Share

Chapter 9 (cemburu)

Hari ini Rendra berulang tahan yang ke dua puluh delapan. Ory ingin sekali memberi hadiah buat Rendra. Terlepas mau atau tidaknya Rendra mengakui Ory sebagai adik tirinya, Ory tetap harus berterima kasih karena Rendra sudah mau mengizinkan Ory untuk menumpang sementara diapartemennya. Tadi pagi Bik Asih berbelanja bahan makanan agak sedikit istimewa, sehingga mengusik rasa ingin tahu Ory. Melalui Bik Asih jugalah akhirnya Ory tahu, bahwa Rendra hari ini berulang tahun dan sibibik ingin memasak makanan yang sedikit istimewa buat tuannya. Karena itulah minggu pagi ini Ory terdampar di mall dan sedang terkagum-kagum melihat jajaran jam tangan mahal yang dirasanya akan sangat cocok bila menghiasi pergelangan tangan kekar Rendra. Masalahnya adalah harga jam tersebut yang sangat tidak cocok dengan isi kantongnya.

"Daddy, Ibell mau beli yang ini aja Dad. Om, mommy ini berapa harganya? Coba tolong di scankan barcodenya ya Om?"

Ory kaget saat ada seorang gadis cilik yang menarik-narik blus putihnya sambil melompat-lompat kegirangan dan menyuruh seorang pramuniaga pria untuk menscan harganya. Ory makin bingung saat gadis cilik itu menyeretnya menuju kasir yang penuh dengan antrian customer yang ingin melakukan transaksi pembayaran.

"Maaf ya adik kecil, mbak nya ini bukan barang, jadi tidak ada barcodenya." Ujar Mas kasir sambil tertawa geli. Beberapa pengunjung dan pelanggan diantrian juga ikut tertawa geli. Ory jadi kasihan saat melihat bibir gadis cilik itu melengkung kebawah tanda dia akan menangis. Belum lagi matanya yang langsung berkaca-kaca menahan air mata.

"Lho anak cantik ini kenapa bersedih? Sini sama kakak. Coba kasih kau kakak, apa yang membuat anak cantik ini bersedih."

Ory langsung berjongkok dan mensejajarkan tinggi badannya dengan gadis cilik itu.

Dari jarak sekitar satu meter, Raven mengawasi jalannya drama dadakan itu. Sudut-sudut bibirnya mencuat memperlihatkan senyum gelinya yang terkenal langka itu. Tadi dia memang kaget saat putri ciliknya berteriak heboh ingin membeli mommy baru. Saat dia ingin mencegah perbuatan Ibell, dia melihat bahwa ternyata Ory lah yang ingin dibeli oleh putrinya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ternyata anaknya satu selera dengannya. Kali ini dia setuju 100% dengan pilihan anaknya. Oke, just wait and see, sebentar lagi Ory pasti tidak akan bisa lepas dari mereka berdua. Raven mulai mengeluarkan smirk evil nya. Finalmente Ilegado. Akhirnya kesempatan itu datang juga!

"Ibell ingin membeli mommy baru Kak. Soalnya mommy Ibell udah lama sekali tidak pernah datang menjenguk Ibell. Ibell malah sampai sudah lupa sekarang sama wajah mommy. Kakak mau nggak jadi mommynya Ibell? Mau ya kak ya? Mau ya?"

Gadis cilik yang rupanya bernama Ibell itu mengguncang-guncang kedua tangan Ory dengan wajah yang sudah siap menangis jika Ory menolak. Ory menarik nafas panjang, dia tidak tega membuat gadis cilik itu menangis. Dia tau betapa kesepiannya bila tidak memiliki Ibu. Karena dia selalu mengalaminya. Yah, melihat Ibell saat ini, Ory merasa melihat dirinya sendiri dimasa lalu.

"Iya, kakak mau koq jadi mommynya Ibell." Ory tersenyum sambil mencium pipi gembil Ibell.

"Horeeee....Ibell punya mommy baru sekarang. Mommy nggak bohong kan?janji ya mau jadi mommy nya Ibell. Kalau bohong dosa lho Mom?"

