Share

Chapter 10 (ternoda)

Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya kata-kata ibunya saat Dewa ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya sepertinya berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap Dewa ingin membahasnya, Ibunya selalu bilang sabar dulu, tunggu bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda.

Puncaknya adalah minggu lalu, saat Dewa sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan itu, tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan akhirnya mengajukan satu persyaratan buat Dewa, yaitu Dewa harus memberinya cucu. Dewa langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih doang, pasti melendung itu perut si gadis abege.

Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB langsung menghadirkan smirk diwajah dingin Dewa. Finally, dombanya datang juga. Ory tampak celingak celinguk mencari-cari keberadaan Bu Mita. Tapi Ory heran kenapa suasana rumah tampak sepi-sepi saja seperti tidak ada perayaan apapun.

"Mas Dewa, mama mana? Kok sepi banget ini rumah?" Ory masuk kedalam rumah tapi kepalanya masih saja celingukan mencari keberadaan Bu Mita. Masa ia ibu mertuanya masih ngemall di tengah malam seperti ini. Ada-ada saja. Atau suaminya ini telah membohonginya ya? Tapi apa untungnya juga kan? Toh suaminya ini tidak pernah mengakui keberadaannya sebagai seorang istri, apalagi menyukainya.

"Kamu masuk aja dulu. Namanya juga kejutan,ya harus sabarlah menunggu surprise nya? Mama nunggu kamu tuh dikamar Mas." Sahut Dewa kalem. Matanya dengan rakus menelusuri semua lekuk liku tubuh muda sempurna Ory. Gadis ini kan istrinya. Jadi sah-sah saja kalau ia memilikinya bukan?

Ory makin membulatkan mata indahnya. Aneh! Ngapain juga Bu Mita nunggunya dikamar Dewa segala? Walau sedikit heran tetapi Ory akhirnya melangkah masuk juga kekamar Dewa. Suara kunci yang diputar sontak membuat Ory berpaling kearah pintu.

Dewa bahkan mengantongi kunci kamar tersebut. Sepertinya ada yang tidak beres disini.

"Kok pintunya di kunci Mas? Lah ini mama Mitanya juga nggak ada. Mas bohongin Ory ya?" Ory mundur-mundur ketakutan. Semakin lama Ory semakin tidak nyaman melihat tatapan kurang ajar Dewa. Dewa tidak menjawab pertanyaan Ory sama sekali. Sekarang ia malah terus maju dengan tatapan tajam yang terus terarah pada Ory. Ory mundur-mundur ketakutan kembali sampai kakinya menyentuh tepi ranjang, Ory tidak bisa mundur lagi!

"Ma—mas Dewa mau ngapain? Awas Mas, Ory mau keluar, tidak ada mama disini. Tidak ada surprise apapun disini, tolong menyingkir dari Ory!"

Ory mulai merasakan alarm peringatan berbahaya berdering dikepalanya. Dia harus secepatnya pergi dari tempat ini. Sepolos-polosnya Ory nalurinya mengatakan kalau ia dalam bahaya. Insting dasarnya menyuruhnya untuk segera meninggalkan tempat terkutuk ini.

Brukkkk!! Ahhh!!!

Ory kaget saat Dewa mendorongnya sampai ia jatuh terlentang ditengah ranjang. Baru saja Ory ingin bangun, Dewa sudah menindih tubuh Ory dan menahan dua lengannya sekaligus dikepala dan dengan cepat mengikatnya dengan dasi yang dikenakannya. Ory semakin ketakutan. Apakah Dewa akan membunuhnya dan juga memutilasinya. Ory begitu ketakutan. Apalagi tatapan mata Dewa begitu dingin dan kejam.

"Apa-apaan ini Mas, lepas-hemmpptt!" Ory tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena Dewa sudah menciumnya dengan ganas. Kedua tangan Dewa begitu kooperatif melepaskan helai demi helai kain ditubuhnya. Ory gemetar ketakutan. Seumur hidupnya dia tidak pernah berpacaran. Di cium saja ia tidak pernah. Tetapi sekalinya ia di cium, perlakuan yang ia terima malah seperti perkosaan. Ory ketakutan sekaligus sangat sedih karena dilecehkan seperti ini.

"Jangan Mas, Jangan perlakukan Ory seperti ini. Salah Ory apa, Mas?!!" Dewa melepaskan sejenak ciuman panasnya saat dia merasakan Ory mulai megap-megap kehabisan nafas. Pipinya juga sudah basah karena tangisan ketakutan dan ketidakberdayaannya. Dadanya yang tersengal-sengal karena tangis tertahannya semakin membuat Dewa makin bergairah saja rasanya. Ia harus segera memiliki istrinya. Ia berhak, karena ia adalah suami sahnya.

