"Cepat! Segera tanda tangani." Tania berkata dengan wajah yang penuh kebencian.
Merasa sudah tidak ada harapan lagi dengan tangan yang gemetar Elle mengambil pulpen tersebut.
Ketika Elle hendak menandatangani surat tersebut, tiba-tiba ... Sret! Seseorang meraih pulpen yang berada di tangan Elle lalu membuangnya ke sembarang arah.
"Di-Dicky." Elle menatap Dicky dengan tatapan terkejut.
Ya, orang yang merebut pulpen dari tangan Elle adalah Dicky. Setelah membuang pulpen tersebut, Dicky menarik tangan Elle memaksanya untuk mengikuti langkahnya keluar dari gedung menuju area parkir di mana kendaraannya terparkir.
"Dicky ... Dicky!" Tania terus berteriak memanggil putranya karena tidak dihiraukan maka Tania dan Henry Dirk—ayah Dicky—tidak punya pilihan lain selain mengikuti Dicky.
"Kamu jangan pernah berpikir bisa semudah ini lepas dariku! Bersedia bercerai, hah? Lalu dengan bebasnya kamu bisa bersama dengan pria itu?! Jangan bermimpi kamu Eleonora!" dengan tangan yang masih mencengkram tangan Elle, Dicky tersenyum smirk, wajahnya terlihat sangat licik di bawah cahaya kilat dan suara petir yang menggelegar.
Dicky menghempaskan kasar tangan Elle kemudian melangkah memasuki mobilnya. Tania dan Henry yang melihat Dicky hendak pergi mereka pun mengikuti Dicky masuk ke dalam mobil.
Mobil mereka mulai melaju meninggalkan area parkir gedung pemerintahan tersebut. Mereka juga meninggalkan sendiri Elle yang masih berdiri mematung di bawah rintik gerimis.
Elle hanya bisa terdiam. Tapi entah kenapa ada perasaan lega saat melihat mereka pergi. Dia pun mulai beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Berniat kembali ke rumah sakit.
***
Saat ini Elle berada di sebuah halte. Menunggu kendaraan umum yang akan membawanya kembali ke rumah sakit.
Drrtt ... drrtt ....
Ponsel di saku Elle bergetar panjang. Elle segera mengambil ponselnya, dia melihat nama Herman—ayah tirinya di layar ponsel. Tadi saat dia di seret paksa oleh Dicky dan kedua orang tuanya, ayah tiri Elle yang menggantikan menjaga ibunya di rumah sakit. Seketika rasa khawatir tentang kondisi ibunya terbesit di dalam hati Elle.
Dengan perasaan panik Elle segera menggeser tombol hijau di layar ponselnya. "Ha-halo ayah, ada apa menghubungiku? Ibu baik-baik sajakan?"
"Elle! Dimana kamu sekarang? Dicky dan kedua orang tuanya sekarang ada di rumah sakit. Mereka menuntut agar kita mengembalikan mahar pernikahan. Kamu segeralah datang," ucap ayah tiri Elle dengan nada cemas.
Deg!
Jantung Elle berdegup keras karena terkejut. "Aku segera datang, Ayah," tukas Elle.
Ternyata setelah meninggalkan aku tadi mereka kembali ke rumah sakit, batin Elle.
Dengan segera Elle memberhentikan taxi yang tengah melintas. Elle memasuki taxi, sesekali dia menyuruh sopir taxi untuk meningkatkan kecepatannya agar dia bisa segera sampai di rumah sakit.
Tidak sampai dua puluh menit, taxi tersebut sudah sampai di rumah sakit. Elle membayar ongkos taxi tersebut kemudian dia keluar dari taxi lalu segera melangkah cepat menuju ke ruang rawat inap ibunya.
***
Elle kini berada di depan ruangan ibunya. Dirinya mendengar suara wanita berbicara dengan nada tinggi. "Dari awal aku sudah merasa kalau Eleonora bukanlah wanita baik-baik ...."
Dalam sekali dengar saja Elle sudah dapat mengetahui pemilik suara tajam tersebut adalah Tania. Seketika itu hati Elle bergetar karena takut.
'Bagaimanapun juga aku harus menghadapinya' batin Elle.
Saat Elle hendak masuk ke ruangan Aida tiba-tiba ada yang menariknya. Celine—sahabat Elle yang juga berprofesi sebagai dokter di rumah sakit tempat Elle bekerja menarik Elle agar tidak memasuki ruangan.
