"Raven Artharwa Al Rasyid. Ternyata kamu memiliki ingatan yang kurang bagus ya Ory. Padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu di kantor Bima."
Ory langsung membelalakkan mata indahnya. Ting! seolah ada lampu pijar tak kasat mata yang menyala di benaknya. Pria tampan ini adalah yasalam ternyata suami Celine. Calon istri tak jadi Dewa yang tadi masuk tiba-tiba keruangan Bima. Mengetahui pria ini masih terikat hubungan sebagai suami istri dengan Celine, membuat Ory seketika bersikap defensif. Jangan sampai lagi dia berurusan dengan Madam Medusa itu. Belum lagi Ory sempat melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Raven didadanya, tiba-tiba saja dia merasa tangannya ditarik paksa kearah yang berlawanan dan kemudian tubuhnya dipeluk posesif oleh Rendra.
"Tolong anda jangan bersikap kurang ajar terhadap adik saya ya Pak Raven. Walaupun anda sudah mendaftarkan gugatan cerai terhadap istri anda, tetapi saat ini status anda masih sebagai seorang pria beristri."
Rendra menatap tajam Raven. Sebenarnya sedari tadi dia sudah gelisah melihat tatapan lapar Raven terhadap adiknya. Diantara Dewa, Bima dan Bayu hanya Rendralah yang tidak mengenal Raven. Karena Rendra bisa dikatakan bersahabat dengan Dewa cs hanya sekitar 3 tahun belakangan ini. Menurut Bima, dulu dia, Dewa, Raven, dan Bayu adalah teman sedari kecil.
Diantara mereka berempat, Ravenlah yang paling cool dan cuek. Apalagi yang berhubungan dengan wanita. Dia sangat mapan dan tampan, tetapi karena mulutnya yang sadis dan pilihan kalimatnya yang sangat irit dan sepedas bon cabe, membuat para wanita takut mendekatinya. Mereka sendiri sampai pernah mengira Raven itu gay, sebelum akhirnya mereka tau bahwa Raven malah kawin lari dengan Celine, calon istri Dewa.
"Adik ketemu gede? Anda dan saya sama berbahayanya bagi dia selama hormon testoteron kita masih berfungsi dengan baik. Anda tidak perlu terlalu mendramatisir keadaan."
Raven cuma membalas dengan kalimat efisien namun tepat sasaran.
"Saya pergi dulu ya Cantik. Percayalah kita pasti akan berjumpa lagi. See you."
Raven mengedipkan sebelah mata sambil berlalu dari hadapan mereka berdua.
"Cuek terhadap wanita katanya? Macam Don Juan begitu malah di bilang cool. Cool dari Hongkong!"
Rendra ngomel-ngomel sendiri.
"Kamu juga Non, jangan bertingkah kegenitan gitu sama laki-laki, bisa tidak?mulai hari ini Saya tidak mau melihat kamu memandang laki-laki lain dengan mata menggodamu itu. Bisa?"
Bentak Rendra yang tiba-tiba saja mood nya terjun bebas kelaut lepas saat melihat adegan romantis ala film india yang diperagakan oleh Ory dan Raven tadi.
"Apaan sih lo Ndra, suara lo kedengeran noh sampe di depan."
Bima dan Bayu tiba-tiba muncul didepan Ory. Ory langsung memejamkan matanya rapat-rapat. Dia ingat, Rendra tadi melarangnya memandang laki-laki lain.
"Lho Ory, kamu kenapa? Koq merem-merem begitu. Kamu ngantuk? Atau tidak enak badan ya?"
Bima heran melihat Ory yang tadinya terlihat baik-baik saja, mendadak memejamkan rapat-rapat matanya.
"Saya sehat-sehat saja Bang. Tadi kak Rendra bilang, Saya tidak boleh memandang laki-laki lain lagi. Makanya sekarang Saya merem liat kak Bima dan kak Bayu." Ory menjawab polos.
"Hahahaha. Rendra lo kenapa ngomong gitu sama Ory. Si lugu ini mengasumsikan semua hal yang dia dengar itu secara harfiah."
Bima dan Bayu langsung ngakak melihat Ory yang masih terus memejamkan matanya. Karena posisinya yang memejamkan mata, pandangan para pemilik hormon testoteron ini malah jadi fokus ke bibir ranumnya.
