtuh dengan cuma-cuma. Enak banget dia udah mendapatkan Ory masih bonus hartanya pula. Lebih baik kamu saja yang menggantikan Dewa menjadi suaminya. Lagipula kamu juga suka pada Ory kan? Kamu anak mama Rendra, mama tahu segala tingkah lakumu. Lagi pula tadi Bu Mita bilang sepertinya Dewa akan segera mengajukan pembatalan pernikahan dengan Ory. Kamu mau kalau Ory dimiliki laki-laki lain. Yakin ikhlas?"

Flash back off

Rendra kembali memandangi sosok cantik yang berada dalam rangkulan lengan kekarnya. Dia akui dia telah jatuh cinta pada detik pertama saat melihat gadis cantik ini diapartemennya. Masalahnya sebelum perasaannya itu berkembang lebih jauh, dia sudah dihadapkan pada kenyataan bahwa orang yang cintainya itu sudah menjadi milik orang lain. Lagi pula mencintai wanita yang hampir separuh umurnya itu terkesan seperti pedophilia bukan?

"Kita sudah sampai di mobil Non. Mau sampai kapan kau bengong begitu?" Rendra menjentik pelan kening mulus Ory.

"Eh oh maaf Kak, Ory melamun. Hehehehe.."

Ory cuma terkekeh kecil segera masuk ke mobil. Rendra yang penasaran dengan permintaan ibunya mencoba untuk mengorek rahasia hati Ory tentang siapa laki-laki yang sekiranya disukainya saat ini. Karena jujur dia merasa Ory sangat gampang untuk dekat dengan para laki-laki. Untuk itu Rendra ingin mendengar dari mulut Ory sendiri siapa laki-laki yang dicintainya, yah minimal menarik hatinyalah.

Ory selama ini terlihat cukup dekat dengan Bima yang nota bene adalah atasannya bahkan juga dengan Raven yang baru saja beberapa minggu dikenalnya. Masalahnya kedekatan Ory dengan kedua lelaki tampan itu amat. sangat. tidak. disukainya.

"Non. Saya boleh bertanya sesuatu padamu. Tapi jawab yang jujur ya?" Ory hanya menganggukkan kepalanya.

"Apakah Non mencintai Dewa?" Rendra melihat dahi Ory mengerut seperti sedang berfikir keras. Ekspresi wajahnya yang begitu serius tampak begitu menggemaskan.

"Ory tidak tahu, Kak."

"Kenapa Non tidak tahu?"

"Karena Ory tidak tahu cinta itu apa kak?"

Kepolosan kata-kata Ory yang dibarengi dengan kerucutan seksi bibir ranumnya membuat sesuatu yang sedari tadi berusaha diredamnya mendadak mengancam menggeliat bangun.

"Begini, cinta itu adalah perasaan yang sangat menyenangkan. Yang bisa membuat kita tersenyum tanpa sebab atau bergembira hanya mendengar namanya saja. Kita juga menjadi sangat bahagia bila saling bersentuhan atau sekedar menunjukan rasa sayang dengan cara seperti ini," Rendra mengecup mata Ory, dahinya, ujung hidungnya, dan juga bila rasa itu semakin dalam seperti ini," Rendra kemudian mengelus bibir atas dan bawah Ory dengan ibu jarinya. Merasakan kelembaban dan kelembutan teksturnya. Untuk kemudian dia melahap bibir merah itu, melumat kemanisannya habis-habisan, mengobrak abrik aroma manis lidahnya, membelitnya dan menghisapnya dalam-dalam. Rendra seperti merasakan surga ternyata juga ada didunia.

Ory yang kehabisan nafas mencoba mendorong dada kekar Rendra yang sepertinya sia-sia, karena tidak bisa bergeser sedikitpun. Saat Ory mulai memukul-mukul panik dadanya, baru Rendra tersadar dan segera melepaskan belitan lidahnya dari Ory yang sudah terengah -engah kehabisan nafas.

"Seperti itulah wujudnya perasaan cinta itu, Non. Sekarang Non faham artinya." Rendra berbicara dengan nafas masih memburu terkait dengan hasratnya yang tiba-tiba terbangkitkan.

"Apakah cinta itu bisa dibagi pada beberapa orang da—"

"Tidak!!"

