Share

Bab 4. MUNCULNYA PRIA SEMALAM

 Sekarang Dicky menginginkan kembali semuanya. Hal itu sama saja seperti membunuh diri Herman, jadi sampai kapan pun Herman tidak akan pernah mau. Elle merasa sangat malu melihat semuanya saling beradu mulut apalagi posisi mereka saat ini berada di rumah sakit.

 "CUKUP!" Elle berteriak, dia sudah tidak bisa lagi menahan emosi yang bergejolak di hatinya.

 "Aku akan kembalikan semuanya tapi tolong kalian tenanglah, ibuku sedang sakit di dalam sana," -Elle menunjuk ruangan Aida- "jadi kalian jangan berisik!"

 "Kau mau kembalikan? Dengan apa kau mengembalikannya? Aku tidak bisa membantumu, aku tidak punya uang," Herman menekankan.

 "Kalau kau tidak punya uang maka kau jual saja rumah putramu itu. Rumah itu kau beli dari uang pernikahanku yang aku berikan pada ibu, maka otomatis rumah itu adalah milikku. Apa kau pikir aku tidak mengetahui tentang itu," kata Elle. Dadanya naik turun, matanya melebar bahkan kedua tangannya yang sedari tadi mengepal kuat di sisi tubuh kini telah memutih.

 Emosi Elle telah meledak, Elle akan benar-benar melayangkan pukulan pada Herman jika dia membantah lagi.

 "Jadi kapan kamu akan mengembalikannya kepadaku," Dicky yang sedari tadi diam kini ikut berbicara. Dia berjalan perlahan menghampiri Elle dengan tatapan dingin dan tersenyum smirk.

 Melihat Dicky yang seperti itu mendadak emosi Elle hilang. Hatinya bergetar, dia menundukkan kepalanya.

 "Aku masih punya lima puluh juta CAD di rekeningku. A-aku akan memberikannya padamu," Elle menunduk.

 Jika sebelumnya Elle mengatakan akan menjual rumah putra Herman yang merupakan miliknya itu semua hanya emosi sesaat. Elle tidak mungkin menjualnya saat ini karena rumah itu dibeli bukan atas namanya jadi tidak akan mudah menjualnya. Kalaupun mau dijual juga tidak akan secepatnya terjual. Menjual rumah bukan perkara mudah seperti menjual makanan ringan.

 "Apa? Kau masih memiliki uang? Kenapa sebelumnya kau tidak pernah bercerita kepada kami?" tanya Herman dengan raut wajah terkejut.

 Elle berpaling dari Herman, dia tidak ingin memperdulikannya. Sebenarnya Elle sudah muak dengan ayah tirinya itu sejak dulu, sejak keinginan gilanya yang ingin menikahkan Elle dengan Edo—putranya yang juga merupakan kakak tiri Elle.

 Edo Pierre — putra Herman Pierre — pria dengan wajah pas-pasan, tidak mempunyai pekerjaan tetap tetapi hobby bersenang-senang, tidak mempunyai rumah, tidak mempunyai mobil, tidak ada yang bisa dibanggakan dari dia. Pria macam Edo tidak akan ada wanita yang mau dengannya.

 Waktu itu saat Elle memberikan semua uang pernikahannya pada Aida, dia juga tahu kalau ayah tirinya pasti akan mengambil uang itu dari Aida untuk membelikan rumah untuk Edo. Elle tidak terlalu memperdulikan hal itu, dia pikir jika Edo memiliki rumah sendiri maka dia akan pindah dari rumah ibunya dan hidup Elle akan tenang.

 Sebenarnya Elle tidak pernah keberatan uang pernikahan yang Elle berikan kepada Aida diambil oleh Herman karena Elle pikir dua ratus juta diambil dan ditukar dengan ketenangan hidupnya sangatlah sepadan, tetapi jika uang lima puluh juta yang ada di rekeningnya akan diambil juga tentu Elle merasa keberatan. Semenjak dia tahu ibunya dalam kondisi tidak baik, uang hasil menabung dari menyisihkan sebagian dari gajinya itu dia gunakan untuk berjaga-jaga.

 Elle menatap Dicky dengan tatapan memohon, berharap Dicky mengasihi dengan menolak lima puluh jutanya. Namun tanpa Elle sangka, Dicky tersenyum dingin sembari mengulurkan tangannya. "Baiklah, serahkan kepadaku."

 Deg! Elle terkejut dan terdiam.