"Set dah itu bibir minta banget di cipok ya? Kakak boleh cium dikit ya Ry, sudut-sudut bibirnya aja. Boleh ya?"
Bayu langsung maju berpura-pura mau mencium Ory. Rendra dan Bima langsung kompak menjitak kepalanya.
"Cari mati lo Yu? Tuh otak jangan ditaruh diselangkangan mulu nape?" Rendra kembali menoyor kesal kepala Bayu.
"Nggak boleh! Saya hanya mau memberikan first kiss Saya buat suami Saya kelak."
Ory langsung membuka matanya dan sekarang dia menutup mulutnya dengan tangannya rapat-rapat.
"Suami? Berarti first kiss kamu buat Dewa dong?secara kan dia kan memang suami kamu."
Bayu menggoda Ory. Bayu tahu Ory itu bahkan sangat canggung bila ada didekat Dewa. Kelihatan sekali kalau pernikahan keduanya itu bukan karena cinta tapi terpaksa. Ory bahkan kabur hanya sesaat setelah ucapan sah terdengar pada pernikahan mereka.
"Kami akan segera mengurus pembatalan pernikahan koq kak Bayu, Mas Dewa bukan suami Saya lagi."
Ory menjawab cepat. Dia tidak sudi dianggap menyimpan first kiss nya untuk Dewa. Pria mesum akut yang sialnya masih berstatus sebagai suaminya.
"Lha jadi kamu akan segera jadi janda dong. Gila aja jadi janda diumur tujuh belas tahun. Mana masih perawan ting ting lagi."
Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa.
"Kalau bercerai baru bisa disebut janda, tapi kalau cuma membatalkan pernikahan, dia akan kembali pada status gadis, karena cuma dianggap batal menikah. Makanya Tante memilih opsi pembatalan pernikahan saja. Itu akan lebih baik untuk keduanya."
Tante Mita, mama Dewa tiba-tiba muncul ditengah-tengah mereka.
"Tante juga sekarang mulai menyortir calon suami potensial buat Ory. Supaya Ory nanti tidak salah memilih lagi. Walaupun Dewa itu anak kandung Tante sendiri, tapi dia memang bukan suami yang baik dan bisa membahagiakan Ory.
Oh ya Bima, Tante juga ingin segera mengadopsi Ory secara legal menjadi anak Tante. Nanti tolong dibantu proses legalisasinya ya Bim?"Kata Tante Mita sambil mengelus sayang pipi Ory.
"Biar aja nanti Dewa nyesel sudah menyia-nyiakan anak cantik seperti kamu, dan lebih memilih mempercayai wanita ular seperti siCeline itu. Belum lagi wanita-wanita ONS nya yang lain. Tante merasa sudah gagal menjadi orang tua."
"Ehmmm..Tante, kalau Tante memang sedang menyortir calon suami buat Ory, Bima juga ingin mengajukan diri Tan, dan Bima serius ingin menjalani hubungan Dengan Ory."
"Saya juga Tan!" Bayu juga tidak mau kalah langsung ingin ikut menjadi salah satu kandidat calon suami Ory.
"Kalian semua ini kan sifatnya sebelas dua belas, sefaham seideologi dengan Dewa. Mana mungkin Tante mau anak perawan Tante dapat suami tukang ONS semua."
"ONS itu apa Tan?" Ory penasaran. Mata bulat almondnya menatap bolak balik antara Bu Mita dan Bima.
"Denger tuh, Ory terlalu lugu buat menjadi pasangan kalian.Ry, mama mau pulang, Ory mau ikut? Biar nanti mama turunin diapartemen. Aduh ini Dewa kemana lagi, dari tadi mama cariin nggak nampak-nampak batang hidungnya. Mana handphone nya nggak aktif lagi."
Bu Mita mulai ngomel-ngomel kesal.
"Tadi Mas Dewa pesan dia pulang duluan karena ada urusan Ma. Mama nanti disupirin Mang Jaja aja katanya. Ory mau nginap di rumah Intan Ma, jadi nanti Ory ikut Bang Bima aja pulangnya."
Ory sengaja tidak mengatakan apa yang menjadi urusan Dewa tadi. Bisa ngamuk mertuanya bila tahu Dewa masih saja perhatian kepada calon istri tak jadinya tersebut.
"Oh ya udah. Mama jalan dulu ya Ry. Ayo Bayu, Rendra, Bima, Tante jalan dulu." Bu Mita segera berlalu.
