Hari ini Ory gembira sekali. Dia sudah menerima ijazah SMU nya. Akhirnya setelah menjadi yatim piatu diusianya yang ke delapan belas tahun tepat dihari ini, dia berhasil juga menamatkan SMUnya dengan sukses. Mengingat kemasa lalu, saat terakhir dia merayakan ultah bersama ayahnya adalah saat usianya yang ke enam belas tahun. Tiup lilin, kado istimewa biasanya telah dipersiapkan oleh ayahnya dari jauh-jauh hari. Ultah ketujuh belasnya mulai suram, ayahnya telah pergi meninggalkannya dan menjadikannya anak yatim piatu. Ibu tirinya bahkan sudah menikahkannya dua minggu kemudian dengan Dewa demi menghindari tanggung jawab untuk membesarkannya.
Time flies, rasanya baru saja dia menikah dengan Dewa dan ternyata sudah setahun juga pernikahan ecek-eceknya. Bagaimana tidak disebut ecek-ecek, statusnya saja punya suami. Padahal tinggal saja berjauhan, bahkan hubungan mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal. Dewa pun sama sekali tidak merasa punya istri.
Hanya dengan orang tua Dewa lah Ory tetap menjaga tali silahturahmi. Mereka sangat baik dalam memperlakukan Ory, sehingga Ory merasa mereka sudah seperti orang tua kandungnya sendiri.Ory berulang kali melihat jam tangan mungilnya. Tadi pagi pengacara ayahnya menghubunginya untuk membicarakan satu hal penting katanya. Ory telah meminta izin kepada Clara asisten Bima untuk pulang lebih cepat agar dapat menemui pengacara itu dikantornya. Ory telah mengganti seragam sekolahnya tadi dengan kaus biru dan over all jeans. Dia mengepang kedua sisi rambutnya ala-ala girlband Korea. Dandanannya hari ini abege habis. Dia melipat rapi seragam sekolahnya yang tadi dia kenakan untuk terakhir kalinya. Beberapa bulan kedepan dia akan segera menyandang predikat sebagai seorang mahasiswi. Wuihhh rasanya sebutan ini keren sekali menurut pemikiran Ory.
"Lho Ry, kamu belum berangkat? Tadi kata Clara kamu izin pulang lebih cepat."
Bima sejenak terkesima melihat Ory yang hari ini berdandan sedikit istimewa dengan mengoleskan sedikit lipgloss fuschia di bibir ranumnya. Dimata Bima Ory memakai karung goni saja cantiknya sudah tiada tara, apalagi ini sedikit bergaya. Bima merasa takut kalau air liurnya menetes tidak terkendali, bisa repot nanti urusannya.
"Ini Ory lagi mau pesen ojek online dulu Bang. Cuma dari tadi signalnya hilang timbul terus disini te—Eh Selamat siang Pak."
Ory langsung mengucapkan salam sopan pada Raven yang tadi keluar secara bersamaan dengan Bima. Raven dan Celine telah resmi bercerai, tapi Raven masih sering berhubungan dengan Bima karena Bima sekarang telah menjalin kerjasama dengan perusahaan Raven sebagai bagian legal dalam perusahaannya.
"Batalkan saja pemesanan ojek online mu Ory. Biar Abang saja yang mengantarkanmu ke kantornya Pak Firman. Lagian apa kamu tidak takut nanti malah dilarikan sama abang gojeknya?"
Bima yang masih terpesona terus saja berusaha mengulur-ulur waktu untuk sekedar bisa berdekatan lebih lama dengan gadis cantik itu. Semenjak Ibu Dewa terang-terangan ingin mencari calon suami untuk Ory, Bima sudah bertekad untuk memperjuangkan cintanya untuk Ory. Sesak rasanya bertahun-tahun memendam cinta yang tidak kunjung berani untuk diutarakan hanya karena gengsi takut dianggap sebagai seorang pedophilia.
"Ory nggak takut koq Bang, soalnya Ory kan tidak punya barang berharga yang bisa diambil sama abang ojeknya. Nih uang Ory saja tinggal seratus dua puluh tujuh ribu di didompet."