"Elle, sebaiknya kamu jangan masuk dulu," ucap Celine dengan wajah cemasnya.
Elle merasa khawatir. Saat Elle hendak mulai bicara pada Celine, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Tampak Tania keluar dari ruangan.
"Eleonora, kau datang di waktu yang tepat. Kami datang hari ini untuk memintamu mengembalikan mahar serta seluruh hadiah-hadiah pernikahan yang kau terima dari kami. Kamu seharusnya tidak keberatan bukan?" Tina menatap Elle dengan mata melebar. Tampak kilat kebencian di matanya.
Meskipun yang Tania lontarkan adalah kalimat pertanyaan pada Elle tetapi nyatanya dia tidak memberikan kesempatan pada Elle untuk menjawab.
Kini pandangannya pada Elle telah berubah. Pandangan yang tadinya tajam dan sarat akan kebencian kini berubah menjadi pandangan merendahkan.
Elle hanya bisa diam. Rahangnya mengeras hingga menggemeretakkan gigi. Saat ini dia menahan segala emosi yang ada di dalam hati. Elle melihat Dicky yang sedang menatap dingin ke arahnya. Terbesit di pikiran Elle kalau apa yang dilakukan oleh Tania saat ini adalah keinginan Dicky.
Pemikiran itu membuat Elle semakin emosi, sehingga tanpa sadar dia menggigit bibir bawahnya hingga terasa aroma darah segar tersebar di mulutnya. Rasa sakit di bibir tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.
"Aku bukanlah wanita yang meminta Dicky untuk menikahiku karena aku tahu dia diluar jangkauanku. Aku juga bukan wanita gila harta yang menikah hanya karena uang.
Mahar dan semua hadiah pernikahan yang totalnya mencapai dua ratus juta CAD* bukanlah atas permintaanku. Itu semua Dicky yang bersikeras memberikannya. Waktu itu Dicky bilang semua itu dia lakukan karena dia sangat mencintaiku. Sekarang cintanya sudah hancur dan ingin meminta semuanya kembali? Sungguh aneh sekali," Elle berkata sembari tersenyum pahit.
"Tidak bisa!" terdengar suara Herman—ayah tiri Elle menolak dengan tegas. Dia keluar dari ruangan Aida melangkah maju ke depan Tania dengan wajahnya yang memerah. "Kamu jangan sembarangan berbicara."
"Mahar dan hadiah pernikahan yang sudah diberikan bagaimana bisa di kembalikan. Kenapa kalian sekeluarga sangat tidak punya malu! Terlepas dari kejadian kemarin, suka atau tidak suka mereka telah menikah. Anak perempuan yang sudah dinikahkan ibarat air yang telah disiramkan. Begitu juga mahar dan hadiah pernikahan. Jadi apakah kamu bisa mengambil kembali air yang telah disiramkan itu?" Herman berkata sembari melebarkan matanya pada Tania.
"Heh, anak perempuan seperti dia mana ada keluarga yang mau menjadikannya sebagai menantu?!" Tania tersenyum sinis.
"Pokoknya mereka sudah menikah. Mereka sudah sah secara hukum dan agama, bahkan sampai sekarang statusnya masih suami istri. Mahar dan hadiah-hadiah pernikahan tidak akan pernah dikembalikan lagi."
Meskipun Herman tahu tentang kejadian semalam, dia bersikeras tidak mau mengalah. Uang pernikahan yang diterima oleh Elle seluruhnya telah dia berikan kepada ibunya dan Elle pun tahu jika uang tersebut telah di ambil oleh Herman untuk membayar down payment (dp) sebuah rumah untuk putranya.
Sekarang Dicky menginginkan kembali semuanya itu sama saja seperti membunuh diri Herman. Jadi sampai kapan pun Herman tidak akan pernah mau. Elle merasa sangat malu melihat semuanya saling beradu mulut apalagi posisi mereka saat ini berada di rumah sakit.
"CUKUP!"
*** bersambung ***
*CAD (Dolar Canada) mata uang resmi negara Kanada.
Mohon dukungannya ya Kak, bantu review dan 5 starnya. Makasih.