 "Kenapa? Apa kau pikir aku sedang bercanda dan tidak akan menerimanya?" Dicky mengangkat satu alisnya dan tertawa. "Elle ... Elle, percuma saja wajah polosmu itu tidak akan pernah mempengaruhiku lagi."

 Hati Elle terasa sangat perih, dia merasa harga dirinya sudah terinjak-injak. Elle segera mengambil kartu atm dari dalam dompetnya kemudian menyerahkan kepada Dicky.

 "Nomer PIN?" tukas Dicky.

 Lidah Elle terasa kelu saat akan memberitahukan ke enam angka yang menjadi kode. "191010."

 Tanggal 10 bulan 10 tahun 2019 adalah hari di mana Elle dan Dicky mulai menjalin kasih. Elle merasa sangat bahagia hingga mengubah semua angka kode rahasianya menjadi angka tanggal hari jadinya bersama Dicky.

 Dicky terdiam setelah mendengar Elle menyebutkan nomer PIN kartu atmnya. Nampak kilatan amarah di matanya. "Lalu kapan kau akan kembalikan sisanya yang sejumlah seratus lima puluh juta CAD?" tanya Dicky dingin.

 "Dicky, cukup!" Celine tiba-tiba menyela, dia memeluk Elle dan menatap Dicky dengan tatapan tajam. "Apakah harus kamu permalukan Elle seperti ini?"

 Mendengar Celine berbicara seperti itu, Elle semakin kuat menggigit bibirnya menahan agar air matanya tidak menetes. Elle tidak ingin Dicky melihatnya menangis. Semua kata-kata yang keluar dari mulut Dicky seakan menyalahkan Elle, hal itu terasa sangat menyayat hati Elle, membuat Elle semakin ingin menangis tapi itu tidak ia lakukan. Dia tidak ingin membuat Dicky semakin berpikir kalau Elle sengaja memasang wajah polos untuk membuat Dicky mengasihinya.

 "Kurang seratus lima puluh juta? Akan saya bantu kembalikan," terdengar suara bariton dari belakang Elle dan Celine, membuat kedua wanita itu sontak menoleh menatap sumber suara.

 "Dia!" mata Elle seketika membelalak. Dia sangat mengingat wajah itu meskipun hanya sekali Elle melihatnya. Wajah yang sampai mati pun Elle akan terus mengingatnya. Wajah pria yang menghabiskan malam pertama Elle semalam. Wajah seseorang yang telah menghancurkan seluruh kebahagiaan Elle. Tubuh Elle gemetar.

 "Kau!" Dicky menatap tajam pria tersebut. Semalam Dicky melihatnya jadi sekarang sudah pasti Dicky mengenalinya. Sorot mata Dicky berubah menggelap, rahangnya mengetat, terlihat dengan jelas dari ekspresinya jika Dicky ingin menghabisi pria tersebut.

 'Pria itu ... kenapa dia berbicara seperti itu? Aku sama sekali tidak mengenalnya tapi kenapa dia ingin membantu mengembalikan kekurangan uang pernikahan? Bukankah kalau seperti ini akan membuat Dicky semakin salah paham denganku,' batin Elle.

 Elle melangkah mendekati pria itu kemudian berkata dihadapannya, "Kamu cepat katakan kepada mereka semua kalau aku tidak mengenalmu, semua yang terjadi semalam adalah murni kesalahan. Semua salahmu, aku tidak tahu apa-apa."

 Saat Elle berusaha menahan tangisnya tiba-tiba Celine menyela, "Kak Galant?"

 Pria itu menoleh ke Celine dan mengangguk.

 Deg!

 Elle terkejut, sontak dirinya menoleh ke arah sahabatnya itu. Dia terdiam sejenak, memandang Celine dengan kening mengernyit. 'Apa ini? Kenapa Celine bisa mengetahui nama pria itu? Apakah Celine mengenalnya' kata Elle dalam hati. Elle memijit keningnya, dia merasa sedikit pusing memikirkan semua ini.

 Pria itu menatap Dicky kemudian berkata, "Tentang kejadian kemarin malam itu semua tidak ada hubungannya dengan dia. Kami tidak saling mengenal, saya dijebak oleh seseorang hingga masuk ke kamar dia," akhirnya pria itu memberikan penjelasan. 

 Elle terdiam, hatinya merasa sangat senang karena pada akhirnya pria itu memberikan penjelasan atas kesalahpahaman ini.

***

To be continue.

Beri dukungan buat author yuk dengan menambahkan cerita ini ke rak dan tinggalkan review kalian.

Ig author: secret.v33

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status