Share

Bab 7. MELARIKAN DIRI

 "DIAM KAMU! Jangan pernah kamu mengatakan tentang hal itu lagi!" Dicky berteriak kepada Valerie. Namun bukannya marah, Valerie malah semakin mengeratkan pelukannya agar terlihat mesra oleh Elle.

 "Sayang, bukankah kamu bilang kita akan bersenang-senang bersama? Bagaimana kalau sekarang saja kita melakukannya? Aku dan Elle akan melayanimu," ucap Valerie dengan senyum menyeringai.

 Mata Elle membelalak, dia terkejut dengan perkataan Valerie. Tubuhnya bergetar karena takut. "Jangan gila kamu Valerie! Dicky tidak akan setuju! Dicky tidak akan melakukannya, iya kan Dicky?"

 "Shut Up!" Dicky mendorong kembali tubuh Elle ke ranjang. Sontak Elle terkejut melihat Dicky mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Wajah Elle tampak berubah menjadi takut kala Dicky melempar kemeja yang dia pakai ke lantai. Ya, kini terekspos tubuh polos bagian atas Dicky yang sempurna. Dada bidang dan otot perutnya yang membuat para wanita tidak berkedip melihatnya.

 "D-Dicky apa yang ingin kau lakukan?" Elle beringsut mundur saat Dicky hendak mendekat ke arahnya. Seluruh tubuh Elle gemetar menahan rasa takut akan dilecehkan oleh pria itu.

 "Apa yang dikatakan oleh Valerie boleh juga. Sekarang aku ingin kau dan dia melayaniku bersama," jawab Dicky dengan seringai di wajahnya.

 "Gila! Kau Gila!" maki Elle dengan keras.

 Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Elle berusaha beranjak berdiri. Dia ingin melarikan diri namun dengan cepat Dicky meraih dan membanting tubuhnya ke ranjang. Tidak ingin hanya diam, Elle mencoba melawan dengan hendak melayangkan tamparan ke wajah Dicky, namun Dicky langsung menepisnya.

 Valerie yang melihat Elle memberontak, dia dengan segera bergerak mendekat dan membantu Dicky yang sedang mencengkram tangan Elle. Valerie menarik rambut Elle dengan kuat ke belakang agar posisi Elle tetap terlentang di atas ranjang.

 "Akh!" Elle menjerit dengan keras ketika Valerie menarik rambutnya. Selain panas, Elle juga merasakan kulit kepalanya seperti sobek karena tarikan itu.

 "Dicky lepaskan aku!" bentak Elle seraya memberontak. Meski itu adalah hal yang percuma karena tenaga Elle tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan tenaga Dicky dan Valerie.

 Dicky tidak yang tidak menghiraukan perkataan Elle langsung naik ke atas tubuh Elle. Dia membenamkan bibirnya ke bibir Elle kemudian melumatnya dengan kasar. Dicky menggigit bibir bawah Elle agar wanita itu membalas ciumannya. 

 Dicky terus melumat Elle, bahkan leher jenjang Elle pun tidak luput dari kecupan Dicky. Dia memainkan lidahnya, mencoba menggoda wanita itu dengan sedikit menggigit, meninggalkan banyak bukti kepemilikan di sana. Elle menggigit bibir bawahnya untuk menahan erangan keluar dari mulutnya.

 "Kau tidak mungkin bisa menolakku." Dicky meremas sedikit keras gundukan kembar di dada Elle hingga membuat Elle memekik terkejut.

 SREK! Dengan satu tarikan Dicky merobek bagian atas piyama dress Elle.

 "D-Dicky ... apa yang kamu lakukan?! Apa kamu sudah gila Dicky!" kata Elle dengan raut wajah yang berubah kala Dicky melakukan hal itu. Elle menatap Dicky dengan tatapan penuh permohonan. Namun sayangnya Dicky mengabaikan itu.

 Mata Dicky menatap kagum bagian tubuh atas Elle yang hanya terbalut oleh bra berwarna hitam berenda. Putih, mulus dan halus. Dicky mengakui Elle memiliki tubuh yang sangat bagus.

 Namun, Dicky tidak pernah menyangka saat dia hendak kembali melumat bibir Elle ternyata Elle mengangkat lututnya lurus ke atas dan DUGH! Elle dengan keras menendang tubuh bagian bawah Dicky.