Ory menunjukkan dompet pinknya pada Bima. Yang ada si abang gojek harus mandi kembang tujuh rupa untuk buang sial karena sudah ngerampok Ory yang uangnya cuma ada segitu."
Ory malah nyengir karena merasa kata-kata Bima itu adalah hal yang tidak mungkin akan terjadi. Bima dan Raven sama-sama saling memandang dan saling maklum dengan kepolosan dan kenaifan Ory.
"Abang gojeknya lebih tertarik sama kamu nya kali Ry daripada harta kamu. Masih belum faham juga maksud kata-kata Abang?" Ory mengerutkan keningnya berfikir sejenak, perlahan raut wajahnya mulai berubah makin lama makin merah bahkan sampai ketelinganya. Sepertinya Ory mulai faham maksud kata-kata Bima tadi.
"Ja—jadi O—Ory harus bagaimana ini?" Belum sempat Bima menjawab, Clara sudah memanggilnya karena client potensialnya memajukan jadwal pertemuannya. Bima menjadi bingung antara ingin mengantar Ory atau menemui client.
"Kantor pengacaranya di mana Ry?" Raven mengambil mengambil alih pembicaraan.
"Jalan Raden salah Pak."
"Pak Firman Girsang kah yang ingin kamu temui?" Raven tersenyum senang. Memang kalau rezeki mah nggak akan kemana.
"Iya Pak. Koq Pak Raven tahu?"
"Ya tentu saja tahu, kan kantornya masih satu gedung dengan kantor Saya. Ayo ikut Saya saja, biar saya antar langsung sampai ditempat, tidak perlu pakai aplikasi apalagi bayar ongkos."
Raven langsung saja menggiring Ory keparkiran. Bima yang ditinggal takjub melihat Raven yang biasa cuma berbicara dengan bahasa tubuh seperti mengangguk, menggeleng atau mengedikkan bahu, bisa mendadak ramah bahkan bercanda bila berbicara dengan Ory.
Mau nikung Dewa saja susah eh ini ditambah Raven siduda keren lagi list nya. Tapi sesuatu yang dengan susah payah didapatkan pasti sebanding dengan kebahagiaan yang akan diraih bukan? Dia ini Bima, bukan sifatnya jadi manusia yang gampang menyerah!
"Ry, kita singgah dulu sebentar ke hotel JW Marriot ya buat jemput Ibell, soalnya Celine tadi minta di jemput disana aja. Keberatan nggak?" Raven melirik sekilas Ory,mencoba melihat air mukanya.
"Oh boleh dong Pak, Saya juga kangen pengen ketemu Ibell." Mata Ory berubah ceria. Raven tersenyum simpul, gadis ini begitu polos dan naif. Pikirannya begitu tulus dan lurus, belum terkontaminasi dengan syak wasangka. Tetapi bahaya juga bila Ory bertemu dengan orang yang berniat jahat, pasti dengan mudah Ory bisa masuk dalam perangkap mereka.
Setibanya di hotel itu, Ory dan Raven langsung masuk ke kamar nomor 420. Dan benar saja Ibell ada disana bersama pengasuhnya. Rupanya Celine sudah pergi duluan dikarenakan ada keperluan mendadak kata pengasuh Ibell. Karena Ibell belum mandi, Raven dan Ory menunggu sejenak didalam kamar itu.
"Kamu sudah lihat sendiri kan Wa, Ory itu bisa dibooking kalau harganya memang cocok? Dia bahkan sudah berani masuk hotel berdua dengan Raven dikamar itu, ngapain coba mereka disana? Main monopoli? Nggak mungkin kan? Dia bukan gadis polos seperti dugaanmu."
Celine memperlihatkan raut wajah yang begitu prihatin. Dia mengelus lengan kekar Dewa mencoba menenangkan Dewa yang terlihat begitu kecewa.
"Kita pulang aja ya Wa, ngapain juga kita lama-lama disini kalau itu hanya akan menyiksa perasaanmu." Celine kemudian menghela lengan Dewa untuk segera meninggalkan tempat itu. Lima menit kemudian Ory dan Raven keluar dari kamar itu dengan Ibell yang berada dalam gendongan Raven serta pengasuhnya yang mengekori dari belakang.