Rendra langsung menjawab cepat.

"Cinta itu hanya boleh diberikan pada satu orang. Tidak boleh ada orang kedua, ketiga dan seterusnya. Cinta itu harus setia."

Rendra menekankan semua kata-katanya dengan nada satu oktaf lebih tinggi, seolah-olah dia tidak rela bila cinta Ory akan terbagi.

"Kalau cinta itu tidak boleh dibagi seperti yang kakak katakan, kenapa kakak berbagi ciuman dan pelukan dengan beberapa wanita di club. Mas Dewa, Mas Bima dan Mas Bayu juga membagi ciuman dengan lebih dari satu wanita. Ory malah melihat kakak dan mas-mas semua meraba-raba para wanita yang berpakaian kurang bahan itu di club."

Shittt!! Ternyata Ory sempat melihat kelakuan liar mereka semua saat di club. Bisa dipastikan saat ini Ory yang masih begitu polos pasti menjadi kebingungan dengan pernyataan definisi arti cinta yang dikatakannya tadi.

"Begini Non, laki-laki dewasa itu mempunyai kebutuhan khusus, dan bagi mereka yang belum menikah, kebutuhan khusus itu hanya bisa didapat dengan cara mencari kesenangan dengan para wanita yang memang menjual hal itu kepada semua laki-laki. Ingat Non pada. semua. laki-laki. Jadi tidak ada kesetiaan disitu lebih tepatnya tidak. ada. cinta. Hanya murni seperti simbiosis mutualisme, yaitu suatu keadaan yang saling menguntungkan. Laki-laki butuh kesenangan dan para wanita-wanita itu butuh uang. Faham Non?" Rendra dengan wajah agak memerah menjelaskan secara implisit kepada Ory.

"Begitu? Karena belum menikah jadi mencari kesenangan disana? Kalau begitu Ory kalau sudah dewasa dan mempunyai kebutuhan khusus juga boleh mencarinya kesana?" Mampus!!! Rendra memaki dalam hati. Bocah ini cukup cerdas juga ternyata.

"Tidak boleh!! Sampai kapanpun Saya tidak akan mengizinkan Non menginjakkan kaki disana." Gigi Rendra saling beradu membayangkan Ory sebagai salah satu pengunjung dan menikmati euphoria disana. Dia sungguh tidak rela!

"Non kapan ke club? Dan sama siapa kesananya?"

"Bulan lalu kayaknya Kak, sama Intan. Waktu itu Intan nyariin Mas Bima karena ibunya sakit dan Intan kebingungan karena waktu nelepon Mas Bima malah nggak diangkat-angkat. Rupanya ada salah satu teman Mas Bima yang bilang ketemu Mas Bima di club. Yah udah Ory dan Intan menyusul kesana.

"Non tidak boleh lagi kesana untuk seterusnya, faham Non?" Rendra sangat tidak suka Ory menjadi fantasi seksual para lelaki hidung belang disana, istimewa ukuran dada Ory yang berukuran extra pasti menjadi santapan lahir batin para pemilik hormon testoteron disana. Kembali Ory hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Ayo pasang seat beltnya sekarang, kita segera pulang. Bik Asih pasti sudah menyiapkan masakan istimewa buat kita."

Tidak berapa lama kemudian, mobil sport hitam itupun meluncur mulus melewati parkiran. Sepasang mata tajam yang melihat kejadian itu sedari tadi, tampak begitu emosi saat mengingat betapa sahabatnya sendiri mencumbui istrinya dengan penuh nafsu membara. Dan sepertinya istri ciliknya itupun tidak merasa keberatan menerima kemesraan tingkat tinggi Rendra tadi.

Baiklah Ory, kamu sudah salah bila berniat selingkuh dariku. Aku akan pastikan, kamu akan menyesal sudah memberikan kemanisan bibirmu pada pria lain yang seharusnya menjadi milikku. Oke, boleh saja pria itu lah yang mendapatkan ciuman pertamamu, selama semua sisanya hanya akan menjadi milikku, Aku tidak merasa terlalu keberatan. Tunggu saja pembalasanku, Jalang kecil! Kita lihat apa kah kamu masih bisa berjalan setelah kunikmati semalaman. Just wait n see!! Senyum smrik nya yang mengerikan tersungging sempurna.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status