Share

Chapter 12(hari baru)

Hari ini Ory gembira sekali. Dia sudah menerima ijazah SMU nya. Akhirnya setelah menjadi yatim piatu diusianya yang ke delapan belas tahun tepat dihari ini, dia berhasil juga menamatkan SMUnya dengan sukses. Mengingat kemasa lalu, saat terakhir dia merayakan ultah bersama ayahnya adalah saat usianya yang ke enam belas tahun. Tiup lilin, kado istimewa biasanya telah dipersiapkan oleh ayahnya dari jauh-jauh hari. Ultah ketujuh belasnya mulai suram, ayahnya telah pergi meninggalkannya dan menjadikannya anak yatim piatu. Ibu tirinya bahkan sudah menikahkannya dua minggu kemudian dengan Dewa demi menghindari tanggung jawab untuk membesarkannya.

Time flies, rasanya baru saja dia menikah dengan Dewa dan ternyata sudah setahun juga pernikahan ecek-eceknya. Bagaimana tidak disebut ecek-ecek, statusnya saja punya suami. Padahal tinggal saja berjauhan, bahkan hubungan mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal. Dewa pun sama sekali tidak merasa punya istri.

Hanya dengan orang tua Dewa lah Ory tetap menjaga tali silahturahmi. Mereka sangat baik dalam memperlakukan Ory, sehingga Ory merasa mereka sudah seperti orang tua kandungnya sendiri.

Ory berulang kali melihat jam tangan mungilnya. Tadi pagi pengacara ayahnya menghubunginya untuk membicarakan satu hal penting katanya. Ory telah meminta izin kepada Clara asisten Bima untuk pulang lebih cepat agar dapat menemui pengacara itu dikantornya. Ory telah mengganti seragam sekolahnya tadi dengan kaus biru dan over all jeans. Dia mengepang kedua sisi rambutnya ala-ala girlband Korea. Dandanannya hari ini abege habis. Dia melipat rapi seragam sekolahnya yang tadi dia kenakan untuk terakhir kalinya. Beberapa bulan kedepan dia akan segera menyandang predikat sebagai seorang mahasiswi. Wuihhh rasanya sebutan ini keren sekali menurut pemikiran Ory.

"Lho Ry, kamu belum berangkat? Tadi kata Clara kamu izin pulang lebih cepat."

Bima sejenak terkesima melihat Ory yang hari ini berdandan sedikit istimewa dengan mengoleskan sedikit lipgloss fuschia di bibir ranumnya. Dimata Bima Ory memakai karung goni saja cantiknya sudah tiada tara, apalagi ini sedikit bergaya. Bima merasa takut kalau air liurnya menetes tidak terkendali, bisa repot nanti urusannya.

"Ini Ory lagi mau pesen ojek online dulu Bang. Cuma dari tadi signalnya hilang timbul terus disini te—Eh Selamat siang Pak."

Ory langsung mengucapkan salam sopan pada Raven yang tadi keluar secara bersamaan dengan Bima. Raven dan Celine telah resmi bercerai, tapi Raven masih sering berhubungan dengan Bima karena Bima sekarang telah menjalin kerjasama dengan perusahaan Raven sebagai bagian legal dalam perusahaannya.

"Batalkan saja pemesanan ojek online mu Ory. Biar Abang saja yang mengantarkanmu ke kantornya Pak Firman. Lagian apa kamu tidak takut nanti malah dilarikan sama abang gojeknya?"

Bima yang masih terpesona terus saja berusaha mengulur-ulur waktu untuk sekedar bisa berdekatan lebih lama dengan gadis cantik itu. Semenjak Ibu Dewa terang-terangan ingin mencari calon suami untuk Ory, Bima sudah bertekad untuk memperjuangkan cintanya untuk Ory. Sesak rasanya bertahun-tahun memendam cinta yang tidak kunjung berani untuk diutarakan hanya karena gengsi takut dianggap sebagai seorang pedophilia.