"Ini kado Mas buat kamu. Kamu sudah 18 tahun kan hari ini. Berarti kamu sudah dewasa untuk saya sentuh. Lagi pula untuk apa kamu histeris begini. Toh kamu pasti sudah sering melakukan hal beginian dengan Rendra dan Raven. Kamu tidak usah munafik Ory! Bedanya kali ini adalah kalau biasanya kamu mendapatkan bayaran sebagai kompensasi jasa kamu atas mereka, kalau dengan saya gratis dong, kan saya ini suami kamu. Sudah jadi kewajiban kamu untuk memuaskan nafkah batin saya, walaupun sudah terlambat setahun sepertinya ya? Lihat lah betapa baiknya saya? Sekarang diam dan layani saya sampai saya puas!!!"

"Mas ja—ahh!! Tolong!!! Hemppppttt!!!"

Ory menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghindari pagutan Dewa. Tapi Dewa malah mulai menelusuri dada ranum Ory dengan lidah panasnya. Meninggalkan jejak basah dan kissmark disana. Ory makin ketakutan saat merasakan mulut Dewa sudah bukan mengecup dan menjilat lagi, tapi mulai menghisap kuat dan menggigit -gigit kecil ujung dadanya.

Air mata Ory mulai mengalir deras. Dia sama sekali tidak menyangka akan mengalami peristiwa tragis seperti ini ditangan suaminya sendiri. Ini bukan percintaan yang sehat, ini adalah sebuah perkosaan. Ory meronta-ronta sekuat tenaga. Tetapi ia sama sekali tidak berdaya apa-apa dibawah tindihan tubuh kekar Dewa.

"Jangan Mas!! Jangan!! Kalau Mas mau kepuasan kan bisa dengan wanita-wanita seksi di club tadi. Mereka pasti dengan senang hati mau melayani Mas! Jangan memperlakukan Ory seperti ini, Mas. Ory mohon, jangan Mas. Kasihanilah Ory, Mas. Ampun, Mas... ampun." Ory sampai menangis menghiba-hiba memohon ampun pada Dewa.

"Kenapa Mas harus bayar mereka semua, kalau Mas malah bisa dapat yang gratis dengan kamu? Halal lagi!!"

Dewa menjawab kurang ajar sambil mulai mengarahkan kepalanya menuju ke dada sekal Ory dan melabuhkan wajahnya di sana. Memagut-magut ganas di beberapa tempat favoritnya.

Ory cuma bisa menggigit bibirnya saat Dewa mulai mengeksplorasi dirinya dan memberinya pengalaman maha dahsyat tentang hubungan terintim antara sepasang manusia. Air matanya mengalir deras saat merasakan Dewa terus saja menjelajahi seluruh permukaan tubuhnya dengan bibir dan tangannya. Seolah-olah beberapa bagian tubuhnya itu adalah makanan yang maha lezat yang harus ia nikmati sepuasnya. Dia menjerit kecil saat  merasakan Dewa mulai memagut-magut dibeberapa bagian tubuhnya yang paling rahasia. Ory merasakan kalau kepalanya mulai berdenging tubuhnya mulai meleleh. Dia menyadari Dewa memang berhak atas dirinya, tetapi Dewa juga sama sekali tidak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang suami, jadi wajar saja kalau dia enggan memberikan nafkah lahir batinnya pada Dewa, apalagi cara Dewa mengambil haknya adalah dengan cara brutal dan penuh dengan tipu daya seperti ini? Dalam ketakutan dan ketidak berdayaannya Ory terus menangis dan memohon. Namun suaminya ini seolah-olah telah tuli dan buta dengan segala ketidak peduluannya.

"Ahhhh!! Sakit Mas!!! Lepaskan Ory!!!

Hiks... hiks... hiks..."

Ory berteriak kesakitan saat merasakan kejantanan Dewa menghujamnya begitu dalam seakan-akan membelah dirinya menjadi dua bagian. Penetrasi kasar yang dilakukan Dewa langsung merobek selaput daranya yang sudah dijaganya dengan baik selama delapan belas tahun. Dewa sejenak kaget saat merasakan dirinya menembus selaput dara Ory yang terasa begitu alot sekaligus nikmat.

Astaga dia sudah salah menilai istrinya, ternyata Ory masih perawan. Lalu apa yang dilakukannya bersama Raven dihotel waktu dia dan Celine secara tidak sengaja memergokinya? Apakah dia memuaskan Raven dengan teknik lainnya?