"Kamu tidak bisa nginap ditempat Bima Non. Tadi Bi Asih minta izin pulang kampung seminggu. Anaknya sedang sakit katanya. Nanti apartemen berantakan nggak ada yang ngurus. Kita pulang sekarang aja, sudah malam. Yuk Bro sekalian, gue cabut dulu."
Rendra langsung saja menarik lengan Ory agar segera mengikutinya keparkiran.
Dalam hati Bima mengumpat. SiRendra ini kelihatannya tidak suka mendengar ide Ory mau menginap di rumahnya. Masalah Bik Asih yang katanya pulang kampung karena mau menjenguk anaknya itu, pasti cuma akal-akalan Rendra saja. Orang Bik Asih itu tidak pernah menikah alias perawan tua. Masak tetiba punya anak aja dikampung?Dasar kakak tiri sialan siRendra ini. Alamat gagal lah rencananya untuk mengajak Intan dan Ory jalan-jalan. Sepertinya dia harus lebih keras lagi mencari cara untuk membuat Ory memandangnya lebih dari seorang kakak. Bima berulang kali menghela nafas panjang. Memang susah kalau jatuh cinta sama bocah!
Sebenarnya Bima remaja dulu sudah naksir setengah mati pada gadis kecil teman adiknya itu. Cuma masalahnya si cengeng itu masih bocah dalam artian yang sebenarnya. Dan tiba-tiba saja Ory dipindahkan sekolahnya oleh orang tuanya. Sejak itu Bima tidak pernah melihat bocah itu lagi.
Sampai beberapa bulan lalu, dia melihat Ory yang sudah bertransformasi dari bocah cilik menjadi gadis remaja yang luar biasa cantik. Sebagai pria dewasa rasanya sangat malu untuk mengakui bahwa jantungnya berdebar-debar saat berdekatan dengan gadis yang disukainya. Secara dia bahkan sudah berpuluh-puluh kali membuat wanita-wanita ONS nya orgasme, kini dia malah bertingkah seperti abg labil.
Bima tahu, dibutuhkan kesabaran dan perjuangan yang panjang untuk bisa mendapatkan Ory, ditambah lagi statusnya sebagai istri orang. Tapi dia percaya hasil tidak akan menghianati usaha. Just wait n see!
==================
"Bar, kamu kapan sih menikah Nak? Mama sudah kepengen sekali menggendong cucu dari kamu. Michellia aja anaknya sudah mau dua. Masa kamu kalah sama adikmu, Bar? Umur kamu juga udah tiga puluh tahun, lho. Mama kadang heran, papamu itu dulu, pacarnya di setiap sudut kota ada. Di setiap tikungan rumah juga ada. Lah kamu, umur segini juga pacarannya cuma satu kali. Perempuan di dunia ini tidak semuanya sama seperti Diandra, Bar. Nggak semua nya materialiatis. Atau kamu mama jodohin mau?" Ory yang sudah putus asa ketika melihat anak sulungnya masih betah melajang diusianya yang ke tiga puluh, mulai berpikir untuk menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari sahabat-sahabatnya. Akbar yang hanya pernah pacaran sekali saja dengan Diandra Sasmita, teman sekampusnya selama tiga tahun. Dan ternyata pada tahun ketiga itulah, Diandra tiba-tiba meminta putus dari Akbar, dan menikah dengan seorang duda seusia ayahnya karena faktor harta. Semenjak itu Akbar merasa kalau wanita itu
Dewa akui dia bukanlah orang yang baik-baik amat. Dosanya masih bleberan ke mana-mana. Ibadah pun sekedarnya saja. Dalam doa rasa-rasanya dia tidak pernah meminta apa-apa. Tapi saat ini, untuk pertama kalinya, dia sungguh-sungguh berdoa kepada yang Maha Kuasa, untuk keselamatan istri dan anaknya. Untuk pertama kalinya juga, dia bisa merasakan bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, melebihi cintanya pada diri sendiri.Dewa mulai membaca ayat kursi satu kali, surat al-A'raf ayat 54 dan surat Al-Falaq satu kali. Tidak lama kemudian Ory pun sampai pada bukaan terakhir dan mulai mengejan."Ahhhhhh! Ya Allah!" Ory mulai mengejan sekuat tenaga. Rasa sakitnya bahkan sampai membuatnya tidak malu lagi untuk menjerit sekuat-kuatnya."Ayo mulai lagi, tarik napas, mulai!" Dokter Ajeng memberi aba-aba." Ya Allah, sakit ya Allah!" Di tengah perjuangannya melahirkan anaknya ini, tiba-tiba Ory terbayang i