Ibell lagi-lagi meminta kepastian. Ory cuma tertawa geli sambil menganggukkan kepalanya. Dia geli karena seperti merasa sedang ditembak  oleh seorang gadis cilik. Dia tidak tahu, bahwa janjinya itu akan menjerat kakinya sendiri.

Disudut mall dekat tangga eskalator, senyum Raven sudah melebar menjadi tawa. Ternyata putri kecilnya mewarisi sifat nya yang bisa melobby tanpa yang bersangkutan merasa sedang diperdaya. Bantu Daddy untuk menaklukkan mahkluk cantik itu menjadi mommynya selamanya, sayang.

"Jadi ini ya mommy baru Ibell, kenalan dong Mom?" Raven mengangsurkan tangannya pada Ory. Wajah Ory yang tampak serba salah dan memerah saat melihat Raven, tampak begitu menggemaskan. Bibir merahnya tampak membuka dan menutup bingung harus menjelaskan apa. Raven mendadak pening saat memandangi bibir itu lama-lama. Karena diotak mesumnya sudah membayangkan bagaimana rasa bibir lembut itu diatas bibirnya sendiri.

Shittt!! Raven buru-buru menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengusir bayangan-bayangan gila itu.

"Iya Dad, ini mommy barunya Ibell. Mom, kenalin ini daddynya Ibell."

Ibell menyatukan telapak tangan Ory dan Raven agar bersalaman. Tapi Raven bukannya menyalami Ory, tapi dia malah membawa telapak tangan Ory dan mengecupnya dengan mesra. Ory kaget dan berusaha menarik tangannya yang masih saja terus digenggam oleh Raven.

"Ibell ini anak saya Ory, karena kamu sudah menjadi mommy nya, berarti kamu otomatis menjadi istri saya ya hari ini?"

Raven mengelus telapak tangan Ory yang ada digenggamannya dengan ibu jarinya. Entah mengapa Raven sangat suka sekali melakukan skinship dengan Ory. Padahal dengan wanita lain Raven sangat anti disentuh. Dengan Celine pun itu terjadi karena alkohol. Begitu dia tersadar, dia tidak pernah sekalipun mau menyentuh Celine lagi. Hal itulah yang membuat Celine berang karena mengganggap Raven jijik padanya.

"Kamu ngapain disini Ry?mau beli jam? Saya lihat dari tadi kamu memandangi jam tangan ini terus menerus. Tapi ini kan jam tangan laki-laki, kamu mau beli buat siapa? Dewa?"

"Ishhh bukan!! Buat kak Rendra." Ory menjawab cepat. Rugi sekali rasanya membuang-buang uang buat lelaki mulut bon cabe itu.

"Hari ini Kak Rendra ulang tahun. Ory pengen beli hadiah jam itu buat kak Rendra. Tapi yahhh... nggak cukup budgetnya Pak."

Ory menggigit bibirnya malu. Dia keceplosan.

"Ehm menurut kamu, jam couple yang ada disini itu mana yang paling bagus?saya ingin menguji seleramu. Apakah kamu ini termasuk orang yang berselera tinggi atau tidak?" Raven mulai menebar jala.

"Ya saya tau lah Pak mana barang branded dan mana yang tidak. Tidak punya banyak uang kan bukannya tidak tau mana barang yang mahal!" Ory kesal sekali disangka udik oleh Raven.

"Ya kalau begitu tunjukkan dong. Ayo coba pilih yang mana?" Raven menaikkan sudut bibirnya.

"Yang ini!" Ory tersenyum jumawa. Ory tahu harga sepasang jam tangan itu sama dengan harga satu unit mobil mewah. Ory memandang Raven dengan senyum kemenangan, karena tahu mana harga yang paling mahal.

"Oke. Mas tolong bungkus jam tangan yang ini satu dan jam tangan couple ini juga ya. Jam tangan yang ini tolong dibungkus kado, tapi yang couple ini dibungkus biasa aja boxnya, karena mau langsung kami pakai. Dan ini card untuk tagihannya."

Raven membuka jam tangan yang tadi dipakainya, dan memasukkannya dalam box baru. Kemudian dia memakai jam couple itu, dan memaksa Ory untuk mencoba pasangannya.