Dewa mengibaskan kepalanya. Persetan dengan itu semua. Yang penting nikmati dulu tubuh indah ini sepuasnya. Toh Ory memang istrinya kan? Dewa memompa naik turun inti tubuh Ory, merasakan cengkraman yang seolah-olah memijat-mijat dirinya dan terus memeras dan memaksanya mengeluarkan sari patinya. Dewa memejamkan mata, dia merasa sebentar lagi dirinya akan meledak. Saat laju asmaranya sudah diujung pelepasan Dewa memagut ganas dada ranum Ory dan melepaskan benihnya sambil berteriak kencang penuh kepuasan.

Sementara Ory yang tertindih dibawah dengan kaki yang terentang cuma bisa menangis sedih diperlakukan seperti jalang. Dewa tidak segera memisahkan dirinya, dia cuma menelungkupkan tubuh kekarnya diatas Ory dan menahan beban tubuhnya pada lengan kanan dan kirinya.

Lima menit kemudian Ory merasakan sesuatu dalam tubuh Dewa kembali mengeras seolah-olah hidup dan bergerak-gerak. Dewa kembali mengerak-gerakkan tubuhnya secara erotis. Dan persetubuhan itu pun kembali dimulai. Ory tidak menghitung berapa kali dia dimiliki Dewa. Yang dia ingat semalaman dia terus saja terlentang di bawah tubuh kekar Dewa. Pusat dirinya terasa begitu pedih dan nyeri. Dia yang tidak pernah punya pacar, tidak pernah tersentuh pria dalam artian kiasan ataupun harafiah. Hari ini mendapatkan semuanya sekaligus sengan cara yang begitu brutal. Dia tidak mengerti jika hubungan suami istri yang dikatakan oleh orang-orang begitu nikmat dan membutakan, kenapa dia sama sekali tidak merasakannya? Yang tertinggal cuma rasa lemas, nyeri dan sakit disekujur tubuhnya. Itu hanya fisiknya. Belum lagi rasa nyeri dan sakit yang berasal dari hatinya.

===================

"Bangun!!!"

Ory gelagapan saat wajahnya terasa dingin mendadak seperti terpercik oleh air hujan. Perlahan pandangan nanar matanya menelusuri interior ruangan yang sama sekali asing baginya.

"Mau sampai kapan kamu bengong disitu? Saya harus kekantor. Ini ada uang dua ratus ribu, lebih dari cukup sebagai ongkos taksi. Sebelum kamu pulang bersihkan terlebih dahulu semua kekacauan di kamar ini."

Dewa yang sudah berpakaian rapi dan menguarkan keharuman maskulin langsung berlalu begitu saja meninggalkan Ory yang masih dalam keadaan naked diranjang.

Perlahan Ory meraba wajahnya yang terasa basah. Rupanya Dewa membangunkannya dengan cara memercikkan air diwajahnya. Ory melirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Rasanya sudah tidak keburu lagi untuk bekerja. Belum lagi sekujur tubuhnya yang terasa remuk redam. Dia tidak yakin bisa bekerja dengan maksimal hari ini.

Ory segera mengirim pesan singkat kepada Mbak Clara untuk minta izin tidak masuk kerja hari ini. Baru saja Ory ingin membersihkan diri dikamar mandi, dia langsung jatuh terduduk kembali diujung ranjang. Inti tubuhnya nyeri sekali. Dengan tertatih-tatih dan berpegangan dengan perabotan kamar, Ory masuk ke kamar mandi.

Ory memekik kaget saat melihat banyaknya kissmark hasil dari karya Dewa disekujur tubuhnya. Akhinya cuma bisa menarik nafas panjang mencoba berlapang dada menerima nasib buruknya. Perlahan Ory mengganti sprey putih Dewa yang sudah kotor dipenuhi bercak darah keperawanannya dan juga cairan-cairan lain yang berasal dari tubuh Dewa.

Setelah keadaan kamar menjadi rapi kembali, Ory segera mengenakan celana skinny jeans dan sweater bulu berwarna ungu dan mencangklongkan sling backnya.

Untung saja semalam Ory sempat membawa baju ganti, kalau tidak entah harus memakai baju apa dia hari ini, mengingat bajunya kemarin habis dirobek Dewa dan sudah tidak berbentuk lagi.

Dia meninggalkan uang dua ratus ribu yang diberikan Dewa di atas ranjang. Dia tidak sudi menyentuh sepeserpun uang manusia mesum itu. Dengan langkah tertatih Ory keluar dari rumah mewah itu saat driver ojek onlinenya sudah menunggu didepan rumah.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Bunda Ida
kenapa dr restoran langsung ke rumah Bu Wita ya...
goodnovel comment avatar
Desy Cs
eh salah ding.. akbar 11-12 sama Bpk nya ...
goodnovel comment avatar
Desy Cs
bikin dewa bucin se bucin nya ka thor.... untung klakuan akbar gak kaya Bpk nya ya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status