Ory mengaduh kesakitan saat hendak meraih remote tv di kamarnya. Sebenarnya dari dini hari tadi, perutnya terus saja berkontraksi. Tetapi Ory tidak menganggapnya serius, karena dokter kandungannya mengatakan kemungkinan besar ia baru akan melahirkan satu minggu lagi. Ory mengira rasa mulas di perutnya itu adalah akibat dari memakan rujak yang pedas semalam."Auchh... sshhh..."Namun semakin lama, kontraksi mulasnya makin konstan ritmenya. Ory merasa dia mulai berkeringat dingin. Saat ini tidak ada seorang pun di rumah, karena kedua mertuanya tengah menjenguk eyang Dewa yang sedang sakit. Pembantu rumah tangga dan Mang Jaja, supirnya, tengah berbelanja kebutuhan rumah tangga ke supermaket. Dewa pada jam seperti ini tentu saja masih di kantor. Bahkan Satpam di depan rumah pun tadi pagi meminta izin pulang, karena anaknya menjadi korban tabrak lari saat akan berangkat ke sekolah. Dan saat ini sang Satpam tengah mengurus anaknya di rumah sakit
Malam pergantian tahun akan segera berganti dalam hitungan menit. Raven sengaja membuat perayaan old and new dengan seluruh staff karyawan maupun buruh pemetik teh hariannya. Dia ingin semakin mengakrabkan diri antara dirinya sebagai pemilik perkebunan dengan semua pekerjanya yang berasal dari segala lapisan. Suara musik, tawa riuh, berbagai macam makanan dan minuman tumpah ruah dalam kemeriahan pesta. Ory yang akhir-akhir ini begitu mudah lelah karena perut besarnya, menghempaskan pinggulnya di sebuah ayunan yang khusus dibuatkan Raven untuknya. Ada dua ayunan di sana. Satu milik Ibell dan satu lagi miliknya. Tiba -tiba Ory melihat satu bayangan gelap tampak di belakangnya. Ory kaget dan menoleh cepat sambil bersiap-siap lari. Horror juga malam-malam di tempat sepi begini."Ry....Ory, jangan takut. Ini Mas Ry." Dewa langsung menangkap lengan Ory saat melihat kaki Ory sudah menekuk, siap untuk berl
BUGH! BUGH! KRAKKKK!Suara daging yang saling bertumbukan dan tulang patah, terdengar di seantero ruangan. Ruang tamu yang tadinya rapi sekarang lebih menyerupai kapal pecah. Raven yang sudah babak belur dan berdarah-darah ternyata tidak menyerah begitu saja dihajar oleh Dewa. Mereka berdua saling bergumul dan bergelut dengan amarah menggila."Udah! Udah lo bedua! Udah gue bilang! Pada mau mati lo bedua? Fine, gue sih nggak masalah. Asal lo-lo bedua duelnya jangan di depan mata gue. Gue nggak mau repot jadi saksi kematian lo bedua!" Bima dengan napas terengah-engah, berusaha menahan laju tubuh Dewa yang ingin terus menerjang ke depan.Butuh dua orang satpam ditambah Bayu dan Rendra untuk menahan laju tubuh Dewa, yang hari ini seperti mendapat kekuatan ekstra. Dewa mengamuk seperti orang gila akibat kemarahannya.Sedangkan Bayu dan Rendra juga berusaha sekuat tenaga, menahan tubuh Raven ya
Delapan bulan kemudian.Hingar bingar alunan musik remix terdengar di salah satu club elit ibukota. Para pengunjungnya bergoyang seksi-seks panas bersama. Mereka menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah seharian bekerja. Di salah satu ruang VVIP, tampak Dewa dan kawan-kawannya tengah duduk santai menikmati serunya suasana. Di saat teman-temannya mengobrol hebohnya, Dewa duduk acuh sembari memainkan ponselnya. Bima yang penasaran mencoba mengintip apa yang sedari tadi dipandangi Dewa di ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Bima meringis setelah mengetahui apa objek yang membuat sahabatnya ini tenggelam dalam dunianya sendiri. Ternyata sedari tadi Dewa terus memandangi galeri photo yang kesemuanya adalah wajah close up