IG @secret.v33
Sekarang Dicky menginginkan kembali semuanya. Hal itu sama saja seperti membunuh diri Herman, jadi sampai kapan pun Herman tidak akan pernah mau. Elle merasa sangat malu melihat semuanya saling beradu mulut apalagi posisi mereka saat ini berada di rumah sakit."CUKUP!" Elle berteriak, dia sudah tidak bisa lagi menahan emosi yang bergejolak di hatinya."Aku akan kembalikan semuanya tapi tolong kalian tenanglah, ibuku sedang sakit di dalam sana," -Elle menunjuk ruangan Aida- "jadi kalian jangan berisik!""Kau mau kembalikan? Dengan apa kau mengembalikannya? Aku tidak bisa membantumu, aku tidak punya uang," Herman menekankan."Kalau kau tidak punya uang maka kau jual saja rumah putramu itu. Rumah itu kau beli dari uang pernikahanku yang aku berikan pada ibu, maka otomatis rumah itu adalah milikku. Apa kau pikir aku tidak mengetahui tentang itu," kata Elle. Dadanya naik turun, matanya melebar bahkan kedua tangannya yang sedari ta
Elle terdiam, hatinya merasa sangat senang karena pada akhirnya pria itu memberikan penjelasan atas kesalahpahaman ini. Kini pandangan Elle tertuju pada Dicky. Setelah penjelasan tadi, Elle harap Dicky tidak lagi membencinya karena di masalah ini dia adalah korban."Saya telah menyebabkan keadaan menjadi kacau sampai seperti ini, saya minta maaf. Saya akan memberikan ganti rugi," ucap pria itu sembari melihat Elle."Ganti rugi? Ganti rugi seperti apa yang akan kamu berikan?" rahang Dicky mengeras. Sorot matanya begitu tajam."Ganti rugi seperti apa yang akan saya berikan untuk Eleonora itu tidak ada hubungannya denganmu," pria itu berkata tegas dan menekankan sembari melirik Elle."Kau dengar itu Elle? Dia menyebutkan namamu, apa kamu masih menyangkal kalau kamu tidak mengenalnya, dengan semua yang dia katakan dan lakukan untukmu semua juga tahu kalau dia selingkuhanmu," Dicky menggeram."Aku tidak mengenalnya!"
"Kau saja berselingkuh kenapa aku tidak boleh." Satu kalimat itu yang sukses membuat Elle terdiam seribu bahasa. Satu kalimat itu membuat Elle harus menerima dan membiarkan Dicky berbuat sesuka hatinya. Aida — ibu Elle yang telah sadar beberapa waktu lalu dan mengetahui tentang masalah itu memberikan nasehat kepada putrinya agar bersabar dan bertahan dengan semua yang terjadi karena semua ini awalnya adalah kesalahan Elle sehingga membuat Dicky marah dan melakukan semua kegilaan itu. Jika nanti Dicky sudah tidak lagi marah dan emosinya sudah reda, dia akan melupakan semua. Dia dan Dicky akan hidup bahagia bersama. Elle selalu mengingat kata-kata dari ibunya itu. Hanya saja ada satu pertanyaan yang terbesit di hati Elle yang selama ini belum terjawab. 'Jika memang Dicky tidak menginginkan dirinya lagi, kenapa Dicky tidak menceraikan saja dirinya.' Hati Elle yang dasarnya sudah terlanjur hancur dan kacau sejak kejadian mala
"DIAM KAMU! Jangan pernah kamu mengatakan tentang hal itu lagi!" Dicky berteriak kepada Valerie. Namun bukannya marah, Valerie malah semakin mengeratkan pelukannya agar terlihat mesra oleh Elle. "Sayang, bukankah kamu bilang kita akan bersenang-senang bersama? Bagaimana kalau sekarang saja kita melakukannya? Aku dan Elle akan melayanimu," ucap Valerie dengan senyum menyeringai. Mata Elle membelalak, dia terkejut dengan perkataan Valerie. Tubuhnya bergetar karena takut. "Jangan gila kamu Valerie! Dicky tidak akan setuju! Dicky tidak akan melakukannya, iya kan Dicky?" "Shut Up!" Dicky mendorong kembali tubuh Elle ke ranjang. Sontak Elle terkejut melihat Dicky mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Wajah Elle tampak berubah menjadi takut kala Dicky melempar kemeja yang dia pakai ke lantai. Ya, kini terekspos tubuh polos bagian atas Dicky yang sempurna. Dada bidang dan otot perutnya yang membuat para wanita tidak berkedip melihatnya