"Ory nggak takut koq Bang, soalnya Ory kan tidak punya barang berharga yang bisa diambil sama abang ojeknya. Nih uang Ory saja tinggal seratus dua puluh tujuh ribu di didompet."

Ory menunjukkan dompet pinknya pada Bima. Yang ada si abang gojek harus mandi kembang tujuh rupa untuk buang sial karena sudah ngerampok Ory yang uangnya cuma ada segitu."

Ory malah nyengir karena merasa kata-kata Bima itu adalah hal yang tidak mungkin akan terjadi. Bima dan Raven sama-sama saling memandang dan saling maklum dengan kepolosan dan kenaifan Ory.

"Abang gojeknya lebih tertarik sama kamu nya kali Ry daripada harta kamu. Masih belum faham juga maksud kata-kata Abang?" Ory mengerutkan keningnya berfikir sejenak, perlahan raut wajahnya mulai berubah makin lama makin merah bahkan sampai ketelinganya. Sepertinya Ory mulai faham maksud kata-kata Bima tadi.

"Ja—jadi O—Ory harus bagaimana ini?" Belum sempat Bima menjawab, Clara sudah memanggilnya karena client potensialnya memajukan jadwal pertemuannya. Bima menjadi bingung antara ingin mengantar Ory atau menemui client.

"Kantor pengacaranya di mana Ry?" Raven mengambil mengambil alih pembicaraan.

"Jalan Raden salah Pak."

"Pak Firman Girsang kah yang ingin kamu temui?" Raven tersenyum senang. Memang kalau rezeki mah nggak akan kemana.

"Iya Pak. Koq Pak Raven tahu?"

"Ya tentu saja tahu, kan kantornya masih satu gedung dengan kantor Saya. Ayo ikut Saya saja, biar saya antar langsung sampai ditempat, tidak perlu pakai aplikasi apalagi bayar ongkos."

Raven langsung saja menggiring Ory keparkiran. Bima yang ditinggal takjub melihat Raven yang biasa cuma berbicara dengan bahasa tubuh seperti mengangguk, menggeleng atau mengedikkan bahu, bisa mendadak ramah bahkan bercanda bila berbicara dengan Ory.

Mau nikung Dewa saja susah eh ini ditambah Raven siduda keren lagi list nya. Tapi sesuatu yang dengan susah payah didapatkan pasti sebanding dengan kebahagiaan yang akan diraih bukan? Dia ini Bima, bukan sifatnya jadi manusia yang gampang menyerah!

"Ry, kita singgah dulu sebentar ke hotel JW Marriot ya buat jemput Ibell, soalnya Celine tadi minta di jemput disana aja. Keberatan nggak?" Raven melirik sekilas Ory,mencoba melihat air mukanya.

"Oh boleh dong Pak, Saya juga kangen pengen ketemu Ibell." Mata Ory berubah ceria. Raven tersenyum simpul, gadis ini begitu polos dan naif. Pikirannya begitu tulus dan lurus, belum terkontaminasi dengan syak wasangka. Tetapi bahaya juga bila Ory bertemu dengan orang yang berniat jahat, pasti dengan mudah Ory bisa masuk dalam perangkap mereka.

Setibanya di hotel itu, Ory dan Raven langsung masuk ke kamar nomor 420. Dan benar saja Ibell ada disana bersama pengasuhnya. Rupanya Celine sudah pergi duluan dikarenakan ada keperluan mendadak kata pengasuh Ibell. Karena Ibell belum mandi, Raven dan Ory menunggu sejenak didalam kamar itu.

"Kamu sudah lihat sendiri kan Wa, Ory itu bisa dibooking kalau harganya memang cocok? Dia bahkan sudah berani masuk hotel berdua dengan Raven dikamar itu, ngapain coba mereka disana? Main monopoli? Nggak mungkin kan? Dia bukan gadis polos seperti dugaanmu."

Celine memperlihatkan raut wajah yang begitu prihatin. Dia mengelus lengan kekar Dewa mencoba menenangkan Dewa yang terlihat begitu kecewa.