 "Aakh!" Dicky menjerit keras karena kesakitan dan berguling dari atas tubuh Elle. "Sial!"

 Valerie yang mengetahui Dicky terguling dan berteriak kesakitan segera melepaskan Elle kemudian menghampiri Dicky untuk melihat keadaannya.

 "Sayang! Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Valerie dengan nada panik.

 "Wanita sial!" umpat Dicky.

 Setelah menendang Dicky, Elle langsung bangkit dari ranjang, dia merasa panik. Melihat muka Dicky yang memerah dan berteriak kesakitan sembari memegangi bagian sensitif bawah tubuhnya Elle merasa sangat takut, tubuhnya bergetar hebat. Rasa takutnya melebihi rasa puas karena telah melawan Dicky untuk pertama kalinya.

 Di tengah ketakutannya, Elle tiba-tiba tersadar ketika melihat pintu kamar yang masih terbuka. 'LARI' satu kata itu terbesit di pikirannya.

 'Dicky sudah menjadi gila begitu juga dengan Valerie, jadi mau tidak mau aku harus segera melarikan diri dan keluar dari sini' setelah satu kalimat itu terucap dari hati dan pikiran Elle dengan segenap tenaga Elle segera berlari melesat pergi keluar meninggalkan kamarnya.

 "Hei, berhenti!" Dicky berteriak saat melihat Elle melarikan diri, dia berusaha bangun untuk mengejarnya.

 ***

 Mengetahui Dicky mengejar keluar, rasa takut Elle semakin menjadi. Detak jantungnya berdegup kencang seperti genderang perang yang ditabuh dengan kencangnya. Saking kencangnya jantung Elle terasa akan melompat keluar.

 "Ouh, sakit." rintih Elle. Dia terus mencoba berlari tanpa memikirkan apapun hingga rasa dingin dan sakit yang menusuk kaki menyadarkannya kalau dia tidak memakai alas kaki saat melarikan diri.

 "Aku harus bertahan, meski sakit aku harus terus berlari keluar dari sini. Dicky dan Valerie sudah menjadi gila akan menjadi apa diriku ini jika aku terus di sini." Elle melanjutkan kembali langkahnya dengan tertatih.

 ***

 Letak kediaman Dicky yang berada di pinggir kota mengharuskan Elle sedikit berlari lebih jauh untuk menuju ke jalan besar agar mendapatkan taxi. 

 "Elle! Berhenti!" 

 Mendengar suara teriakan Dicky yang semakin lama semakin mendekat, Elle menjadi putus asa.

 "Tidak! Aku tidak boleh berhenti, aku tidak boleh tertangkap," kata Elle.

 Di tengah keputusasaan, tiba-tiba Elle melihat sekilas cahaya. Elle yang melihatnya sebagai sebuah harapan untuk menyelamatkan dirinya langsung berlari tanpa ragu ke arah cahaya itu berasal.

 Ciiittt!

 Bunyi decit tajam akibat gesekan roda mobil yang dipaksa berhenti dengan aspal beradu dan bunyi klakson yang melengking panjang menembus gelapnya malam.

 Terkejut, Elle memejamkan mata. Dia seperti merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak sesaat dan tubuhnya kaku—karena syok.

 "Elle!" suara Dicky terdengar arah belakang. Entah karena cemas ataukah marah, Dicky berlari ke arah Elle semakin cepat.

 Setelah beberapa detik Elle merasa tidak terjadi apa-apa dengan tubuh gemetar, jantung berdebar dan rasa takut yang mencekam. Elle memberanikan diri untuk membuka mata.

 Melihat sebuah mobil berhenti di depannya, Elle merasa sangat senang dan segera membuka pintu mobil. Beruntung pintu itu tidak terkunci dari dalam jadi Elle bisa tanpa halangan masuk kemudian duduk di kursi penumpang samping pengemudi.

 "Aku mohon tolonglah aku ... segera bawa aku pergi dari sini." Elle berbicara tanpa memandang si pengemudi sembari menutup pintu mobil tersebut.

 Setelah Elle menutup pintu kemudian Elle menoleh ke arah si pengemudi. Dia pun tercengang.

"KAMU!"

*** bersambung ***

Terima kasih untuk readers yang telah memberi review dan menambahkan cerita ini ke dalam raknya.

Follow IG author yuk di @secret.v33

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status