"Aku mohon tolonglah aku—segera bawa aku pergi dari sini." Elle berbicara tanpa memandang si pengemudi sembari menutup pintu mobil tersebut.
Setelah Elle menutup pintu kemudian Elle menoleh ke arah si pengemudi. Dia pun tercengang.
"KAMU!"
Elle tidak menyangka bahwa mobil yang dia hentikan ternyata mobil Galant.
"Eleonora! Aku bilang berhenti!" teriakan Dicky kembali terdengar. Sosok Dicky juga mulai terlihat.
Tubuh Elle menegang, pikirannya dipenuhi Dicky yang akan mendapatkan dirinya kembali sedangkan Galant menatap dingin ke arah Dicky.
"Please, help me." Elle menatap Galant dengan tatapan memohon.
"Kunci pintunya dan pasang sabuk pengamanmu," ucap Galant pada akhirnya.
Elle tertegun dan panik saat melihat Dicky hampir mendekat.
"Cepat ... cepat." Elle buru-buru mendesak Galant agar segera melajukan mobilnya. Dia menarik kemudian memasang sabuk
Hotel yang Elle masuki adalah sebuah hotel termewah yang ada di Toronto. Saat ini Elle merasa tidak pantas berada di hotel itu. Meski lobby hotel yang Elle dan Galant lewati saat itu sedang sepi tetapi Elle tetap merasa sedang ditatap oleh banyak pasang mata. Elle semakin menunduk tidak berani mengangkat kepalanya. Hanya sepasang kaki panjang di depannya yang ia perhatikan sesekali. BRUK! "Aduh!" Elle yang tidak melihat Galant yang berhenti melangkah secara tiba-tiba tidak sengaja menabraknya. Elle mengusap bagian yang terasa sakit di hidungnya akibat menabrak tubuh tinggi Galant dan mengernyitkan keningnya sembari menatap Galant. Tetapi saat mengetahui mereka tengah berhenti di depan sebuah lift, Elle merasa canggung. "Apa kamu tidak melihat saat berjalan, hah!" Galant berkata dingin, menatap Elle dengan alis yang berkerut kemudian dia mundur dua langkah memberi jalan agar Elle masuk ke dalam kotak besi yang telah terbuk
Elle kembali termenung di sofa. Mengingat seluruh kejadian hari ini, semuanya telah terbuka. Jika selama ini dia di anggap selingkuh dengan kejadian satu malam itu lalu bagaimana dengan kelakuan Dicky selama ini yang diam-diam tetap menjalin hubungan dengan Valerie di saat Dicky dan Elle sedang menjalin kasih, setiap hari membawa pulang wanita yang berbeda saat mereka sudah menikah. Wanita-wanita yang Elle tidak tahu apa statusnya. Apakah seperti Valerie yang merupakan kekasih gelap atau hanya wanita cinta satu malam. Meskipun Dicky telah memberitahu kalau dia telah memutuskan hubungannya dengan Valerie sehari sebelum hari pernikahan mereka, kenyataannya sampai dengan saat ini mereka masih berhubungan. Bukankah perkataan Dicky tersebut hanya di mulut saja bukan berasal dari hatinya. Elle memang salah karena telah berhubungan dengan pria selain suaminya dan dia mengakui kalau perbuatannya itu salah, karena hal itu juga dia telah menerim
Deg! Hati Elle tersentak, jantungnya berdetak kencang. "A-apa yang terjadi pada ibuku, Celine?" "Segeralah datang ke rumah sakit. Dicky dan Valerie mendatangi rumah sakit dan saat ini berada di dalam ruangan bibi Aida. Kami tidak tahu apa yang telah mereka katakan pada bibi hingga membuat kondisinya kambuh dan menjadi buruk seperti ini. Hubert yang bertugas malam ini tidak bisa menghubungi kamu jadi dia meneleponku dan sekarang ini aku baru sampai di rumah sakit," ucap Celine. Elle merasa pikirannya kacau, tatapannya berubah menjadi gelap, kakinya perlahan-lahan terasa seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri. "Aku akan segera pergi ke rumah sakit sekarang." Elle berkata dengan suara lirih dan tidak berhenti bergetar. "Antar aku ke rumah sakit sekarang." Elle menoleh ke arah Galant, dia tidak peduli akan hal lain. Galant tidak banyak bicara, dia mengambil kunci mobil dan segera membawa Elle pergi dari
"Cerai! Kamu harus menceraikan dia, Elle!" ucap Celine dengan penuh amarah. "Dicky berengsek! Berani sekali dia mengatakan kalau kamu adalah orang yang bersalah padahal dirinya sendiri melakukan hal yang tidak benar dan memalukan. Elle ... Dicky akhir-akhir ini membuat begitu banyak skandal, jadi kalau kamu menggugat cerai maka Dicky akan berada di posisi yang tidak menguntungkan dan kamu bisa memenangkan perkara ini dengan mudah." Celine yang selalu tidak setuju dengan perkataan Aida mencoba membuka pikiran Elle tentang Dicky. 'Tidak peduli seberapa besar amarah dan emosi Dicky, dia tetap bersalah jika dia berselingkuh dengan membawa wanita lain ke rumah secara terang-terangan di kala statusnya telah menikah'.Hal seperti itu tentu saja hanya bisa di toleransi oleh orang seperti Elle. Namun, tidak peduli seberapa keras usaha Elle untuk bertahan tetap saja dirinya dan Dicky tidak bisa lagi hidup bersama dengan tenang dan bahagia.