===================
"Jadi intinya setelah Ory berusia dua puluh satu tahun, semua harta berjalan maupun yang tidak berjalan akan diserahkan kepada Ory seluruhnya karena ayahmu menganggap pada usia itu Ory sudah dewasa dan bisa mempertanggung jawababkan semua masalah dengan dewasa dan bijaksana. Tetapi bila masih dibawah usia tersebut tadi, Ory masih ada dalam tanggung jawab Bapak sebagai wali yang sudah ditunjuk oleh ayahmu secara sah sesuai dengan undang-undang yang berlaku dinegara ini.
Ory bawa tidak dokumen yang Bapak minta kemarin?seperti akte lahir, kartu keluarga, Ijazah, STTB dll yang sudah dilegalisir?"
"Oh ada Pak, disini lengkap semua dokumennya sesuai dengan permintaan Bapak." Ory menyerahkan map coklat kepada pengacara kepercayaan ayahnya itu. Setelah memeriksa sekilas kelengkapan dokumen itu Pak Firman segera menelepon seseorang. Dari sekilas pembicaraan yang bisa Ory simak, Pak Firman menugaskan orang tersebut untuk mendaftarkan Ory pada satu universitas yang cukup bergengsi dikota ini.
"Nah Ory, Bapak tadi sudah mendaftarkan mu ke UPH, itu adalah universitas milik Bapak sendiri. Anak sulung Bapak juga ikut mengawasi dan menjadi dosen free lance disana. Bapak harap Ory betah kuliah disana ya?Dan mengenai uang saku, Ory sekarang memiliki banyak uang Nak, cuma Bapak yang akan mengelolanya sesuai dengan surat wasiat yang ayahmu perintahkan. Nah, apa ada yang ingin Ory tanyakan lagi pada Bapak? Kalau tidak ada Bapak pamit mau pergi, karena ada janji dengan client lagi."
"Oh tidak Pak, semua sudah sangat jelas. Saya permisi dulu ya Pak." Setelah salim dengan Pak Firman, Ory langsung pulang dan ingin segera membagi kabar baik ini dengan Bik Asih.
Drrttt...drttt..drtt..
Halo Orong-orong, ntar malem lo jangan lupa kita mau ngerayain ultah lo di Exodus, kan lo udah 18 taon hari ini, brarti lo uda gede kan Orong-orongku sayang ? Hahahhaa...Gue juga pengen ngerasain atmosphere jadi orang dewasa, pake baju seksi, minum-minum dikit dan yang paling gue inginkan adalah flirting-flirting manjah dengan para esmud yang keren-keren hehehe...Jam 10 teng lo gue jemput, inget ya keluarin semua jurus make up keren lo. Lo nggak usah ngeles pura-pura nggak bisa dandan. Gue tau lo jago sebenernya, and jangan lupa lo pake baju yang gue kasih kemaren biar nggak malu-maluin ntar style kita disono.
"Iya iya Intong. Ngatain nama gue orong-orong, padahal lo mah doyan banget ngembat orong-orong. Tenang aja lo, jam 10 teng gue udah nunggu lo dibawah."
Ory memutuskan panggilan telepon dari Intan sambil menggeleng-gelengkan kepala. Anak itu kadang rasa penasaran dan ingin tahunya kelewat besar. Ory merasa suatu saat Intan bisa terkena masalah karena sifat kepo akutnya ini. Ory langsung berlari kecil saat melihat abang gojek baju hijaunya sudah menantinya diujung jalan.