"Kita pulang aja ya Wa, ngapain juga kita lama-lama disini kalau itu hanya akan menyiksa perasaanmu." Celine kemudian menghela lengan Dewa untuk segera meninggalkan tempat itu. Lima menit kemudian Ory dan Raven keluar dari kamar itu dengan Ibell yang berada dalam gendongan Raven serta pengasuhnya yang mengekori dari belakang.

===================

"Jadi intinya setelah Ory berusia dua puluh satu tahun, semua harta berjalan maupun yang tidak berjalan akan diserahkan kepada Ory seluruhnya karena ayahmu menganggap pada usia itu Ory sudah dewasa dan bisa mempertanggung jawababkan semua masalah dengan dewasa dan bijaksana. Tetapi bila masih dibawah usia tersebut tadi, Ory masih ada dalam tanggung jawab Bapak sebagai wali yang sudah ditunjuk oleh ayahmu secara sah sesuai dengan undang-undang yang berlaku dinegara ini.

Ory bawa tidak dokumen yang Bapak minta kemarin?seperti akte lahir, kartu keluarga, Ijazah, STTB dll yang sudah dilegalisir?"

"Oh ada Pak, disini lengkap semua dokumennya sesuai dengan permintaan Bapak." Ory menyerahkan map coklat kepada pengacara kepercayaan ayahnya itu. Setelah memeriksa sekilas kelengkapan dokumen itu Pak Firman segera menelepon seseorang. Dari sekilas pembicaraan yang bisa Ory simak, Pak Firman menugaskan orang tersebut untuk mendaftarkan Ory pada satu universitas yang cukup bergengsi dikota ini.

"Nah Ory, Bapak tadi sudah mendaftarkan mu ke UPH, itu adalah universitas milik Bapak sendiri. Anak sulung Bapak juga ikut mengawasi dan menjadi dosen free lance disana. Bapak harap Ory betah kuliah disana ya?Dan mengenai uang saku, Ory sekarang memiliki banyak uang Nak, cuma Bapak yang akan mengelolanya sesuai dengan surat wasiat yang ayahmu perintahkan. Nah, apa ada yang ingin Ory tanyakan lagi pada Bapak? Kalau tidak ada Bapak pamit mau pergi, karena ada janji dengan client lagi."

"Oh tidak Pak, semua sudah sangat jelas. Saya permisi dulu ya Pak." Setelah salim dengan Pak Firman, Ory langsung pulang dan ingin segera membagi kabar baik ini dengan Bik Asih.

Drrttt...drttt..drtt..

Halo Orong-orong, ntar malem lo jangan lupa kita mau ngerayain ultah lo di Exodus, kan lo udah 18 taon hari ini, brarti lo uda gede kan Orong-orongku sayang ? Hahahhaa...Gue juga pengen ngerasain atmosphere jadi orang dewasa, pake baju seksi, minum-minum dikit dan yang paling gue inginkan adalah flirting-flirting manjah dengan para esmud yang keren-keren hehehe...Jam 10 teng lo gue jemput, inget ya keluarin semua jurus make up keren lo. Lo nggak usah ngeles pura-pura nggak bisa dandan. Gue tau lo jago sebenernya, and jangan lupa lo pake baju yang gue kasih kemaren biar nggak malu-maluin ntar style kita disono.

"Iya iya Intong. Ngatain nama gue orong-orong, padahal lo mah doyan banget ngembat orong-orong. Tenang aja lo, jam 10 teng gue udah nunggu lo dibawah."

Ory memutuskan panggilan telepon dari Intan sambil menggeleng-gelengkan kepala. Anak itu kadang rasa penasaran dan ingin tahunya kelewat besar. Ory merasa suatu saat Intan bisa terkena masalah karena sifat kepo akutnya ini. Ory langsung berlari kecil saat melihat abang gojek baju hijaunya sudah menantinya diujung jalan.

Suzy Wiryanty

Jangan lupa tap votenya ya?😉

| 2
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mardiati Badri
sepertinya ada yg salah bab/terbalik. atau flasback tapi aq gak ngeh?
goodnovel comment avatar
Nani Lestari
Bukan polos, tapi bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status