"Bagaimana dengan ibuku?!" jemari Elle yang berada di jas putih dokter Frank terlihat bergetar samar. "Puji Tuhan, sejauh ini semuanya berjalan dengan baik dan sesuai seperti harapan kita semua. Pasien akan segera kami pindahkan ke ruangan perawatan lanjutan pasca operasi," jelas dokter Frank. Otot-otot dan tulang tubuh Elle yang tadinya menegang seketika lemas. Celine menahan tubuh Elle agar sahabatnya itu masih bisa berdiri tegak. "Syukurlah ... syukurlah, terima kasih ya Tuhan," lirih Elle. Dia tidak bisa lagi untuk menahan air mata harunya. "Terima kasih!" Elle berbalik lantas memeluk erat sahabatnya. Begitu erat hingga membuat Celine merasa sesak. Celine membalas pelukan Elle sembari mengelus pelan punggung Elle. Ia pun mengucap terima kasih yang sama kepada Tuhan dalam hati. *** Aida kini sudah berada di ruang perawatan lanjutan pasca operasi. Elle dan Celine tidak diperbolehkan m
"Kak Galant!" Pandangan Celine tertuju pada arah dimana seseorang tengah berdiri tidak jauh dari tempat mereka, terlihat dia sedang menundukkan kepala melihat ponselnya. Sinar matahari yang menembus jendela menyinari tubuh tingginya hingga membuat dirinya seperti sedang di selimuti cahaya emas. Ketampanan seorang Galant Devereux memang selalu membuat orang terpesona. Namun, gambaran indah akan sosok makhluk ciptaan Tuhan itu lenyap karena sebuah kalimat yang terlontar. "Apa kamu menghubungiku untuk membicarakan perihal ganti rugi?" Galant yang kini telah berada di hadapan Elle dan Celine berbicara dengan tatapan datar ke arah keduanya. Elle tidak menyangka Galant akan berkata langsung seperti itu hingga membuat Elle tidak tahu harus berkata apa. Celine yang tidak menyadari suasana hati Elle langsung berbicara, "Iya Kak Galant, apa Kakak bisa membantu supaya Elle dan Dicky bisa bercerai?"
"Apakah kamu sudah memikirkan dengan matang untuk bercerai dengan Dicky?" kata Galant yang memecahkan keheningan. Degh! Elle merasakan jantungnya berhenti sesaat namun dia masih sanggup untuk menganggukkan kepalanya. "Ya, aku sudah berpikir matang-matang. Aku ingin secepatnya bercerai dengan Dicky." Mengenai perceraian bukan soal dipikirkan matang-matang atau tidak tetapi memang karena tidak ada pilihan lain. Melihat segala masalah yang telah terjadi, benar apa yang dikatakan oleh Celine, kalau dirinya tidak mungkin hidup bersama Dicky lagi. Itulah yang ada di pikiran Elle saat ini. "Kamu ingin aku melakukan apa?" tanya Galant dengan suara yang sangat enak untuk di dengar. Suara yang datar dan berat namun tidak bisa di tebak apakah sedang senang atau marah. "K-kata Celine kamu bisa menjatuhkan Dicky," Elle berkata sedikit ragu-ragu sembari mulai menatap Galant. Tanpa Elle sa
BRUGH! Karena bangun dari tempat duduknya dengan tergesa-gesa maka Elle tidak sengaja menabrak sebuah kursi hingga tidak bisa mengontrol tubuhnya dan jatuh kebelakang. 'TIDAAK! Habis lah sudah,' teriak Elle dalam hati. Pemikiran Elle kalau dia akan mendapatkan malu karena terjatuh ternyata salah. Elle tidak terjatuh, tangannya di raih dan di genggam oleh Galant. Punggungnya di tahan kemudian di dorong maju agar Elle dapat kembali berdiri dengan seimbang lagi. "Terima kasih," ucap Elle sembari menunduk. Dia semakin tidak berani menatap Galant. "Ayo kita pergi," ucap Galant yang kemudian melepaskan tangan Elle dan melangkah pergi keluar dari restoran bersama Elle. Galant juga mengatakan akan mengantar Celine pulang jadi dia ikut kembali ke tempat ibu Elle dirawat. Tanpa sadar Elle meraba telapak tangan yang tadinya di genggam oleh Galant. Meskipun Galant telah lama mel