"Mas, ini jam istri saya tolong dikecilkan sesuai lengannya ya, saya punya juga."

Dengan cekatan pramuniaga itu mengepas jam couple itu hingga pas dipakai ditangan Raven dan Ory. Ory yang masih kaget cuma bisa diam dan bergerak seperti robot saat dipakaikan jam oleh Raven.

Setelah keluar dari toko jam exclusive itu baru Ory tersadar sudah melakukan kesalahan.

"Maaf Pak, Saya tidak bisa menerima hadiah dari Bapak. Jam tangan buat kak Rendra ini sangat mahal Pak, Saya tidak mungkin menyuruh Bapak yang membayarnya. Nanti kak Rendra pasti marah kalau tau Bapak yang membayarnya."

"Ya kalau begitu tidak usah bilang. Gampangkan?" Raven menjawab santai.

"Terus jam yangan couple ini. Ini harganya juga sangat mahal Pak, saya harus kerja bertahun-tahun baru bisa mengganti uang Bapak. Saya nggak pantas menerimanya Pak." Ory tampak begitu bingung dan serba salah. Dia tidak ingin dicap sebagai cewek matre.

"Kan saya juga pakai yang satunya. Anggap saja punya kamu itu bonus. Kan tidak mungkin juga saya memakai jam tangan wanita."

Lagi-lagi Raven mematahkan semua argumennya.

"Mom Dad, Ibell laper. Kita makan dulu yuk?" Ibell mulai menarik-narik lengan Ory dengan manja.

"Tapi mommy sudah makan tadi Ibell." Ory merasa semakin tidak enak pada Raven melihat kemanjaan Ibell padanya.

"Itukan tadi Mom, sekarang kan pasti mommy sudah lapar lagi. Iyakan Dad?" Ory menarik nafas panjang. Anak ini memang cerdas.

"Ibell mau di gendong mommy. Boleh ya Mom?" Mata bulat Ibell nampak memohon. Ory tidak tega, dia tahu betapa inginnya Ibell merasakan kasih sayang ibunya, walaupun itu harus didapatnya hanya sekedar dari ibu pengganti random.

"Sini tas mu dan barang-barang mu yang lain Ory, biar saya saja yang bawa." Mata Ory membelalak sempurna melihat laki-laki semaskulin Raven menyelempangkan tas hot pink nya dibahu dan menenteng box jam ditangan kiri. Sedangkan tangan kanannya merangkul mesra bahu Ory yang sedang menggendong Ibell.

Orang-orang yang berlalu lalang menatap kagum pada mereka yang seperti satu keluarga bahagia. Beberapa wanita yang datang bersama pasangannya menunjuk-nunjuk Raven sambil mengatakan bahwa dia adalah daddy goals karena tidak malu memakai tas perempuan dan menenteng belanjaan anaknya.

Raven yang mendengarnya makin mengeratkan rangkulannya pada Ory sambil bersikap makin mesra. Memang inilah yang sebenarnya dia harapkan.

Mereka memasuki restaurant mewah yang tampaknya menjadi favorit Raven dan Ibell. Ini terlihat dari akrabnya Raven dan Ibell dengan waitress-waitressnya.

"Ory! Non!" Ory menoleh saat mendengar ada yang memanggil namanya dengan sebutan berbeda. Wajahnya pias seketika saat melihat Dewa, Rendra, Bima lengkap dengan Bayu yang tampaknya juga baru akan mulai makan siang disana.

Mata mereka berempat seakan mengeluarkan api saat melihat betapa mesranya rangkulan Raven pada Ory yang sedang menggendong Ibell.

Mati!! Ory membathin. Entah bagaimana dia harus menjelaskan keruwetan hari ini pada mereka semua.

"Mereka siapa sih Mommy?" Ibell nyeletuk di saat yang sangat tidak tepat.

"Mommy?!!!" Empat pasang mata kembali membulat sempurna mendengar kata-kata Ibell.

Mampus!! Kepala Ory makin pening mendengar seruan kaget empat sekawan itu. Sepertinya hari ini akan panjangggg sekali bagi Ory.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status