Share

Bab 3. HARUS MENGEMBALIKAN SEMUA

 "Cepat! Segera tanda tangani." Tania berkata dengan wajah yang penuh kebencian.

 Merasa sudah tidak ada harapan lagi dengan tangan yang gemetar Elle mengambil pulpen tersebut.

 Ketika Elle hendak menandatangani surat tersebut, tiba-tiba ... Sret! Seseorang meraih pulpen yang berada di tangan Elle lalu membuangnya ke sembarang arah. 

 "Di-Dicky." Elle menatap Dicky dengan tatapan terkejut.

 Ya, orang yang merebut pulpen dari tangan Elle adalah Dicky. Setelah membuang pulpen tersebut, Dicky menarik tangan Elle memaksanya untuk mengikuti langkahnya keluar dari gedung menuju area parkir di mana kendaraannya terparkir.

 "Dicky ... Dicky!" Tania terus berteriak memanggil putranya karena tidak dihiraukan maka Tania dan Henry Dirk—ayah Dicky—tidak punya pilihan lain selain mengikuti Dicky.

 "Kamu jangan pernah berpikir bisa semudah ini lepas dariku! Bersedia bercerai, hah? Lalu dengan bebasnya kamu bisa bersama dengan pria itu?! Jangan bermimpi kamu Eleonora!" dengan tangan yang masih mencengkram tangan Elle, Dicky tersenyum smirk, wajahnya terlihat sangat licik di bawah cahaya kilat dan suara petir yang menggelegar.

 Dicky menghempaskan kasar tangan Elle kemudian melangkah memasuki mobilnya. Tania dan Henry yang melihat Dicky hendak pergi mereka pun mengikuti Dicky masuk ke dalam mobil.

 Mobil mereka mulai melaju meninggalkan area parkir gedung pemerintahan tersebut. Mereka juga meninggalkan sendiri Elle yang masih berdiri mematung di bawah rintik gerimis.

 Elle hanya bisa terdiam. Tapi entah kenapa ada perasaan lega saat melihat mereka pergi. Dia pun mulai beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Berniat kembali ke rumah sakit.

***

 Saat ini Elle berada di sebuah halte. Menunggu kendaraan umum yang akan membawanya kembali ke rumah sakit.

 Drrtt ... drrtt ....

 Ponsel di saku Elle bergetar panjang. Elle segera mengambil ponselnya, dia melihat nama Herman—ayah tirinya di layar ponsel. Tadi saat dia di seret paksa oleh Dicky dan kedua orang tuanya, ayah tiri Elle yang menggantikan menjaga ibunya di rumah sakit. Seketika rasa khawatir tentang kondisi ibunya terbesit di dalam hati Elle. 

 Dengan perasaan panik Elle segera menggeser tombol hijau di layar ponselnya. "Ha-halo ayah, ada apa menghubungiku? Ibu baik-baik sajakan?"

 "Elle! Dimana kamu sekarang? Dicky dan kedua orang tuanya sekarang ada di rumah sakit. Mereka menuntut agar kita mengembalikan mahar pernikahan. Kamu segeralah datang," ucap ayah tiri Elle dengan nada cemas.

 Deg!

 Jantung Elle berdegup keras karena terkejut. "Aku segera datang, Ayah," tukas Elle.

 Ternyata setelah meninggalkan aku tadi mereka kembali ke rumah sakit, batin Elle.

 Dengan segera Elle memberhentikan taxi yang tengah melintas. Elle memasuki taxi, sesekali dia menyuruh sopir taxi untuk meningkatkan kecepatannya agar dia bisa segera sampai di rumah sakit.

 Tidak sampai dua puluh menit, taxi tersebut sudah sampai di rumah sakit. Elle membayar ongkos taxi tersebut kemudian dia keluar dari taxi lalu segera melangkah cepat menuju ke ruang rawat inap ibunya.

***

 Elle kini berada di depan ruangan ibunya. Dirinya mendengar suara wanita berbicara dengan nada tinggi. "Dari awal aku sudah merasa kalau Eleonora bukanlah wanita baik-baik ...."

 Dalam sekali dengar saja Elle sudah dapat mengetahui pemilik suara tajam tersebut adalah Tania. Seketika itu hati Elle bergetar karena takut. 

 'Bagaimanapun juga aku harus menghadapinya' batin Elle.