Jangan lupa tap votenya ya?😉
Hingar bingar suara musik yang memekakkan telinga menyambut kedatangan dua remaja cantik itu di Exodus. Intan memakai mini dress sexy berwarna hitam yang memperlihatkan punggung mulusnya. Sedangkan Ory mengenakan flare mini skirt berwarna putih dengan lengan mulusnya yang terbuka dibagian pangkal lengannya. Pendeknya gaunnya semakin memperjelas jenjangnya kaki mulus Ory. Kedua remaja itu tidak menyadari bahwa hampir seluruh pengunjung pria di club ini memandang Ory dengan mulut berliur. Ory dan Intan terus berjalan menuju kursi-kursi yang disediakan disudut ruangan. Mata Ory membulat seketika saat melihat orang-orang yang dikenalnya bertingkah begitu mesum didepan matanya. Dewa suami ecek-eceknya tampak sedang melumat ganas bibir wanita kurang yang tampak sedang meremas-remas selangkangannya, Rendra kakak tirinya tampak sedang memeluk mesra wanita seksi yang sekarang terlihat sedang menggerayangi tubuh kekarnya, Bima juga menciumi lengan
Dewa sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Ory. Masih segar dalam ingatannya, kata-kata ibunya saat ia ingin sesegera mungkin melakukan pembatalan pernikahan. Ibunya seperti berusaha menunda-nunda terealisasinya pembatalan tersebut. Setiap kali ia ingin membahasnya, ibunya selalu bilang sabar dulu, dan menunggu hingga bulan depan. Sampai akhirnya setahun sudah pembatalan pernikahan itu tertunda. Puncaknya adalah minggu lalu, saat ia sudah benar-benar akan menemui Bima untuk melengkapi dokumen pembatalan. Tetapi kembali gagal saat ibunya menangis dan mengajukan satu persyaratan buatnya. Yaitu dirinya harus segera memberinya cucu. Waktu itu dirinya langsung mengiyakan. Apa sih susahnya menghamili Ory? Tinggal menyemburkan benih saja, pasti akan melendung itu perut si gadis abege. Suara bel yang berbunyi nyaring pada pukul 11.30 WIB, seketika menghadirkan smirk di wajah dingin Dewa. Finally
Seminggu telah berlalu sejak peristiwa pemaksaan Dewa pada Ory. Mungkin bagi Dewa hal tersebut sangatlah biasa, mengingat predikatnya sebagai playboy mesum akut. Tapi bagi Ory hal itu menjadikannya begitu trauma. Sejak hari nahas itu, Ory menjadi begitu sensitif dengan sentuhan. Dia menjadi tidak nyaman dengan yang namanya skinship. Bahkan untuk bersalaman saja rasanya ia enggan. Begitu juga dengan tatapan. Ory begitu ketakutan dengan tatapan pria yang sifatnya intens ataupun intimate. Bila para wanita biasanya akan sangat tersanjung bila ditatap dengan spesial, sebaliknya, Ory refleks ingin melarikan diri. Trauma yang ditimbulkan akibat malam itu sangat membekas di hatinya. Hari ini hari libur. Itu artinya Ory bisa menghabiskan adalah waktunya dengan Intan untuk hang out atau sekedar jalan-jalan di mall. Ory membuka lemari. Entah kenapa hari ini ia ingin mempraktekkan make up ala korean style yang bar
"Gue sih cuman mau ngingetin lo ya Ry, kalo gue nggak mau bahan materialnya lo ganti sama yang abal-abal, gue mau semuanya harus yang ada label SNI dan sesuai SOP yang kita sepakati bersama. Mungkin dengan begitu biaya produksi kita akan sedikit mengalami kenaikan, tapi itu kan worth it, sebanding dengan hasil yang kita inginkan. Lo mau gegara kita sunat-sunat itu biaya material dan operasional and then jembatan itu ambruk dikarenakan faktor human error yang ujung-ujung nya kita semua bakal gol dan masuk hotel prodeo?" Rendra mulai memakai kaca mata bacanya sambil membalik-balikkan draft proposal penawaran harga yang besok akan segera diberikan pada client. "Ya itu kan cuma sekedar usul doang kali Ren, karena gue lihat penghematan biaya produksi jadi begitu jauh berbeda dan cukup significant itung-itungannya. Cuma yaitu resikonya sih, seperti yang lo bilang. Takut hasil akhir