"Aku mohon tolonglah aku—segera bawa aku pergi dari sini." Elle berbicara tanpa memandang si pengemudi sembari menutup pintu mobil tersebut. Setelah Elle menutup pintu kemudian Elle menoleh ke arah si pengemudi. Dia pun tercengang. "KAMU!" Elle tidak menyangka bahwa mobil yang dia hentikan ternyata mobil Galant. "Eleonora! Aku bilang berhenti!" teriakan Dicky kembali terdengar. Sosok Dicky juga mulai terlihat. Tubuh Elle menegang, pikirannya dipenuhi Dicky yang akan mendapatkan dirinya kembali sedangkan Galant menatap dingin ke arah Dicky. "Please, help me." Elle menatap Galant dengan tatapan memohon. "Kunci pintunya dan pasang sabuk pengamanmu," ucap Galant pada akhirnya. Elle tertegun dan panik saat melihat Dicky hampir mendekat. "Cepat ... cepat." Elle buru-buru mendesak Galant agar segera melajukan mobilnya. Dia menarik kemudian memasang sabuk
Hotel yang Elle masuki adalah sebuah hotel termewah yang ada di Toronto. Saat ini Elle merasa tidak pantas berada di hotel itu. Meski lobby hotel yang Elle dan Galant lewati saat itu sedang sepi tetapi Elle tetap merasa sedang ditatap oleh banyak pasang mata. Elle semakin menunduk tidak berani mengangkat kepalanya. Hanya sepasang kaki panjang di depannya yang ia perhatikan sesekali. BRUK! "Aduh!" Elle yang tidak melihat Galant yang berhenti melangkah secara tiba-tiba tidak sengaja menabraknya. Elle mengusap bagian yang terasa sakit di hidungnya akibat menabrak tubuh tinggi Galant dan mengernyitkan keningnya sembari menatap Galant. Tetapi saat mengetahui mereka tengah berhenti di depan sebuah lift, Elle merasa canggung. "Apa kamu tidak melihat saat berjalan, hah!" Galant berkata dingin, menatap Elle dengan alis yang berkerut kemudian dia mundur dua langkah memberi jalan agar Elle masuk ke dalam kotak besi yang telah terbuk
Elle kembali termenung di sofa. Mengingat seluruh kejadian hari ini, semuanya telah terbuka. Jika selama ini dia di anggap selingkuh dengan kejadian satu malam itu lalu bagaimana dengan kelakuan Dicky selama ini yang diam-diam tetap menjalin hubungan dengan Valerie di saat Dicky dan Elle sedang menjalin kasih, setiap hari membawa pulang wanita yang berbeda saat mereka sudah menikah. Wanita-wanita yang Elle tidak tahu apa statusnya. Apakah seperti Valerie yang merupakan kekasih gelap atau hanya wanita cinta satu malam. Meskipun Dicky telah memberitahu kalau dia telah memutuskan hubungannya dengan Valerie sehari sebelum hari pernikahan mereka, kenyataannya sampai dengan saat ini mereka masih berhubungan. Bukankah perkataan Dicky tersebut hanya di mulut saja bukan berasal dari hatinya. Elle memang salah karena telah berhubungan dengan pria selain suaminya dan dia mengakui kalau perbuatannya itu salah, karena hal itu juga dia telah menerim
Deg! Hati Elle tersentak, jantungnya berdetak kencang. "A-apa yang terjadi pada ibuku, Celine?" "Segeralah datang ke rumah sakit. Dicky dan Valerie mendatangi rumah sakit dan saat ini berada di dalam ruangan bibi Aida. Kami tidak tahu apa yang telah mereka katakan pada bibi hingga membuat kondisinya kambuh dan menjadi buruk seperti ini. Hubert yang bertugas malam ini tidak bisa menghubungi kamu jadi dia meneleponku dan sekarang ini aku baru sampai di rumah sakit," ucap Celine. Elle merasa pikirannya kacau, tatapannya berubah menjadi gelap, kakinya perlahan-lahan terasa seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri. "Aku akan segera pergi ke rumah sakit sekarang." Elle berkata dengan suara lirih dan tidak berhenti bergetar. "Antar aku ke rumah sakit sekarang." Elle menoleh ke arah Galant, dia tidak peduli akan hal lain. Galant tidak banyak bicara, dia mengambil kunci mobil dan segera membawa Elle pergi dari