 Saat Elle hendak masuk ke ruangan Aida tiba-tiba ada yang menariknya. Celine—sahabat Elle yang juga berprofesi sebagai dokter di rumah sakit tempat Elle bekerja menarik Elle agar tidak memasuki ruangan.

 "Elle, sebaiknya kamu jangan masuk dulu," ucap Celine dengan wajah cemasnya.

 Elle merasa khawatir. Saat Elle hendak mulai bicara pada Celine, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Tampak Tania keluar dari ruangan. 

 "Eleonora, kau datang di waktu yang tepat. Kami datang hari ini untuk memintamu mengembalikan mahar serta seluruh hadiah-hadiah pernikahan yang kau terima dari kami. Kamu seharusnya tidak keberatan bukan?" Tina menatap Elle dengan mata melebar. Tampak kilat kebencian di matanya.

 Meskipun yang Tania lontarkan adalah kalimat pertanyaan pada Elle tetapi nyatanya dia tidak memberikan kesempatan pada Elle untuk menjawab.

 Kini pandangannya pada Elle telah berubah. Pandangan yang tadinya tajam dan sarat akan kebencian kini berubah menjadi pandangan merendahkan.

 Elle hanya bisa diam. Rahangnya mengeras hingga menggemeretakkan gigi. Saat ini dia menahan segala emosi yang ada di dalam hati. Elle melihat Dicky yang sedang menatap dingin ke arahnya. Terbesit di pikiran Elle kalau apa yang dilakukan oleh Tania saat ini adalah keinginan Dicky.

 Pemikiran itu membuat Elle semakin emosi, sehingga tanpa sadar dia menggigit bibir bawahnya hingga terasa aroma darah segar tersebar di mulutnya. Rasa sakit di bibir tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. 

 "Aku bukanlah wanita yang meminta Dicky untuk menikahiku karena aku tahu dia diluar jangkauanku. Aku juga bukan wanita gila harta yang menikah hanya karena uang.

 Mahar dan semua hadiah pernikahan yang totalnya mencapai dua ratus juta CAD* bukanlah atas permintaanku. Itu semua Dicky yang bersikeras memberikannya. Waktu itu Dicky bilang semua itu dia lakukan karena dia sangat mencintaiku. Sekarang cintanya sudah hancur dan ingin meminta semuanya kembali? Sungguh aneh sekali," Elle berkata sembari tersenyum pahit.

 "Tidak bisa!" terdengar suara Herman—ayah tiri Elle menolak dengan tegas. Dia keluar dari ruangan Aida melangkah maju ke depan Tania dengan wajahnya yang memerah. "Kamu jangan sembarangan berbicara."

 "Mahar dan hadiah pernikahan yang sudah diberikan bagaimana bisa di kembalikan. Kenapa kalian sekeluarga sangat tidak punya malu! Terlepas dari kejadian kemarin, suka atau tidak suka mereka telah menikah. Anak perempuan yang sudah dinikahkan ibarat air yang telah disiramkan. Begitu juga mahar dan hadiah pernikahan. Jadi apakah kamu bisa mengambil kembali air yang telah disiramkan itu?" Herman berkata sembari melebarkan matanya pada Tania.

 "Heh, anak perempuan seperti dia mana ada keluarga yang mau menjadikannya sebagai menantu?!" Tania tersenyum sinis.

 "Pokoknya mereka sudah menikah. Mereka sudah sah secara hukum dan agama, bahkan sampai sekarang statusnya masih suami istri. Mahar dan hadiah-hadiah pernikahan tidak akan pernah dikembalikan lagi." 

 Meskipun Herman tahu tentang kejadian semalam, dia bersikeras tidak mau mengalah. Uang pernikahan yang diterima oleh Elle seluruhnya telah dia berikan kepada ibunya dan Elle pun tahu jika uang tersebut telah di ambil oleh Herman untuk membayar down payment (dp) sebuah rumah untuk putranya.

 Sekarang Dicky menginginkan kembali semuanya itu sama saja seperti membunuh diri Herman. Jadi sampai kapan pun Herman tidak akan pernah mau. Elle merasa sangat malu melihat semuanya saling beradu mulut apalagi posisi mereka saat ini berada di rumah sakit.

 "CUKUP!"

*** bersambung ***

*CAD (Dolar Canada) mata uang resmi negara Kanada.

Mohon dukungannya ya Kak, bantu review dan 5 starnya. Makasih.

IG @secret.v33

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status