Akhirnya Ory terpaksa ikut juga masuk kedalam mobil Dewa. Setelah Mama Mita yang menelepon Ory secara langsung langsung dan mengatakan ingin bertemu dengannya. Walau bagaimana pun juga Mama Mita adalah mertuanya, dan dia tidak mau disebut sebagai menantu durhaka. Ory sempat mengingat kehebohan yang tadi terjadi dirumah Fahry. Mereka semua kaget saat tahu bahwa Ory adalah istri sah Dewa. Cuma Radja yang diam saja karena memang dia sudah tahu semua kisah hidup Ory dari sumber yang paling terpercaya, yaitu ayahnya sendiri. Rendra sempat tersinggung saat tahu bahwa ayahnya Radja adalah wali resmi Ory yang legal secara hukum. Apalagi Radja sudah mendaftarkan Ory sebagai mahasiswi di universitas milik ayahnya. Dia seolah-olah merasa tidak dianggap sebagai kakak Ory. Radja merasa Rendra memiliki rasa dengan gadis yang disebutnya sebagai adiknya itu, walau Rendra berusaha keras membantahnya. Tapi dia juga laki-laki, sesama lelaki pasti akan tau arti tata
"Jadi Ory sekarang sudah tamat SMU ya? Bulan depan sudah jadi mahasiswi dong ya, sayang?" Mama Mita mencubit gemas pipi mulus Ory. Semakin dipandang wajah Ory semakin mengingatkannya pada sosok cantik teman masa kecilnya dulu, yang telah merelakan satu ginjalnya demi kelangsungan hidupnya, sehingga dia masih bisa hidup sampai sekarang."Oh ya Ma, tadi kata mama ada yang mau mama bicarakan dengan Ory. Mama mau bicara apa Ma?" Kata-kata Ory membuat Mita mengembalikan ingatannya yang tadi sempat mengembara kemasa lalu."Begini Sayang, waktu di Venesia mama bertemu dengan Wina, ibu tiri kamu. Dan Wina meminta agar pembatalan pernikahanmu dengan Dewa segera dilaksanakan. Mama hanya mau memastikan saja, apakah kamu sudah mantap ingin melakukan pembatalan pernikahan? Sebenarnya mama berat sekali melakukan itu sayang, karena mama sudah pernah berjanji pada orang tuamu dulu untuk menjaga kamu setelah mereka berdua tidak ada lagi didunia ini. Apalag
Ory berlari-lari kecil bersama Mbak Clara sambil membawa berkas-berkas dokumen yang menjadi MOU antara perusahaan Rajawali Putra Persada milik Raven, dengan Graha Indah Nusantara. Sebagai notaris yang menangani semua masalah legal diperusahaan Raven, menjadikan Bima harus selalu ikut dalam setiap penandatanganan dokumen kerjasama perusahaan Raven dengan perusahaan rekanannya. Dan sebagai akibat dari cutinya Bima yang sedang menghadiri pemakaman nenek tercintanya di Medan, membuat Mbak Clara dan Ory sebagai asisten pribadinya yang jadi kelimpungan.Baru saja mereka berdua masuk ke dalam mobil Mang Tisna dengan nafas ngos-ngosan karena berlari-lari, Rini salah seorang admin langsung memanggil Clara untuk menemui client yang baru saja tiba. Mau tidak mau tinggal Ory seorang yang akan mewakili paralegal dari kantor Bima. Karena tidak mungkin mereka meninggalkan kantor kosong dan membiarkan client menunggu berjam-jam.Berhubun
Suara musik berirama EDM berdentam kencang di salah satu club malam papan atas kota metropolitan. Seorang pria tampan mapan tampak termenung sambil sesekali menyesap minuman beralkohol yang berada di tangan kanannya."Wah tumben, Bro dugem sendirian aja. Biasanya berlima, paling banter berempat. Lagi cekcok ya sama hopeng-hopeng lainnya."Sebastian, bartender berjuluk G3 yaitu Ganteng-Ganteng Gay, meracik minuman seraya menyapa ramah Dewa. Dewa and the gangs memang jarang sekali terpisah-pisah."Biasalah, Bro. Lagi pengen main single aja. Pikiran lagi piknik ke mana-mana ini. Gue cuma pengen ngademin otak bentaran doang di sini.""Take your time, Ma Bro." Sebastian mengedipkan mata sebelum kemudian sibuk kembali dengan aktifitas racik meracik minuman mahalnya.Dewa menyesap minuman dengan pikiran meng